Jalur inklusi bagi pelajar berkebutuhan khusus ternyata tidak berlaku di SMP Negeri 1 Sukawati. Saat pengumuman Penerimaan Peserta Didik Baru (PPDB), kemarin (8/7),
Kadek Agus Dharmayoga, 13, yang menderita lumpuh kaki tidak diterima. Padahal, jarak rumah dengan sekolah hanya 500 meter. Bahkan, Dharmayoga termasuk bisa mengikuti pelajaran.
IB INDRA PRASETIA, Gianyar
MADE Warja sampai dua kali bolak-balik dari rumah ke SMP Negeri 1 Sukawati untuk melihat pengumuman Penerimaan Peserta Didik Baru (PPDB), kemarin (8/7).
Pertama di pagi hari, dia berdesakan untuk melihat pengumuman. Kemudian sekitar pukul 13.00, dia penasaran, datang lagi ke sekolah itu.
Dia pun tidak menyangka jika nama anak keduanya, Kadek Agus Dharmayoga, 13, tidak diterima di sekolah itu.
Padahal, jarak rumahnya di Banjar Bedil, Desa/Kecamatan Sukawati, kurang lebih sekitar 500 meter dari SMP Negeri 1 Sukawati.
Anaknya yang lulusan SDN 4 Sukawati itu menderita lumpuh. Oleh pihak SD, putranya telah didaftarkan ke SMPN 1 Sukawati melalui jalur inklusi.
“Sudah dilengkapi surat keterangan Puskesmas, tertulis lumpuh,” ujar Warja. Kabar jika anaknya tidak diterima langsung dia sampaikan ke Kadek Agus Dharmayoga.
Siang itu, Jak, panggilan anak keduanya, sedang bersepeda roda tiga. “Sepeda ini di modif. Dijadikan diisi roda tambahan,” jelas bapak tiga ini.
Dari segi fisik, Jak tampak biasa saja, kakinya seperti anak biasanya. “Kelihatannya memang biasa. Tapi kalau berdiri dan jalan, dia tidak bisa. Kalau duduk dan mengayuh sepeda bisa,” papar perajin ukir itu.
Suami dari Ni Wayan Sri Arniti itu menceritakan, ketika SD, putranya bisa mengikuti pelajaran yang diberikan oleh gurunya.
“Kalau ke sekolah, dia naik sepeda ini. Sepedanya ditaruh di depan kelas. Langsung dia megaang (merangkak, red) dari sepeda ke kelas,” jelasnya.
Selama di sekolah, Jak hanya bisa duduk saja di bangku kelas. “Kalau jam istirahat, dia duduk saja di kelas,” ungkapnya.
Jak yang tahu dirinya tidak lulus di SMPN 1 Sukawati hanya bisa terdiam saja sambil mengayuh sepedanya memutar-mutar di depan areal rumah.
“Kalau pelajaran olahraga, dia dikasih biji (nilai, red) sama gurunya,” terangnya. Warja menambahkan, lumpuh kedua kaki putranya diderita sejak bayi.
“Waktu bayi setahun step sampai 3 kali. Tampah dia lemet (lemah, red) kakinya,” terangnya. Sedang kakak dan adik Jak, tumbuh normal.
Dengan ketidaklulusan putranya itu, Warja pun kini masih bingung. “Saya tidak tahu. Kalau ke swasta, cukup jauh, kasihan anak saya menggayung sepeda. Disamping itu saya tidak kuat bayar SPP,” terangnya.
Terlebih, Warja hanya sebagai tukang ukir dengan penghasilan minim. Dan istrinya atau ibu dari Jak, hanya tukang sapu di pasar Sukawati.
“Saya bingung ini. Bagaimana Jak, kamu mau sekolah dimana?,” ujar Warja sambil bertanya lagi kepada Jak.
Sementara itu, Ketua Panitia PPDB SMPN 1 Sukawati yang juga Wakil Kepala Sekolah, I Nyoman Wirama mengaku belum mendeteksi calon siswa tersebut.
“Kami belum mendeteksi siswa yang dimaksud. Kebetulan juga tyang ndak pegang Juknis (Petunjuk Teknis, red).
Nanti setelah tyang baca detail juknisnya dan klarifikasi data siswa tersebut, besok kami akan konfirmasi jawabannya,” ungkapnya.
Diakui pula, pasca pengumuman hasil seleksi ini cukup banyak orangtua siswa yang mengeluh. Terutama dari calon siswa yang punya prestasi namun tak lolos, hingga ada punya nilai di atas ambang batas juga tidak lolos.
Maka itu, pihaknya membuka ruang pengaduan pada Rabu (10/7). “Yang tercecer bisa datang hari Rabu ke sekolah,” pungkasnya. (*)