DENPASAR – Sebagai caleg muda, I Nengah Yasa Adi Susanto yang juga ketua DPD PSI harus pandai bersiasat.
Misalnya, ia memilih door to door dari rumah ke rumah. Adi yang maju untuk kursi DPR RI memiliki 50 orang relawan yang bergerak dari rumah ke rumah.
Satu hari ditarget mendatangi 20 orang dengan membawa kalender atau alat peraga kampanye. “Kalau masuk ke banjar berat karena biasanya kami
sudah diblok caleg dari partai lama. Masyarakat merasa ada utang budi,” jelasnya seraya menyebut pihaknya menargetkan DPR RI satu kursi.
Target DPRD Bali membentuk satu fraksi yang terdiri lima sampai enam kursi. Di lain bagian, Ketua DPD Gerindra Bali, Ida Bagus Putu Sukarta juga mengaku banyak caleg muda diusung.
Meski tidak memiliki persentase caleg muda, partai besutan Prabowo Subianto itu dari awal mengandalkan kader muda yang berasal dari organisasi sayap partai, salah satunya Tunas Indonesia Raya yang disingkat Tidar.
“Anak muda di bawah umur 30 tahun diberi pendidikan kaderisasi untuk mengambil tongkat estafet ke depan. Anak-anak muda itu mengikuti pendidikan kader di Hambalang selama satu hingga tiga bulan,” jelas Sukarta.
Dengan gemblengan melalui pendidikan itu ditanamkan idealisme partai serta strategi menghadapi pertaruangan politik.
Untuk saat ini, sambung Sukarta, calon petahana tetap diusulkan dengan harapan bisa menjadi panutan kader muda. Pileg lima tahun mendatang, maka hampir 75 persen caleg muda akan mewarnai pentas perpolitikan di Bali dan Indonesia.
Yang menarik, Sukarta menyebut untuk maju sebagai caleg tidak cukup memegang idealisme saja. Tapi juga harus berpengalaman.
“Kalemahan caleg muda adalah kualitas pengalamannya. Di Hambalang itu mereka mendapat pembelajaran. Mereka perlu banyak belajar supaya bisa bertarung di masa depan,” sambungnya.