25.2 C
Jakarta
22 November 2024, 6:23 AM WIB

Ideologi Republik dari Kansas

Oleh : Dahlan Iskan

Saya lagi di negara bagian yang hampir seumur hidupnya dikuasai Partai Republik: Kansas. Uniknya negara bagian ini anti perbudakan.

Dalam perang saudara dulu Kansas termasuk paling depan. Melawan negara-negara bagian di Selatan yang ingin berdiri sendiri. Membentuk negara konfederasi. Memisahkan diri dari Amerika Serikat.

Ideologi perjuangan Partai Republik kita tahu: kapitalisme. Dengan keturunannya: pajak rendah, birokrasi kecil, hak perorangan memiliki senjata, anti aborsi/LGBT, dan orang miskin itu karena salahnya sendiri: tidak mau kerja keras. Tidak mau berhemat.

Partai Demokrat berideologi sebaliknya.

Tapi di era modern ini banyak anggota Partai Republik yang tidak setuju sepenuhnya dengan ideologi itu. Pun sebaliknya.

Kita umumnya anti kapitalisme. Mengapa? Pokoknya anti.

Tapi di negara bagian Kansas ini saya bisa menelusuri pelan-pelan: mengapa ideologi kapitalisme itu mendarah-mendaging. Sampai menjadi sikap perorangan. Kuat. Teguh. Kokoh.

Saya pun ingin menyelami dalam-dalam. Sampai ke asbabun nuzulnya.

Hampir tiap hari saya bertemu orang tua. Yang ayahnya generasi pertama di Kansas. Yang datang ke wilayah ini pertengahan tahun 1800-an. Saat wilayah ini hanya berupa padang prairi. Hanya ada angin. Dan rumput. Yang tidak berhenti bergoyang.

Bahkan angin terlalu banyak. Tornado sering datang. Berputar-putar. Menghancurkan apa saja. Termasuk mencabut pohon. Itulah sebabnya tidak banyak pohon di sini. Gersang.

Siapa saja boleh datang ke sini. Boleh langsung menguasai tanah 160 acres. Sekitar 65 ha. Mengolahnya sendiri. Menjaganya sendiri.
Dan setelah tinggal di situ tiga tahun boleh memilikinya.

Tidak ada listrik. Tidak ada air. Yang ada hanya kayu. Dan rumput kering. Setinggi manusia. Untuk dibakar. Sebagai sumber energi. Ada parit-parit kecil. Untuk diambil airnya. Sebagai sumber kehidupan.

Zaman itu begitu tiba mereka mulai membangun ‘rumah’. Tanpa ada yang membantu. Awalnya hanya dari rumput: dinding dan atapnya. Atau membuat lubang seperti gua.

Pada musim dingin mereka sangat tersiksa. Rumah seperti itu tidak cukup untuk menahan gigitan salju. Lalu bercocok tanam: sayur dan buah holtikultura. Di sekitar rumah.

Juga harus berburu. Sambill menunggu sayur tumbuh. Tidak ada sumber makanan lain. Tidak ada toko. Tetangga pun jauh: setengah kilometer.

Tapi banyak kelinci di padang praire itu. Bahkan kelinci besar. Yang disebut Jack Rabbit. Dua kali ukuran kelinci biasa. Warnanya seperti tupai. Itulah sumber makanan yang ada.

Pelan-pelan rumah mereka menjadi rumah kayu. Tanah yang bisa digarap kian luas. Mulailah bisa menanam gandum. Atau sorgum. Kansas penghasil sorgum terbesar di Amerika.

Lalu mereka beternak. Sapi. Dilepaskan begitu saja. Setelah membiak mulailah perlu kuda. Sebagai pengawas ternak. Dan alat transportasi. Perlu punya gerobak. Untuk angkutan. Belum ada listrik. Belum ada mobil.

Tidak ada pemerintah. Pemerintah pusat tidak punya tangan. Pemerintah negara bagian pun belum ada.

Penduduk berdiri sendiri. Mencari hidup sendiri. Mengamankan diri sendiri. Karena itu mereka harus punya senjata. Untuk melindungi diri. Dari binatang buas. Dan penjahat.

