25.2 C
Jakarta
22 November 2024, 7:24 AM WIB

Kedai Kopi Bermunculan, Industri Pariwisata Ikut Angkat Kopi Bali

Munculnya kedai kopi dengan dikemas menarik membuat budaya ngopi tidak hanya dinimati kalangan tua. Namun, saat ini terjadi pergeseran. Banyak kalangan muda yang memenuhi kedai-kedai kopi.

 

ZULFIKA RAHMAN, Denpasar

KONSUMSI kopi masyarakat Bali naik pesat. Ketua Asosiasi Kopi Spesial Indonesia (AKSI) A. Syafrudin mengatakan, kopi Indonesia saat ini sedang tren diikuti oleh kalangan muda baik di hulu hinggsa hilir. 

Di tingkat hilir, banyak kalangan muda yang membidik usaha kedai kopi menjadi peluang usaha yang menjanjikan.

Hal ini menunjukkan bahwa perkembangan kopi Indonesia sangat pesat dan konsumsi lokal meningkat.

“Secara nasional, kebutuhan kopi meningkat tiap tahun antara 5 sampai 7 persen,” ucap Syafrudin.

Sementara di tingkat hulu, tak sedkit saat ini dari kalangan anak muda yang mulai tertarik untuk bertani kopi mengikuti jejak pendahulunya.

Terlebih kalangan muda ini cukup serius dalam mempelajari kopi sehingga produk yang dihasilkan pun cukup bagus dan bisa bersaing di pasaran.

Dengan peningkatan kopi yang terus membaik, membuat harga kopi di tingkat petani pun semakin mahal, dan membuat petani kopi semakin sejahtera.

Pihak asosiasi sendiri terus melakukan pengawalan agar kualitas kopi dalam negeri bisa terjaga dari sisi kualitas maupun kuantitas. 

“Ekspor kopi Indonesia semakin meningkat dalam jumlah dan kualiti atau mutu,” klaimnya. Menurutnya, jika kopi hasil petani lokal tersebut banyak di ekspor itu menunjukkan bahwa perkembangan komoditi ini di Indonesia semakin terangkat.

Begitu juga dengan peningkatan konsumsi di dalam negeri, membuat kesadaran minum kopi sudah menyebar kesegala kalangan.

Syafrudin menyebutkan, sepanjang tahun 2017 lalu, produksi kopi di Indonesia hampir 800 ribu ton dari 1,25 juta hektare luas lahan kopi di seluruh Nusantara.

Dari jumlah itu sekitar 1,7 juta kepala keluarga menjadi petani kopi. Dia juga menyebutkan sekitar 65 persen dari produksi 800 ribu ton adalah kopi robusta, sedangkan 35 persennya arabika.

” Dari jumlah produksi itu, 65 persen kopi Indonesia di ekspor, sementara 35 persen dikonsumsi lokal,” katanya.

Hal yang perlu disebarkan ke masyarakat luas bahwa dengan minum kopi lokal akan menghargai dan mendukung usaha petani menjadi semakin sejahtera. 

Produksi kopi paling banyak dihasilkan dari daerah Sumatera Selatan, Lampung dan Bengkulu, sisanya di Jawa, Bali, Sulawesi dan Flores.

Sedangkan arabika paling banyak di Aceh, Sumatera Utara dan Barat. “Untuk Bali cukup bagus, seperti kopi Kintamani, Plaga, Sukasada dan lainnya.

Terlebih Bali diuntungkan dengan potensi pariwisatanya. Jadi sangat prospek, tinggal dikemas lebih apik lagi,” pungkasnya

Munculnya kedai kopi dengan dikemas menarik membuat budaya ngopi tidak hanya dinimati kalangan tua. Namun, saat ini terjadi pergeseran. Banyak kalangan muda yang memenuhi kedai-kedai kopi.

 

ZULFIKA RAHMAN, Denpasar

KONSUMSI kopi masyarakat Bali naik pesat. Ketua Asosiasi Kopi Spesial Indonesia (AKSI) A. Syafrudin mengatakan, kopi Indonesia saat ini sedang tren diikuti oleh kalangan muda baik di hulu hinggsa hilir. 

Di tingkat hilir, banyak kalangan muda yang membidik usaha kedai kopi menjadi peluang usaha yang menjanjikan.

Hal ini menunjukkan bahwa perkembangan kopi Indonesia sangat pesat dan konsumsi lokal meningkat.

“Secara nasional, kebutuhan kopi meningkat tiap tahun antara 5 sampai 7 persen,” ucap Syafrudin.

Sementara di tingkat hulu, tak sedkit saat ini dari kalangan anak muda yang mulai tertarik untuk bertani kopi mengikuti jejak pendahulunya.

Terlebih kalangan muda ini cukup serius dalam mempelajari kopi sehingga produk yang dihasilkan pun cukup bagus dan bisa bersaing di pasaran.

Dengan peningkatan kopi yang terus membaik, membuat harga kopi di tingkat petani pun semakin mahal, dan membuat petani kopi semakin sejahtera.

Pihak asosiasi sendiri terus melakukan pengawalan agar kualitas kopi dalam negeri bisa terjaga dari sisi kualitas maupun kuantitas. 

“Ekspor kopi Indonesia semakin meningkat dalam jumlah dan kualiti atau mutu,” klaimnya. Menurutnya, jika kopi hasil petani lokal tersebut banyak di ekspor itu menunjukkan bahwa perkembangan komoditi ini di Indonesia semakin terangkat.

Begitu juga dengan peningkatan konsumsi di dalam negeri, membuat kesadaran minum kopi sudah menyebar kesegala kalangan.

Syafrudin menyebutkan, sepanjang tahun 2017 lalu, produksi kopi di Indonesia hampir 800 ribu ton dari 1,25 juta hektare luas lahan kopi di seluruh Nusantara.

Dari jumlah itu sekitar 1,7 juta kepala keluarga menjadi petani kopi. Dia juga menyebutkan sekitar 65 persen dari produksi 800 ribu ton adalah kopi robusta, sedangkan 35 persennya arabika.

” Dari jumlah produksi itu, 65 persen kopi Indonesia di ekspor, sementara 35 persen dikonsumsi lokal,” katanya.

Hal yang perlu disebarkan ke masyarakat luas bahwa dengan minum kopi lokal akan menghargai dan mendukung usaha petani menjadi semakin sejahtera. 

Produksi kopi paling banyak dihasilkan dari daerah Sumatera Selatan, Lampung dan Bengkulu, sisanya di Jawa, Bali, Sulawesi dan Flores.

Sedangkan arabika paling banyak di Aceh, Sumatera Utara dan Barat. “Untuk Bali cukup bagus, seperti kopi Kintamani, Plaga, Sukasada dan lainnya.

Terlebih Bali diuntungkan dengan potensi pariwisatanya. Jadi sangat prospek, tinggal dikemas lebih apik lagi,” pungkasnya

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/