Berada di daerah dengan hawa dingin yang merasuk hingga ke tulang, Desa Pinggan, Kintamani, Bangli kini justru menjadi primadona anak muda.
Setiap hari, ada saja anak muda yang datang ke desa yang berada di dataran tinggi tersebut untuk berkemah atau camping di spot yang sudah ada
I WAYAN WIDYANTARA, Kintamani
DESA Pinggan menawarkan pesona keindahan alam yang luar biasa. Dari desa tersebut, mata kita dapat melihat Gunung Batur, Gunung Abang dan juga Gunung Agung yang sangat dekat dengan jarak pandang kita.
Bahkan, Punjak Gunung Rinjani di Lombok pun masih tampak oleh mata. Yang menjadi lebih menarik, ketika sang surya mulai muncul dari ufuk timur
dan kabut menutupi Desa Songan yang berada di bawah, membuat pemandangan menjadi lebih sempurna.
Made Artawan, 39, selalu salah satu pemilik tempat perkemahan menjelaskan, sejumlah masyarakat pertama kali kemah di wilayahnya terjadi sekitar tahun 2010.
“Mulai ada satu – dua tenda yang datang untuk berkemah,” ujar Made Artawan. Lanjutnya, dari satu dua orang tersebut yang berkemah
di Desa Pinggan, lama kelamaan semakin banyak masyarakat yang datang untuk berkemah dan menikmati keindahan alam.
“Tempat kemah tidak hanya ada di Desa Pinggan. Tetapi Desa Sukawana (tetangga), juga membuat tempat perkemahan,” ungkapnya lagi.
Kini, setidaknya di Desa Pinggan maupun Desa Sukawana pun memiliki setidaknya masing-masing memiliki 4 tempat spot perkemahan.
Salah satunya milik Artawan tersebut. Tempat kemahnya seluas 4 are saja. “Dulu awalnya ini kosong (tempat kemah). Tak bisa ditanami apapun.
Nah, karena melihat awalya semakin hari banyak yang datang untuk berkemah, perlahan mulai di kelola oleh warga,” jelasnya.
Sejumlah tempat dan fasilitas kembali dibuat. Di bagian atas, sudah ada fasilitas seperti toilet. Namun di tempat milik Artawan, belum ada. Hanya tanah seluas 4 are.
“Belum punya modal (bangun toilet). Makanya bisa numpang WC warga dulu,” katanya. “Sudah seramai ini, belum juga ada bantuan dari pemerihtah,” imbuhnya.
Biasanya, Artawan meminta sumbangan Rp 10 ribu perorang. Namun di tempat lain, ada yang sudah Rp 20 ribu karena sudah memiliki fasilitas.
“Kini setiap hari ada saja yang kemag. Kalau sabtu, bisa sampai lima puluh orang di tempat saya,” katanya. (*)