30.2 C
Jakarta
30 April 2024, 0:12 AM WIB

Tak Bisa Lepas dari Seni, Kerap Alami Kejadian Mistis Kala Bikin Tapel

Jiwa seni memang tak bisa lepas dari Aipda Komang Andi Wirawan, anggota Polri yang bertugas di Polsek Kota Singaraja.

Bakat seni yang tumbuh sejak kecil membuat dirinya terus berkarya disela-sela kesibukan menjadi intel Polsek Kota Singaraja. Kini dia juga sebagai pembuat tapel ogoh-ogoh disela-sela tugasnya di kepolisian.

 

  

JULIADI, Singaraja

GANG sempit berukuran 1,5 meter bersebelahan dengan penjual minuman tradisional Bali (tuak) di Banjar Dinas Lingkungan Penarungan, Kelurahan Penarukan.

Itulah lokasi menuju rumah Aipda Komang Andi Wirawan. Jawa Pos Radar Bali sempat kesulitan untuk mengetahui lokasi rumah pria yang akrab disapa Aipda Andi ini.

Lantaran di Jalan Setia Budi banyak gang-gang kecil. Bersyukur Aipda Komang Andi Wirawan mengirimkan share lokasi kediamannya melalui aplikasi Google Map.

Sehingga Jawa Pos Radar Bali tak kesasar untuk menemukan rumahnya. Setiba di rumahnya beberapa peralatan seni tampak berserakan.

Tapel wajah ogoh-ogoh terpanjang didekat tembok ruangan gudang lokasi keseharian Aipda Andi melepas luapan bakat seni yang dimilikinya.

“Hitung-hitung memanfaatkan waktu luang sebagai anggota polisi, kalau tak ada jadwal piket. Ya membuat tapel ogoh-ogoh. Kadang kala main musik juga sih.

Santai biar mengalir jiwa seni,” ucap pria yang akrab disapa  Aipda Andi sambil memperlihatkan karya seni tapel wajah ogoh-ogoh yang sedang dikerjakannya.  

Diakui pria tamatan sekolah kepolisian Negara (SPN) Singaraja tahun 2000 ini, bakat seni membuat tapel sudah ada sejak masih duduk dibangku sekolah dasar.

Kemudian keturunan dari ayah yang juga merupakan seorang pekerja seni. “Sering kali ayah mengerjakan wadah pembuat bade bagi orang meninggal (ngaben) dan tapel.

Sehingga saya sering membantu, semakin terasah jiwa seni, maka sampai tak bisa lepas dengan seni,” tutur pria bertubuh gempal.    

Dikatakan Aipda Andi, sebelum menjadi anggota polisi ternyata dia juga menjadi seorang mahasiswa jurusan seni rupa.

Namun hanya bertahan selama 6 bulan, setelah itu putus ditengah jalan. Karena mengikuti tes menjadi seorang anggota polisi dan lulus.

Lanjutnya, mulai berkarya seni membuat tapel ogoh-ogoh sejatinya sudah berjalan selama 6 tahun. Meski demikian bekerja sebagai

pengerajin tapel ogoh-ogoh sama sekali tak mengganggu aktivitasnya Aipda Andi sebagai anggota polisi tetap berjalan sebagai biasanya.

“Kalau sehari saya mampu menyelesaikan satu tapel ogoh-ogoh. Itu pun kalau tidak ada tugas piket sebagai anggota polisi. Kadang kala tergantung mood, bisa tapel saya selesai selama 3 hari,” tutur pria berusia 39 tahun.

Untuk bahan pembuatan tapel beragam. Seperti sterofoam, ulatan bambu dan kayu. Kemudian tingkat kesulitan pembuatan tapel ogoh-ogoh menciptakan ekspresi.

Misalnya ekspresi wajah marah, seram, atau angeng (marah sekali) itu yang rumit. Karena menciptakan sebuah eksperesi wajah menyangkut karakter.

