29.2 C
Jakarta
30 April 2024, 2:08 AM WIB

Meninggal saat Amankan Melasti, Istri Tak Tahu Almarhum Idap Jantung

Salah seorang anggota Satpolair Polres Tabanan Aipda I Made Arya mengembuskan nafas terakhirnya saat menjalankan tugas, Kamis (30/1) lalu.

Mendiang meninggal saat melakukan pengamanan Melasti Karya Agung Pengurip Gumi di pantai Tanah Lot akibat serangan jantung.

 

 

ZULFIKA RAHMAN, Tabanan

MATA Luh Murti, 50, istri mendiang Aipda I Made Arya masih tampak sembab, namun dia terlihat sudah mengikhlaskan kepergian suami tercintanya itu.

Sementara tiga anak perempuannya masih terus menangis. Bahkan Putu Melisa Arya Putri, 20, putri pertamanya sempat pingsan.

Sosok Aipda Made Arya yang dikenal sangat dekat dengan anak-anaknya itu kini telah berpulang dalam tugas mulia.

“Saya sudah berusaha ikhlas. Anak-anak saya yang masih berat,” ujar Luh Murti ditemui di rumah duka di Banjar Malmundeh, Desa Pandak Bandung, Kediri, kemarin (31/1).

Pelayat dari berbagai kalangan terutama dari Satuan Polair Polres Tabanan yang mengenal mendiang juga tampak berdatangan ke rumah duka.

Berbagai karangan bunga tampak menghiasi. Ucapan datang mulai dari Kapolda Bali hingga Kapolres Tabanan serta beberapa rekan dari kepolisian juga terpampang di rumah duka.

Aipda Made Arya meninggal di usia 43 dengan meninggalkan tiga putri. Pertemuan terakhir yang terekam dalam ingatan Luh Murti, saat suaminya tersebut pamit untuk tugas.

Saat berangkat tugas menuju Tanah Lot, tidak ada firasat apapun. Suaminya itu masih terlihat sehat. “Berangkat sekitar pukul 07.00 pagi. Biasa, seperti biasanya,” ucapnya.

Namun, sempat kepikiran sang suami ketika hujan mengguyur Tabanan, Kamis kemarin. Sekitar pukul 14.00, saat Luh Murti masak, petir menyambar tepat di depan dapur rumahnya.

“Saya kaget, sempat berpikir ada apa ini. Tapi, hanya sekilas saja,” ujarnya. Selain itu, sebelum berangkat tumben cara membagikan uang kepada anak dan dirinya itu berbeda dari biasanya.

“Kalau biasanya ngasi uang, ya biasa saja. Tapi, kemarin (Kamis) itu beda, ngasinya diam-diam ke anak-anak. Begitu juga ke saya. Saya tidak berpikir apa-apa. Ternyata mungkin ini jawabanya,” sambungnya.

Selama hidup, polisi kelahiran 3 Januari 1977 silam itu dikenal tidak pernah lelah dan sangat mencintai keluarganya.

Bahkan di sela-sela menjadi abdi negara, Arya masih sempat menjalankan usaha kecil-kecilan membuat bata merah dan juga beternak bebek di rumahnya.

Kepada keluarganya itu, dia selalu mengajarkan sikap disiplin dan semangat dalam menjalani hidup. “Saya dikabari rekan anggotanya saat bapak sudah meninggal.

Selama ini, beliau tidak pernah mengeluhkan apapun, bahkan saya baru tahu kalau ada riwayat penyakit jantung, karena selama ini tidak pernah menunjukkan dan selalu terlihat sehat,” kenang Luh Murti. 

Rencananya, jenazah almarhum Aipda I Made Arya akan diaben Selasa mendatang. (*)

 

Salah seorang anggota Satpolair Polres Tabanan Aipda I Made Arya mengembuskan nafas terakhirnya saat menjalankan tugas, Kamis (30/1) lalu.

Mendiang meninggal saat melakukan pengamanan Melasti Karya Agung Pengurip Gumi di pantai Tanah Lot akibat serangan jantung.

 

 

ZULFIKA RAHMAN, Tabanan

MATA Luh Murti, 50, istri mendiang Aipda I Made Arya masih tampak sembab, namun dia terlihat sudah mengikhlaskan kepergian suami tercintanya itu.

Sementara tiga anak perempuannya masih terus menangis. Bahkan Putu Melisa Arya Putri, 20, putri pertamanya sempat pingsan.

Sosok Aipda Made Arya yang dikenal sangat dekat dengan anak-anaknya itu kini telah berpulang dalam tugas mulia.

“Saya sudah berusaha ikhlas. Anak-anak saya yang masih berat,” ujar Luh Murti ditemui di rumah duka di Banjar Malmundeh, Desa Pandak Bandung, Kediri, kemarin (31/1).

Pelayat dari berbagai kalangan terutama dari Satuan Polair Polres Tabanan yang mengenal mendiang juga tampak berdatangan ke rumah duka.

Berbagai karangan bunga tampak menghiasi. Ucapan datang mulai dari Kapolda Bali hingga Kapolres Tabanan serta beberapa rekan dari kepolisian juga terpampang di rumah duka.

Aipda Made Arya meninggal di usia 43 dengan meninggalkan tiga putri. Pertemuan terakhir yang terekam dalam ingatan Luh Murti, saat suaminya tersebut pamit untuk tugas.

Saat berangkat tugas menuju Tanah Lot, tidak ada firasat apapun. Suaminya itu masih terlihat sehat. “Berangkat sekitar pukul 07.00 pagi. Biasa, seperti biasanya,” ucapnya.

Namun, sempat kepikiran sang suami ketika hujan mengguyur Tabanan, Kamis kemarin. Sekitar pukul 14.00, saat Luh Murti masak, petir menyambar tepat di depan dapur rumahnya.

“Saya kaget, sempat berpikir ada apa ini. Tapi, hanya sekilas saja,” ujarnya. Selain itu, sebelum berangkat tumben cara membagikan uang kepada anak dan dirinya itu berbeda dari biasanya.

“Kalau biasanya ngasi uang, ya biasa saja. Tapi, kemarin (Kamis) itu beda, ngasinya diam-diam ke anak-anak. Begitu juga ke saya. Saya tidak berpikir apa-apa. Ternyata mungkin ini jawabanya,” sambungnya.

Selama hidup, polisi kelahiran 3 Januari 1977 silam itu dikenal tidak pernah lelah dan sangat mencintai keluarganya.

Bahkan di sela-sela menjadi abdi negara, Arya masih sempat menjalankan usaha kecil-kecilan membuat bata merah dan juga beternak bebek di rumahnya.

Kepada keluarganya itu, dia selalu mengajarkan sikap disiplin dan semangat dalam menjalani hidup. “Saya dikabari rekan anggotanya saat bapak sudah meninggal.

Selama ini, beliau tidak pernah mengeluhkan apapun, bahkan saya baru tahu kalau ada riwayat penyakit jantung, karena selama ini tidak pernah menunjukkan dan selalu terlihat sehat,” kenang Luh Murti. 

Rencananya, jenazah almarhum Aipda I Made Arya akan diaben Selasa mendatang. (*)

 

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/