26.2 C
Jakarta
22 November 2024, 4:55 AM WIB

Laku Tak Laku Tetap Berkarya, Bersyukur Orderan Datang Sendiri

Seniman patung Ida Bagus Lasem terus berkarya di tengah pandemi Covid-19. Baginya, berkarya seni tak harus melihat untung rugi. Seni patung harus tumbuh bagaikan hutan.

 

IB INDRA PRASETIA,  Gianyar

NAMA seniman patung Ida Bagus Lasem tak asing lagi. Seniman yang membuka galery di Jalan Raya Kemenuh, Kecamatan Sukawati, itu pernah membuat Piala Presiden 2019 dari kayu jati.

Piala kayu itu dipesan pemerintah pusat melalui bupati Gianyar. Di galery seni, halaman parkir tampak luas.

Tampak bakalan kayu untuk dipahat berjejer. Ada yang dibiarkan terkena hujan dan panas mentari. Ada juga kayu yang ditutup terpal warna biru.

Lasem pun sedang mengukir patung setinggi kurang lebih satu meter. Patung berjudul Gadis Pantai itu dikerjakan Lasem di tengah pandemi Covid-19.

Bagian tubuh patung sudah terlihat. Gadis Pantai tampak bagian dadanya. Lasem mengaku, situasi pandemi membuat orderan patung menurun ketimbang hari normal.

“Tapi, tetap ada saja orderan. Ini termasuk orderan,” ujar Lasem. Sebagai seniman berusia 78 tahun, Lasem berprinsip terus berkarya dalam situasi apapun.

“Tetap mematung. Jangan menunggu laku tidak laku. Sebagai seniman, tetap tumbuh seperti hutan,” jelasnya.

Meski situasi sulit sekalipun, seorang seniman harus mencurahkan karyanya. “Apapun hujan kering, tetap kerja. Dengan catatan. Kalau akar kuat, tumbuh harus kuat. Kalau angin berembus, kita bisa kena,” ungkapnya.

Dia menekankan, saat ini, seluruh dunia kena dampak Covid-19. Lasem yang punya kawan di belahan Eropa, Amerika dan Rusia, juga merasakan dampak serupa.

“Semua merasakan pasang surut. Jangankan manusia, air laut, gunung juga demikian,” jelas mantan bendesa era 2000-an itu.

Dengan keteguhannya berkarya selama masa pandemi, membuahkan hasil. Ada saja orderan mengalir.

“Waktu pandemi, ada teman dari Medan minta dikirimkan 4 kontainer (kotak, red) patung. Yang ke Medan, ada judul patung Daging dan Daun,” bebernya.

Kemudian, ada lagi orderan dari Lombok yang membawa kayu sentigi. “Kayunya saya diamkan dua bulan. Setelah bagian lapuk turun, saya diamkan tiga hari lagi. Akhirnya saya ketemu. Kasih judul mimpi,” ungkapnya.

Lasem punya gaya khusus. Dia lebih condong mengerjakan karya yang bersentuhan dengan alam. “Buat karya menyentuh. Contohnya judul Pertiwi. Patungnya perempuan. Di Bali perempuan simbol Pertiwi,” ungkapnya.

Ada juga judul patung Hukum Hutan, Hukum Rimba. “Lebih suka bikin patung model begitu,” pungkasnya. (*)

Seniman patung Ida Bagus Lasem terus berkarya di tengah pandemi Covid-19. Baginya, berkarya seni tak harus melihat untung rugi. Seni patung harus tumbuh bagaikan hutan.

 

IB INDRA PRASETIA,  Gianyar

NAMA seniman patung Ida Bagus Lasem tak asing lagi. Seniman yang membuka galery di Jalan Raya Kemenuh, Kecamatan Sukawati, itu pernah membuat Piala Presiden 2019 dari kayu jati.

Piala kayu itu dipesan pemerintah pusat melalui bupati Gianyar. Di galery seni, halaman parkir tampak luas.

Tampak bakalan kayu untuk dipahat berjejer. Ada yang dibiarkan terkena hujan dan panas mentari. Ada juga kayu yang ditutup terpal warna biru.

Lasem pun sedang mengukir patung setinggi kurang lebih satu meter. Patung berjudul Gadis Pantai itu dikerjakan Lasem di tengah pandemi Covid-19.

Bagian tubuh patung sudah terlihat. Gadis Pantai tampak bagian dadanya. Lasem mengaku, situasi pandemi membuat orderan patung menurun ketimbang hari normal.

“Tapi, tetap ada saja orderan. Ini termasuk orderan,” ujar Lasem. Sebagai seniman berusia 78 tahun, Lasem berprinsip terus berkarya dalam situasi apapun.

“Tetap mematung. Jangan menunggu laku tidak laku. Sebagai seniman, tetap tumbuh seperti hutan,” jelasnya.

Meski situasi sulit sekalipun, seorang seniman harus mencurahkan karyanya. “Apapun hujan kering, tetap kerja. Dengan catatan. Kalau akar kuat, tumbuh harus kuat. Kalau angin berembus, kita bisa kena,” ungkapnya.

Dia menekankan, saat ini, seluruh dunia kena dampak Covid-19. Lasem yang punya kawan di belahan Eropa, Amerika dan Rusia, juga merasakan dampak serupa.

“Semua merasakan pasang surut. Jangankan manusia, air laut, gunung juga demikian,” jelas mantan bendesa era 2000-an itu.

Dengan keteguhannya berkarya selama masa pandemi, membuahkan hasil. Ada saja orderan mengalir.

“Waktu pandemi, ada teman dari Medan minta dikirimkan 4 kontainer (kotak, red) patung. Yang ke Medan, ada judul patung Daging dan Daun,” bebernya.

Kemudian, ada lagi orderan dari Lombok yang membawa kayu sentigi. “Kayunya saya diamkan dua bulan. Setelah bagian lapuk turun, saya diamkan tiga hari lagi. Akhirnya saya ketemu. Kasih judul mimpi,” ungkapnya.

Lasem punya gaya khusus. Dia lebih condong mengerjakan karya yang bersentuhan dengan alam. “Buat karya menyentuh. Contohnya judul Pertiwi. Patungnya perempuan. Di Bali perempuan simbol Pertiwi,” ungkapnya.

Ada juga judul patung Hukum Hutan, Hukum Rimba. “Lebih suka bikin patung model begitu,” pungkasnya. (*)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/