25.6 C
Jakarta
14 September 2024, 6:54 AM WIB

Awalnya Batuk dan Sesak Napas, Sembuh Usai Konsumsi Vitamin C

Perempuan 24 tahun berinisial NYL menceritakan kisahnya melawan Covid-19. Pasien asal Kecamatan Blahbatuh, Gianyar, tersebut merupakan pekerja migran yang bekerja di kapal pesiar.

Tiba di Bali, NYL mengeluhkan flu disertai sesak di dadanya. Dia pun sempat dirawat di RS PTN Unud hingga akhirnya dinyatakan sembuh.

 

INDRA PRASETIA, Gianyar

MELALUI pesan Messenger, NYL menuturkan ceritanya bagaimana dirinya bisa terjangkit Coronavirus Disease (Covid-19).

Semua berawal Ketika dia tiba dari Milan, Italia pada 29 Maret 2020. Sampai di Bali, dia menjalani protokol kesehatan.

“Sampai di Bali tanggal 31 Maret 2020, cek segala hal sesuai ketentuan. Setelah itu langsung ke hotel untuk menjalani karantina,” kenang NYL.

Hari pertama, dia menjalani karantina hingga hari ke-6. Hampir seminggu dia tidak merasakan gejala apapun.

“Merasa masih aman-aman saja, jauh dari gejala,” jelasnya. Hari ke-7, dia merasakan badan mulai panas dan sedikit batuk.

Akhirnya dia berinisiatif meminum obat stok yang didapatkan dari pemeriksaan di kapal tempatnya bekerja. Kondisinya sempat membaik.

Tiba-tiba, pada 10 April 2020, dia merasakan batuk dan susah napas. Karena sudah tidak kuat dengan kondisinya, dia nekad untuk pulang sekitar pukul 13.00.

Dia mengaku bisa nyelonong di pintu karantina, lantaran penjagaan tidak terlalu ketat. Apalagi saat di-rapid test, hasilnya negatif.

“Di rumah saya tidak sempat berinteraksi dengan keluarga. Karena saya merasa belum selesai proses karantina dan sudah mulai curiga dengan diri sendiri. Saya mengurung diri di kamar.

Saat tengah malam keadaan sudah semakin parah batuk dan susah napas, saya dilarikan ke RS Sanjiwani Gianyar bersama bapak saya naik motor, berdua saja,” ujarnya.

Di ICU RSUD Sanjiwani Gianyar, dia dipasangi infus dan selang oksigen. Hari kedua di rumah sakit, dia baru memasuki ruang isolasi RS Sanjiwani .

“Saya tidak boleh dijenguk siapapun. Dua kali menjalani rapid test hasilnya tetap negatif. Ketika di-swab test setelah dua hari keluar hasilnya positif,” ungkapnya.

Kemudian, pada 13 April, ketika dinyatakan positif Covid-19, dia dirujuk ke RSPTN Unud di Jimbaran, Kuta Selatan.

Hari pertama  di RS PTN Unud, penanganan masih sama. Yakni memasang oksigen hingga infus masih melilit tangannya.

“Itu tuh yang saya rasakan seperti flu biasa. Cuman yang ditakuti itu penyebarannya yang sangat cepat,” jelasnnya.

Hari kedua, dia merasakan kondisinya mulai membaik. Di hari ketiga, sudah lepas infus dan alat bantu pernapasan oksigen.

Saat itu yang dia ingat dia diberikan minum vitamin C, obat batuk, obat anti virus, dan obat berdasar keluhan pasien.

“Perkembangan sangat cepat membaik, imun tubuh  cepat kembali normal, memang benar-benar dikontrol tiga kali sehari,” bebernya.

Dalam ruangan isolasi, NYL menuturkan, dalam satu kamar berisi 3 orang. Semua masih muda yang datang bekerja dari luar negeri dan terkonfirmasi positif Covid-19.

Suasana ruang isolasi hening nyaman, fasilitas bagus dan ruangan gede serta toilet bersih. Bahkan, ada free wifi. Kata dia, perawat yang bertugas bertanggung jawab. Baik dan ramah-ramah.

“Hari keempat, saya sudah bisa ketawa. Hari ke ke lima perkembangan saya semakin bagus seperti orang tidak sakit,” ungkapnya.

Kemudian, setelah swab test kedua dan ketiga hasilnya negatif baru diperbolehkan pulang. “Di hari ke-16 pada tanggal 29 April 2020, pulang,” terangnya.

Dia berpesan kepada orang yang saat ini terkonfirmasi positif covid-19, jangan takut berlebihan. Kerena positif covid-19 bisa sembuh dengan cara jaga kesehatan pola makan diatur.

Termasuk menjaga imun tubuh. Menurut yang dia alami, virus akan mati dan turun ke perut melalui kotoran.

Selain itu orang yang positif Covid-19 itu jangan dikucilkan. “Jangan dijauhi, tapi harus diberi support agar orangnya tidak kepikiran, agar tidak stress,” pintanya.

Lanjut dia, apabila stres, bisa membuat imunity tubuh menurun. “Sehingga proses kesembuhan menjadi lama. “Untungnya keluarga saya, keluarga besar support itu yang terpenting,” jelasnya.

Sebagai mantan pasien, dia tidak bisa mengatakan Covid-19 itu tidak ada. Dia meminta masyarakat tetap mengantisipasi dengan jaga jarak, pakai masker, dan jaga kebersihan, meningkatkan imun tubuh serta jaga pola makan.

