29.3 C
Jakarta
22 November 2024, 11:09 AM WIB

Loyo Usai Pembuluh Darah Pecah, Kepala Hingga Perut Terpasang Selang

Beban hidup Made Joni Artana, sungguh berat di usianya yang menginjak 9 tahun. Bocah asal Banjar Bedauh, Dusun Kanginan, Desa Pesinggahan,

Kecamatan Dawan, Klungkung terpaksa menghabiskan hari-harinya dengan berbaring di tempat tidur dan di pangkuan sanak keluarga. Kenapa?

 

 

DEWA AYU PITRI ARISANTI, Semarapura

PEMBULUH darah pecah menjadi penyebab Made Joni Artana, anak kedua dari tiga bersaudara itu terpaksa hidup dengan selang yang tertanam pada tubuhnya dari kepala hingga ke perut.

Dia pun hanya bisa tidur-tiduran di ranjang atau di pangkauan sanak keluarga. Saat Jawa Pos Radar Bali datang ke rumahnya kemarin, Joni tampak dipangku olah sang ayah, Ketut Sutarjana, 37.

Berusia 9 tahun, kepala Joni tampak lebih besar dibandingkan dengan anak seusianya. Berbanding terbalik dengan kondisi kakinya yang tampak lebih kecil dibandingkan dengan anak seusianya.

Ketut Sutarjana menuturkan, kondisi tubuh itu dialami Joni setelah menjalani operasi 8 tahun lalu. 9 tahun lalu Joni lahir dengan kondisi normal.

Tidak ada tanda-tanda anak laki-laki itu memiliki kelainan. Namun saat berusia 42 hari, kaki kanan Joni mengalami pembengkakan sebesar bola tenis berwarna merah padam.

“Setelah diperiksa ke dokter, katanya ada pembuluh darah yang pecah. Diduga akibat terkejut atau terjatuh. Tapi saat itu anak saya tidak pernah terjatuh,” ungkapnya.

Menurutnya, pecahnya pembuluh darah tidak hanya membuat timbulnya benjolan di kaki Joni. Berdasarkan hasil rontgen, dokter mengungkapkan bahwa di kepala Joni juga terdapat cairan sehingga harus dilakukan operasi.

“Akhirnya langsung dilakukan operasi. Dan dipasang selang dari kepala hingga ke perut agar cairan yang ada di kepala bisa keluar menjadi kencing,” kata pria yang menjadi petugas parkir di pasar Kusamba tersebut.

Namun tindakan operasi itu pasalnya tidak membuat anaknya itu sembuh dari penyakitnya. Bahkan setahun setelah operasi, kepala Joni membesar.

Joni yang seharusnya tidak hanya bisa duduk namun juga berlari dan bermain dengan anak-anak seusianya, hingga saat ini hanya bisa terbaring di tempat tidur dan di atas pangkuan sanak keluarganya.

Joni juga tidak bisa berbicara dan cenderung seperti bayi. “Operasinya hanya sekali. Sampai saat ini selangnya masih terpasang untuk mengeluarkan cairan di kepala

agar bisa dikeluarkan seperti kencing. Sampai sekarang tidak bisa duduk. Makan juga harus disuapi. Untungnya tidak rewel,” jelas Sutarjana.

Lebih lanjut diungkapkannya, pemerintah telah menaruh perhatian yang cukup terhadap kondisi anaknya itu.

Sejak mengalami gangguan hingga saat ini, pemerintah desa telah memfasilitas anaknya untuk mendapat pelayanan kesehatan yang layak dan bantuan lainnya. (*)

Beban hidup Made Joni Artana, sungguh berat di usianya yang menginjak 9 tahun. Bocah asal Banjar Bedauh, Dusun Kanginan, Desa Pesinggahan,

Kecamatan Dawan, Klungkung terpaksa menghabiskan hari-harinya dengan berbaring di tempat tidur dan di pangkuan sanak keluarga. Kenapa?

 

 

DEWA AYU PITRI ARISANTI, Semarapura

PEMBULUH darah pecah menjadi penyebab Made Joni Artana, anak kedua dari tiga bersaudara itu terpaksa hidup dengan selang yang tertanam pada tubuhnya dari kepala hingga ke perut.

Dia pun hanya bisa tidur-tiduran di ranjang atau di pangkauan sanak keluarga. Saat Jawa Pos Radar Bali datang ke rumahnya kemarin, Joni tampak dipangku olah sang ayah, Ketut Sutarjana, 37.

Berusia 9 tahun, kepala Joni tampak lebih besar dibandingkan dengan anak seusianya. Berbanding terbalik dengan kondisi kakinya yang tampak lebih kecil dibandingkan dengan anak seusianya.

Ketut Sutarjana menuturkan, kondisi tubuh itu dialami Joni setelah menjalani operasi 8 tahun lalu. 9 tahun lalu Joni lahir dengan kondisi normal.

Tidak ada tanda-tanda anak laki-laki itu memiliki kelainan. Namun saat berusia 42 hari, kaki kanan Joni mengalami pembengkakan sebesar bola tenis berwarna merah padam.

“Setelah diperiksa ke dokter, katanya ada pembuluh darah yang pecah. Diduga akibat terkejut atau terjatuh. Tapi saat itu anak saya tidak pernah terjatuh,” ungkapnya.

Menurutnya, pecahnya pembuluh darah tidak hanya membuat timbulnya benjolan di kaki Joni. Berdasarkan hasil rontgen, dokter mengungkapkan bahwa di kepala Joni juga terdapat cairan sehingga harus dilakukan operasi.

“Akhirnya langsung dilakukan operasi. Dan dipasang selang dari kepala hingga ke perut agar cairan yang ada di kepala bisa keluar menjadi kencing,” kata pria yang menjadi petugas parkir di pasar Kusamba tersebut.

Namun tindakan operasi itu pasalnya tidak membuat anaknya itu sembuh dari penyakitnya. Bahkan setahun setelah operasi, kepala Joni membesar.

Joni yang seharusnya tidak hanya bisa duduk namun juga berlari dan bermain dengan anak-anak seusianya, hingga saat ini hanya bisa terbaring di tempat tidur dan di atas pangkuan sanak keluarganya.

Joni juga tidak bisa berbicara dan cenderung seperti bayi. “Operasinya hanya sekali. Sampai saat ini selangnya masih terpasang untuk mengeluarkan cairan di kepala

agar bisa dikeluarkan seperti kencing. Sampai sekarang tidak bisa duduk. Makan juga harus disuapi. Untungnya tidak rewel,” jelas Sutarjana.

Lebih lanjut diungkapkannya, pemerintah telah menaruh perhatian yang cukup terhadap kondisi anaknya itu.

Sejak mengalami gangguan hingga saat ini, pemerintah desa telah memfasilitas anaknya untuk mendapat pelayanan kesehatan yang layak dan bantuan lainnya. (*)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/