Kalau sakit harus bisa diatasi sendiri. Karena itu mereka tidak mau sakit. Disiplin pada kebersihan. Tidak mau dekat dengan orang lain: takut siapa tahu menularkan penyakit.

Tidak semua orang mau disiplin dan bekerja keras seperti itu. Ada yang menyerah: pilih jadi penjahat. Merampok. Korban perampokan luar biasa sakit hatinya. Yang dirampok itu harta yang dikumpulkan dengan susah-payah. Yang jumlahnya belum banyak.

Itulah sebabnya mereka sangat membenci orang jahat. Orang malas. Orang miskin.

Mereka bekerja keras karena harus bisa hidup. Mereka harus kerja keras dua kali lipat.

Untuk menghadapi musim salju. Yang tidak akan ada sumber makanan apa pun.

Mereka juga membenci pemerintah: pada dasarnya. Yang hanya bisa memungut pajak. Dari hasil kerja keras sendiri. Mereka ingin tanpa pajak. Kalau pun ada serendah mungkin.

Mereka juga membenci orang selatan. Yang untuk menggarap tanahnya membeli budak. Dari Afrika. Tidak mau kerja keras sendiri.

Asyik kalau mendengarkan orang-orang tua di sini bercerita. Cerita yang mereka dengar dari orang tua mereka. Ketika mereka masih kecil. Masih ikut membajak sawah. Dengan kuda sebagai penarik bajaknya. Mereka masih tidak masuk sekolah selama musim garap tanah. Membantu ayah. Tapi diberi upah oleh sang ayah. Tidak seperti kecil saya dulu.

Mereka masih sangat mencintai kuda. Mainannya rodeo. Bacaannya novel seperti Black Stallion. Berseri-seri. Atau Black Beauty. Kisah tentang kehebatan kuda. Asyik.

Waktu buku-buku tua itu saya temukan tiga tahun lalu saya baca semua sampai ludes. Atau yang satire seperti Animal Farm.

Mereka masih belajar menembak. Dan masih terus menyimpan senjata-senjata warisan itu.

Semua itu mendarah-mendaging. Menjadi akar yang dalam ideologi kapitalisme.

Seperti mendalamnya pelajaran tarih di pesantren buat saya.(dis)

Oleh : Dahlan Iskan

Saya lagi di negara bagian yang hampir seumur hidupnya dikuasai Partai Republik: Kansas. Uniknya negara bagian ini anti perbudakan.

Dalam perang saudara dulu Kansas termasuk paling depan. Melawan negara-negara bagian di Selatan yang ingin berdiri sendiri. Membentuk negara konfederasi. Memisahkan diri dari Amerika Serikat.

Ideologi perjuangan Partai Republik kita tahu: kapitalisme. Dengan keturunannya: pajak rendah, birokrasi kecil, hak perorangan memiliki senjata, anti aborsi/LGBT, dan orang miskin itu karena salahnya sendiri: tidak mau kerja keras. Tidak mau berhemat.

Partai Demokrat berideologi sebaliknya.

Tapi di era modern ini banyak anggota Partai Republik yang tidak setuju sepenuhnya dengan ideologi itu. Pun sebaliknya.

Kita umumnya anti kapitalisme. Mengapa? Pokoknya anti.

Tapi di negara bagian Kansas ini saya bisa menelusuri pelan-pelan: mengapa ideologi kapitalisme itu mendarah-mendaging. Sampai menjadi sikap perorangan. Kuat. Teguh. Kokoh.

Saya pun ingin menyelami dalam-dalam. Sampai ke asbabun nuzulnya.

Hampir tiap hari saya bertemu orang tua. Yang ayahnya generasi pertama di Kansas. Yang datang ke wilayah ini pertengahan tahun 1800-an. Saat wilayah ini hanya berupa padang prairi. Hanya ada angin. Dan rumput. Yang tidak berhenti bergoyang.

Bahkan angin terlalu banyak. Tornado sering datang. Berputar-putar. Menghancurkan apa saja. Termasuk mencabut pohon. Itulah sebabnya tidak banyak pohon di sini. Gersang.

Siapa saja boleh datang ke sini. Boleh langsung menguasai tanah 160 acres. Sekitar 65 ha. Mengolahnya sendiri. Menjaganya sendiri.
Dan setelah tinggal di situ tiga tahun boleh memilikinya.