Sementara untuk kelengkapan mata bibir, hidung, lidah sangat gampang. “Selain itu tingkat kerumitan juga tergantung ukuran dan dari bahan yang digunakan. Kalau dari kayu atau bambu lebih rumit lagi cara pembuatannya,” terangnya.

Harga tapel tergantung besaran dan tingkat kesulitan mulai dari Rp 400 ribu sampai Rp 2 juta rupiah. Mulai banyak pemesanan menjelang hari raya nyepi tiba.

Dua atau sebulan lagi perayaan Nyepi sudah mulai berdatangan pesanan. Bahkan pemesanan datang dari luar Bali.

“Dulu sempat ada yang pesan dari umat Hindu di Mojokerto, Jawa Timur,” ucapnya. Aipda Andi menambahkan sebagai seorang pembuat tapel ogoh-ogoh selalu ada saja cerita dan kejadian mistis yang dialaminya.

Apalagi saat bekerja dimalam hari, Kata dia, ada yang melempar, menyiram dengan air, tertawa, berbicara sendiri saat mengerjakan.

Disamping itu kadang kala ada saat mengerjakan tapel, tiba-tiba posisi tapel ogoh-ogoh bisa berubah atau hilang. Setelah sekian hari ketemu kembali.

Banyak sekali mistis. Bahkan mimpi didatangi  pemilik wajah tapel sesungguhnya. “Maka selalu saya dalam membuat tapel ogoh-ogoh

harus mencari waktu atau hari yang baik (dewasa). Dan sebelum memulai pekerjaan sembahyang terlebih dahulu,” ungkapnya.

Aipda Andi mengaku dalam pembuatan tapel ogoh-ogoh selama 6 tahun yang paling berkesan pembuatan tapel dadong brung.

Tapel ogoh-ogoh dadong brung, ekpresinya dia tidak galak, hanya diam mulut tertutup.  Namun sosok nenek yang cukup menyeramkan.

“Itu original saya ciptakan, bahannya pun dari limbah sampah ogoh-ogoh yang dibuang,” tandasnya. (*)   

 

Jiwa seni memang tak bisa lepas dari Aipda Komang Andi Wirawan, anggota Polri yang bertugas di Polsek Kota Singaraja.

Bakat seni yang tumbuh sejak kecil membuat dirinya terus berkarya disela-sela kesibukan menjadi intel Polsek Kota Singaraja. Kini dia juga sebagai pembuat tapel ogoh-ogoh disela-sela tugasnya di kepolisian.

 

  

JULIADI, Singaraja

GANG sempit berukuran 1,5 meter bersebelahan dengan penjual minuman tradisional Bali (tuak) di Banjar Dinas Lingkungan Penarungan, Kelurahan Penarukan.

Itulah lokasi menuju rumah Aipda Komang Andi Wirawan. Jawa Pos Radar Bali sempat kesulitan untuk mengetahui lokasi rumah pria yang akrab disapa Aipda Andi ini.

Lantaran di Jalan Setia Budi banyak gang-gang kecil. Bersyukur Aipda Komang Andi Wirawan mengirimkan share lokasi kediamannya melalui aplikasi Google Map.

Sehingga Jawa Pos Radar Bali tak kesasar untuk menemukan rumahnya. Setiba di rumahnya beberapa peralatan seni tampak berserakan.

Tapel wajah ogoh-ogoh terpanjang didekat tembok ruangan gudang lokasi keseharian Aipda Andi melepas luapan bakat seni yang dimilikinya.

“Hitung-hitung memanfaatkan waktu luang sebagai anggota polisi, kalau tak ada jadwal piket. Ya membuat tapel ogoh-ogoh. Kadang kala main musik juga sih.

Santai biar mengalir jiwa seni,” ucap pria yang akrab disapa  Aipda Andi sambil memperlihatkan karya seni tapel wajah ogoh-ogoh yang sedang dikerjakannya.  

