Inilah drama paling seru di penutup tahun 2019: Carlos Ghosn lari. Diam-diam hilang dari Jepang. Tiba-tiba muncul di Lebanon.
Ajaib. Aneh. Kok bisa.
Padahal mantan bos besar Nissan dan Renault itu dalam status tahanan rumah di Tokyo. Ia diawasi dengan ketat.
Ia masih harus menunggu untuk diadili. Yakni dalam perkara penyalahgunaan uang perusahaan –yang dibantah habis oleh Ghosn.
Masih menjadi misteri. Bagaimana Ghosn bisa melenyapkan diri dari Jepang. Padahal negara itu dikelilingi laut. Padahal tiga paspor Ghosn disita –paspor Lebanon, Perancis, dan Brasil.
Padahal reputasi keamanan Jepang sangat ketat.
Padahal Deddy Corbuzier ada di Jakarta.
Ghosn bisa lenyap pasti karena ia kaya raya.
Uang terbukti, lagi-lagi, amat berkuasa.
“Tiga paspornya masih di sini,” ujar Junichiro Hironaka kepada media di Tokyo.
Hironaka adalah pengacara kedua Ghosn. Pengacara pertamanya dipecat. Dianggap tidak berhasil menghindarkan Ghosn dari penahanan.
Hironaka dikenal sebagai pengacara sapu jagat. Kliennya banyak yang menang.
Hironaka-lah yang berhasil membuat Ghosn keluar dari tahanan. Setelah ia mendekat di balik jeruji selama 23 hari. Lalu diperpanjang lagi. Sampai 108 hari.
Semula tidak ada harapan untuk bisa ditahan luar. Sistem penjaminan tidak dikenal di Jepang. Ghosn tidak akan bisa seperti Sabrina Meng – -bos Huawei yang ditahan di Kanada itu.
Tapi Hironaka bisa membuat yang tidak mungkin menjadi ok. Ghosn bisa ditahan luar. Uang jaminannya hampir sama dengan Sabrina: 9 juta dolar. Lebih dari Rp 100 miliar.
Semua paspor Ghosn disita –dititipkan di kantor pengacara. Bukan di kantor imigrasi.
Hanya saja Ghosn tidak perlu dipasangi gelang kaki elektronik. Tidak seperti Sabrina.
Dengan demikian Ghosn tidak bisa dimonitor –ke mana saja pergi.
Resminya Ghosn di bawah pengawasan ketat pihak berwajib. Maka sungguh ajaib bahwa tiba-tiba Ghosn muncul di Lebanon.
“Seperti petir di siang bolong. Like a bolt from the blue,” komentar Hironaka. “Kita semua kaget. Penuh teka-teki,” tambahnya.
Petir itu datang dari langit Lebanon. Tanggal 31 Desember pagi kemarin tiba-tiba Ghosn memberi keterangan pers. Pendek saja.
“Saya sekarang sudah di Beirut, Lebanon. Bukan untuk menghindari hukum. Tapi untuk lari dari ketidakadilan,” katanya.
Ghosn tidak menyebutkan sedang di hotel, di persembunyian, atau di rumahnya yang besar di Beirut.
Sistem hukum di Jepang, katanya, bisa membuat orang bersalah hanya berdasar sangkaan. Bukan bukti.
Ghosn memang sangat frustrasi menghadapi kasusnya ini. Ia merasa jadi sandera politik industri. Kesalahannya, katanya, hanya dicari-cari oleh manajemen baru Nissan.
Intinya Ghosn harus disingkirkan. Agar rencananya untuk menyatukan Nissan-Mitsubishi-Renault tidak bisa diwujudkan.
Bahkan terasa sekali pihak Jepang ingin mempersoalkan kembali kepemilikan saham Renault di Nissan. Yang dianggap tidak imbang dengan kepemilikan saham Nissan di Renault.
Di akhir masa jabatan Ghosn di Nissan, pabrik mobil Jepang ini memang kuat sekali. Labanya naik terus. Penjualannya melejit.
Nissan lantas merasa menjadi sangat kuat.
Mereka lupa bahwa Nissan hampir saja bangkrut. Sebelum kedatangan Ghosn.
Karena itu Ghosn dianggap pahlawan di Jepang –berhasil menyelamatkan Nissan.
Nama Ghosn menjadi mantera di dunia manajemen. Banyak buku diterbitkan –untuk menceritakan betapa hebat CEO Ghosn.
Pun komik-komik. Tokoh Ghosn jadi sampul-sampul komik –sudah disejajarkan dengan superhero.
Sampai muncullah laporan manajemen baru Nissan ke pihak berwajib di Tokyo.
Ghosn pun datang ke Tokyo. Untuk mempertanggungjawabkan apa yang ia lakukan selama menjadi CEO Nissan.
Ia datang dengan pesawat jet pribadi.
Ghosn sama sekali tidak menyangka akibatnya sejauh itu. Begitu mendarat di Tokyo Ghosn ditahan.
Tidak hanya itu. Keluarganya tidak boleh menghubungi. Akses Ghosn ke dunia luar diputus –termasuk akses ke media.
Istri baru Ghosn pun tidak boleh menjenguk.
Kini Ghosn merdeka di Lebanon. Tidak akan mau balik ke Jepang.
Lebanon juga tidak punya perjanjian ekstradisi dengan Jepang.
Carole, istri baru Ghosn juga sudah di Beirut.
Lebanon sendiri sudah enam bulan ini kacau balau. Demo besar merajalela. Perdana Menteri Hariri meletakkan jabatan.
Sudah tiga bulan ini tidak bisa menemukan pengganti. Pertentangan politik begitu kerasnya.
Waktu saya di Lebanon tahun lalu mulai ada suara-suara ini: Kita minta Carlos Ghosn pulang. Kita jadikan Ghosn perdana menteri Lebanon.
Agar Lebanon bisa maju seperti Nissan.
Kini Ghosn pulang sendiri ke Lebanon. Ia memang lahir di Brasil tapi bapak-ibunya asli Lebanon. Ghosn sendiri tumbuh sebagai remaja di Lebanon –sebelum sekolah dan menetap di Paris.
Malam tahun baru tadi malam Ghosn dan Carole bisa happy-happy di sana.
Atau tidak.
Ghosn sudah harus merancang serangan balik.
“Mulai minggu depan,” katanya.
Go Ghosn. Go!
Kita akan menonton drama yang akan Anda mainkan di tahun baru 2020.(Dahlan Iskan)