Tidak ada listrik. Tidak ada air. Yang ada hanya kayu. Dan rumput kering. Setinggi manusia. Untuk dibakar. Sebagai sumber energi. Ada parit-parit kecil. Untuk diambil airnya. Sebagai sumber kehidupan.

Zaman itu begitu tiba mereka mulai membangun ‘rumah’. Tanpa ada yang membantu. Awalnya hanya dari rumput: dinding dan atapnya. Atau membuat lubang seperti gua.

Pada musim dingin mereka sangat tersiksa. Rumah seperti itu tidak cukup untuk menahan gigitan salju. Lalu bercocok tanam: sayur dan buah holtikultura. Di sekitar rumah.

Juga harus berburu. Sambill menunggu sayur tumbuh. Tidak ada sumber makanan lain. Tidak ada toko. Tetangga pun jauh: setengah kilometer.

Tapi banyak kelinci di padang praire itu. Bahkan kelinci besar. Yang disebut Jack Rabbit. Dua kali ukuran kelinci biasa. Warnanya seperti tupai. Itulah sumber makanan yang ada.

Pelan-pelan rumah mereka menjadi rumah kayu. Tanah yang bisa digarap kian luas. Mulailah bisa menanam gandum. Atau sorgum. Kansas penghasil sorgum terbesar di Amerika.

Lalu mereka beternak. Sapi. Dilepaskan begitu saja. Setelah membiak mulailah perlu kuda. Sebagai pengawas ternak. Dan alat transportasi. Perlu punya gerobak. Untuk angkutan. Belum ada listrik. Belum ada mobil.

Tidak ada pemerintah. Pemerintah pusat tidak punya tangan. Pemerintah negara bagian pun belum ada.

Penduduk berdiri sendiri. Mencari hidup sendiri. Mengamankan diri sendiri. Karena itu mereka harus punya senjata. Untuk melindungi diri. Dari binatang buas. Dan penjahat.

Kalau sakit harus bisa diatasi sendiri. Karena itu mereka tidak mau sakit. Disiplin pada kebersihan. Tidak mau dekat dengan orang lain: takut siapa tahu menularkan penyakit.

Tidak semua orang mau disiplin dan bekerja keras seperti itu. Ada yang menyerah: pilih jadi penjahat. Merampok. Korban perampokan luar biasa sakit hatinya. Yang dirampok itu harta yang dikumpulkan dengan susah-payah. Yang jumlahnya belum banyak.

Itulah sebabnya mereka sangat membenci orang jahat. Orang malas. Orang miskin.

Mereka bekerja keras karena harus bisa hidup. Mereka harus kerja keras dua kali lipat.

Untuk menghadapi musim salju. Yang tidak akan ada sumber makanan apa pun.

Mereka juga membenci pemerintah: pada dasarnya. Yang hanya bisa memungut pajak. Dari hasil kerja keras sendiri. Mereka ingin tanpa pajak. Kalau pun ada serendah mungkin.

Mereka juga membenci orang selatan. Yang untuk menggarap tanahnya membeli budak. Dari Afrika. Tidak mau kerja keras sendiri.

Asyik kalau mendengarkan orang-orang tua di sini bercerita. Cerita yang mereka dengar dari orang tua mereka. Ketika mereka masih kecil. Masih ikut membajak sawah. Dengan kuda sebagai penarik bajaknya. Mereka masih tidak masuk sekolah selama musim garap tanah. Membantu ayah. Tapi diberi upah oleh sang ayah. Tidak seperti kecil saya dulu.

Mereka masih sangat mencintai kuda. Mainannya rodeo. Bacaannya novel seperti Black Stallion. Berseri-seri. Atau Black Beauty. Kisah tentang kehebatan kuda. Asyik.

Waktu buku-buku tua itu saya temukan tiga tahun lalu saya baca semua sampai ludes. Atau yang satire seperti Animal Farm.

Mereka masih belajar menembak. Dan masih terus menyimpan senjata-senjata warisan itu.

Semua itu mendarah-mendaging. Menjadi akar yang dalam ideologi kapitalisme.

Seperti mendalamnya pelajaran tarih di pesantren buat saya.(dis)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/