Diakui pria tamatan sekolah kepolisian Negara (SPN) Singaraja tahun 2000 ini, bakat seni membuat tapel sudah ada sejak masih duduk dibangku sekolah dasar.

Kemudian keturunan dari ayah yang juga merupakan seorang pekerja seni. “Sering kali ayah mengerjakan wadah pembuat bade bagi orang meninggal (ngaben) dan tapel.

Sehingga saya sering membantu, semakin terasah jiwa seni, maka sampai tak bisa lepas dengan seni,” tutur pria bertubuh gempal.    

Dikatakan Aipda Andi, sebelum menjadi anggota polisi ternyata dia juga menjadi seorang mahasiswa jurusan seni rupa.

Namun hanya bertahan selama 6 bulan, setelah itu putus ditengah jalan. Karena mengikuti tes menjadi seorang anggota polisi dan lulus.

Lanjutnya, mulai berkarya seni membuat tapel ogoh-ogoh sejatinya sudah berjalan selama 6 tahun. Meski demikian bekerja sebagai

pengerajin tapel ogoh-ogoh sama sekali tak mengganggu aktivitasnya Aipda Andi sebagai anggota polisi tetap berjalan sebagai biasanya.

“Kalau sehari saya mampu menyelesaikan satu tapel ogoh-ogoh. Itu pun kalau tidak ada tugas piket sebagai anggota polisi. Kadang kala tergantung mood, bisa tapel saya selesai selama 3 hari,” tutur pria berusia 39 tahun.

Untuk bahan pembuatan tapel beragam. Seperti sterofoam, ulatan bambu dan kayu. Kemudian tingkat kesulitan pembuatan tapel ogoh-ogoh menciptakan ekspresi.

Misalnya ekspresi wajah marah, seram, atau angeng (marah sekali) itu yang rumit. Karena menciptakan sebuah eksperesi wajah menyangkut karakter.

Sementara untuk kelengkapan mata bibir, hidung, lidah sangat gampang. “Selain itu tingkat kerumitan juga tergantung ukuran dan dari bahan yang digunakan. Kalau dari kayu atau bambu lebih rumit lagi cara pembuatannya,” terangnya.

Harga tapel tergantung besaran dan tingkat kesulitan mulai dari Rp 400 ribu sampai Rp 2 juta rupiah. Mulai banyak pemesanan menjelang hari raya nyepi tiba.

Dua atau sebulan lagi perayaan Nyepi sudah mulai berdatangan pesanan. Bahkan pemesanan datang dari luar Bali.

“Dulu sempat ada yang pesan dari umat Hindu di Mojokerto, Jawa Timur,” ucapnya. Aipda Andi menambahkan sebagai seorang pembuat tapel ogoh-ogoh selalu ada saja cerita dan kejadian mistis yang dialaminya.

Apalagi saat bekerja dimalam hari, Kata dia, ada yang melempar, menyiram dengan air, tertawa, berbicara sendiri saat mengerjakan.

Disamping itu kadang kala ada saat mengerjakan tapel, tiba-tiba posisi tapel ogoh-ogoh bisa berubah atau hilang. Setelah sekian hari ketemu kembali.

Banyak sekali mistis. Bahkan mimpi didatangi  pemilik wajah tapel sesungguhnya. “Maka selalu saya dalam membuat tapel ogoh-ogoh

harus mencari waktu atau hari yang baik (dewasa). Dan sebelum memulai pekerjaan sembahyang terlebih dahulu,” ungkapnya.

Aipda Andi mengaku dalam pembuatan tapel ogoh-ogoh selama 6 tahun yang paling berkesan pembuatan tapel dadong brung.

Tapel ogoh-ogoh dadong brung, ekpresinya dia tidak galak, hanya diam mulut tertutup.  Namun sosok nenek yang cukup menyeramkan.

“Itu original saya ciptakan, bahannya pun dari limbah sampah ogoh-ogoh yang dibuang,” tandasnya. (*)   

 

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/