27.3 C
Jakarta
30 April 2024, 7:10 AM WIB

Banyak Perlu Diperbaiki, Mundur dari Jurnalis Karena Ingin Jaga Etika

Bukan hal biasa seorang wartawan terjun ke dunia politik. Seperti I Made Rai Warsa. Ia banting setir menjadi seorang politisi. Rai pun ikut bertarung menjadi calon legislatif di pesta demokrasi 2019.

 

NI KADEK NOVI FEBRIANI, Denpasar

 

LELAKI kelahiran Desa Melinggih, Kecamatan Payangan Gianyar 5 Juli 1967 ini bukan jurnalis biasa. Selama tiga puluh tahun dia menggeluti dunia jurnalistik.

I Made Rai Warsa, demikian nama lelaki itu, memulai karir jurnalistik dari tingkat bawah. Selama jadi wartawan, Rai Warsa piawai menulis banyak hal.

Termasuk kepercayaan memimpin di keredaksian, hingga tingkat manajemen perusahaan media. Seperti di posisi redaktur pelaksana, general manager, bahkan direktur perusahaan media.

Rai Warsa sendiri sebelumnya pernah jadi direktur Radar Bali sebelum akhirnya mendapat kepercayaan sebagai direktur Bali Express.

Lahir dari anak petani di desa, membuat Rai Warsa memiliki semangat dan pekerja keras. Sehingga bapak dua anak ini bisa menyekolahkan anaknya sampai perguruan tinggi.

Hal yang membuatnya bangga, anak pertamanya adalah calon dokter. “Dua anak saya sudah kuliah. Yang pertama sudah diwisuda

di Fakultas Kedokteran Unud. Satu lagi kuliah di Fakultas Hukum Udayana semester 3,” ujar anak kedua dari lima bersaudara ini.

Tidak hanya matang karena pada profesi wartawan, Rai Warsa juga banyak belajar di organisasi. Ia pernah sebagai Sekretaris Dewan Kehormatan Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) Bali periode 2009-2014.

Sempat juga menjadi calon Ketua PWI Bali pada tahun 2014, tapi memilih mundur.  Kini, Rai Warsa meninggalkan dunia media yang telah membesarkan namanya.

Itu dia lakukan lantaran menjadi calon anggota legislatif untuk DPRD Provinsi Bali dengan kendaraan PDIP. Ia juga ingin menjaga etika dan menghormati independensi jurnalis dan media.

“Tujuan utama ikut nyaleg ingin berbuat sesuatu untuk kemajuan Rakyat Bali, khususnya Gianyar. Banyak yang perlu diperbaiki,” tuturnya.

Dia mencontohkan, bidang infrastruktur yang sudah jalan, namun mesti dirapikan. Penggarapan harus memikirkan skala prioritas. Urgensi kepentingan skala besar, katanya.

Selain infrastruktur, yang menjadi titik fokusnya adalah masalah pendidikan. Pendidikan harus didukung fasilitas dan sumber daya manusia.

Lanjutnya, yang tak kalah penting adalah  bidang kesehatan. Persoalan itu selalu menjadi masalah. Apalagi menyangkut warga yang kurang mampu.

“Puskesmas harus diperkuat. Dari segi representatif bangunan dan yang lebih penting tenaga medis dan dengan demikian tidak semua pasien dirujuk ke RS Sanglah,” ujar alumnus Fakultas Komunikasi Universitas Dwijendra ini.

Pria murah senyum ini juga akan melakukan pemberdayaan desa adat dengan diperkuat dengan aturan adat.

Katanya, pararem, awig-awig mesti diperkuat oleh peraturan bupati/ wali kota hingga peraturan gubernur. Sehingga kelak dia terpilih, tujuan-tujuan yang dia paparkan akan diperjuangkan di DPRD Provinsi Bali.

Bukan hal biasa seorang wartawan terjun ke dunia politik. Seperti I Made Rai Warsa. Ia banting setir menjadi seorang politisi. Rai pun ikut bertarung menjadi calon legislatif di pesta demokrasi 2019.

 

NI KADEK NOVI FEBRIANI, Denpasar

 

LELAKI kelahiran Desa Melinggih, Kecamatan Payangan Gianyar 5 Juli 1967 ini bukan jurnalis biasa. Selama tiga puluh tahun dia menggeluti dunia jurnalistik.

I Made Rai Warsa, demikian nama lelaki itu, memulai karir jurnalistik dari tingkat bawah. Selama jadi wartawan, Rai Warsa piawai menulis banyak hal.

Termasuk kepercayaan memimpin di keredaksian, hingga tingkat manajemen perusahaan media. Seperti di posisi redaktur pelaksana, general manager, bahkan direktur perusahaan media.

Rai Warsa sendiri sebelumnya pernah jadi direktur Radar Bali sebelum akhirnya mendapat kepercayaan sebagai direktur Bali Express.

Lahir dari anak petani di desa, membuat Rai Warsa memiliki semangat dan pekerja keras. Sehingga bapak dua anak ini bisa menyekolahkan anaknya sampai perguruan tinggi.

Hal yang membuatnya bangga, anak pertamanya adalah calon dokter. “Dua anak saya sudah kuliah. Yang pertama sudah diwisuda

di Fakultas Kedokteran Unud. Satu lagi kuliah di Fakultas Hukum Udayana semester 3,” ujar anak kedua dari lima bersaudara ini.

Tidak hanya matang karena pada profesi wartawan, Rai Warsa juga banyak belajar di organisasi. Ia pernah sebagai Sekretaris Dewan Kehormatan Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) Bali periode 2009-2014.

Sempat juga menjadi calon Ketua PWI Bali pada tahun 2014, tapi memilih mundur.  Kini, Rai Warsa meninggalkan dunia media yang telah membesarkan namanya.

Itu dia lakukan lantaran menjadi calon anggota legislatif untuk DPRD Provinsi Bali dengan kendaraan PDIP. Ia juga ingin menjaga etika dan menghormati independensi jurnalis dan media.

“Tujuan utama ikut nyaleg ingin berbuat sesuatu untuk kemajuan Rakyat Bali, khususnya Gianyar. Banyak yang perlu diperbaiki,” tuturnya.

Dia mencontohkan, bidang infrastruktur yang sudah jalan, namun mesti dirapikan. Penggarapan harus memikirkan skala prioritas. Urgensi kepentingan skala besar, katanya.

Selain infrastruktur, yang menjadi titik fokusnya adalah masalah pendidikan. Pendidikan harus didukung fasilitas dan sumber daya manusia.

Lanjutnya, yang tak kalah penting adalah  bidang kesehatan. Persoalan itu selalu menjadi masalah. Apalagi menyangkut warga yang kurang mampu.

“Puskesmas harus diperkuat. Dari segi representatif bangunan dan yang lebih penting tenaga medis dan dengan demikian tidak semua pasien dirujuk ke RS Sanglah,” ujar alumnus Fakultas Komunikasi Universitas Dwijendra ini.

Pria murah senyum ini juga akan melakukan pemberdayaan desa adat dengan diperkuat dengan aturan adat.

Katanya, pararem, awig-awig mesti diperkuat oleh peraturan bupati/ wali kota hingga peraturan gubernur. Sehingga kelak dia terpilih, tujuan-tujuan yang dia paparkan akan diperjuangkan di DPRD Provinsi Bali.

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/