“Terimakasih untuk keluarga, teman-temanya atas support yang telah diberikan. Selain itu ia juga berterimakasi dengan

para dokter dan perawat yang sudah memantau kesehatan dan perkembangan selama ditempat isolasi,” pungkasnya. (*)

Perempuan 24 tahun berinisial NYL menceritakan kisahnya melawan Covid-19. Pasien asal Kecamatan Blahbatuh, Gianyar, tersebut merupakan pekerja migran yang bekerja di kapal pesiar.

Tiba di Bali, NYL mengeluhkan flu disertai sesak di dadanya. Dia pun sempat dirawat di RS PTN Unud hingga akhirnya dinyatakan sembuh.

 

INDRA PRASETIA, Gianyar

MELALUI pesan Messenger, NYL menuturkan ceritanya bagaimana dirinya bisa terjangkit Coronavirus Disease (Covid-19).

Semua berawal Ketika dia tiba dari Milan, Italia pada 29 Maret 2020. Sampai di Bali, dia menjalani protokol kesehatan.

“Sampai di Bali tanggal 31 Maret 2020, cek segala hal sesuai ketentuan. Setelah itu langsung ke hotel untuk menjalani karantina,” kenang NYL.

Hari pertama, dia menjalani karantina hingga hari ke-6. Hampir seminggu dia tidak merasakan gejala apapun.

“Merasa masih aman-aman saja, jauh dari gejala,” jelasnya. Hari ke-7, dia merasakan badan mulai panas dan sedikit batuk.

Akhirnya dia berinisiatif meminum obat stok yang didapatkan dari pemeriksaan di kapal tempatnya bekerja. Kondisinya sempat membaik.

Tiba-tiba, pada 10 April 2020, dia merasakan batuk dan susah napas. Karena sudah tidak kuat dengan kondisinya, dia nekad untuk pulang sekitar pukul 13.00.

Dia mengaku bisa nyelonong di pintu karantina, lantaran penjagaan tidak terlalu ketat. Apalagi saat di-rapid test, hasilnya negatif.

“Di rumah saya tidak sempat berinteraksi dengan keluarga. Karena saya merasa belum selesai proses karantina dan sudah mulai curiga dengan diri sendiri. Saya mengurung diri di kamar.

Saat tengah malam keadaan sudah semakin parah batuk dan susah napas, saya dilarikan ke RS Sanjiwani Gianyar bersama bapak saya naik motor, berdua saja,” ujarnya.

Di ICU RSUD Sanjiwani Gianyar, dia dipasangi infus dan selang oksigen. Hari kedua di rumah sakit, dia baru memasuki ruang isolasi RS Sanjiwani .

“Saya tidak boleh dijenguk siapapun. Dua kali menjalani rapid test hasilnya tetap negatif. Ketika di-swab test setelah dua hari keluar hasilnya positif,” ungkapnya.

Kemudian, pada 13 April, ketika dinyatakan positif Covid-19, dia dirujuk ke RSPTN Unud di Jimbaran, Kuta Selatan.

Hari pertama  di RS PTN Unud, penanganan masih sama. Yakni memasang oksigen hingga infus masih melilit tangannya.

“Itu tuh yang saya rasakan seperti flu biasa. Cuman yang ditakuti itu penyebarannya yang sangat cepat,” jelasnnya.

Hari kedua, dia merasakan kondisinya mulai membaik. Di hari ketiga, sudah lepas infus dan alat bantu pernapasan oksigen.

Saat itu yang dia ingat dia diberikan minum vitamin C, obat batuk, obat anti virus, dan obat berdasar keluhan pasien.

“Perkembangan sangat cepat membaik, imun tubuh  cepat kembali normal, memang benar-benar dikontrol tiga kali sehari,” bebernya.

Dalam ruangan isolasi, NYL menuturkan, dalam satu kamar berisi 3 orang. Semua masih muda yang datang bekerja dari luar negeri dan terkonfirmasi positif Covid-19.

Suasana ruang isolasi hening nyaman, fasilitas bagus dan ruangan gede serta toilet bersih. Bahkan, ada free wifi. Kata dia, perawat yang bertugas bertanggung jawab. Baik dan ramah-ramah.

“Hari keempat, saya sudah bisa ketawa. Hari ke ke lima perkembangan saya semakin bagus seperti orang tidak sakit,” ungkapnya.

Kemudian, setelah swab test kedua dan ketiga hasilnya negatif baru diperbolehkan pulang. “Di hari ke-16 pada tanggal 29 April 2020, pulang,” terangnya.

Dia berpesan kepada orang yang saat ini terkonfirmasi positif covid-19, jangan takut berlebihan. Kerena positif covid-19 bisa sembuh dengan cara jaga kesehatan pola makan diatur.

Termasuk menjaga imun tubuh. Menurut yang dia alami, virus akan mati dan turun ke perut melalui kotoran.

Selain itu orang yang positif Covid-19 itu jangan dikucilkan. “Jangan dijauhi, tapi harus diberi support agar orangnya tidak kepikiran, agar tidak stress,” pintanya.

Lanjut dia, apabila stres, bisa membuat imunity tubuh menurun. “Sehingga proses kesembuhan menjadi lama. “Untungnya keluarga saya, keluarga besar support itu yang terpenting,” jelasnya.

Sebagai mantan pasien, dia tidak bisa mengatakan Covid-19 itu tidak ada. Dia meminta masyarakat tetap mengantisipasi dengan jaga jarak, pakai masker, dan jaga kebersihan, meningkatkan imun tubuh serta jaga pola makan.

“Terimakasih untuk keluarga, teman-temanya atas support yang telah diberikan. Selain itu ia juga berterimakasi dengan

para dokter dan perawat yang sudah memantau kesehatan dan perkembangan selama ditempat isolasi,” pungkasnya. (*)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/