28.4 C
Jakarta
30 April 2024, 4:34 AM WIB

Fokus Tanam Bunga Matahari, Sudah Hasilkan Minyak Hingga Susu Nabati

Tanaman bunga matahari selama ini hanya dikenal sebagai spot wisata selfie. Di tangan petani yang mengelola Simantri 551 Kelurahan Penarukan, bunga matahari justru punya nilai tambah.

Tanaman itu diolah sedemikian rupa hingga menghasilkan minyak untuk produk kecantikan, minyak rambut, hingga susu nabati.

 

 

EKA PRASETYA, Singaraja 

SIANG itu, panas sedang terik-teriknya. Seorang pria yang mengenakan caping petani, tengah sibuk di sebuah bale bengong.

Pria itu tengah sibuk melakukan proses ekstrak biji bunga matahari. Biji bunga matahari yang biasanya dikonsumsi, ternyata bisa diekstrak untuk berbagai keperluan.

Mulai dari minyak kecantikan, minyak rambut, hingga susu nabati. Pengolahan biji matahari itu merupakan ide yang muncul secara mendadak.

“Awalnya kan kebun bunga matahari di sini sering dipakai selfie. Ternyata saat dipakai selfie, sering ada bunga yang rusak karena ditarik pengunjung.

Akhirnya saya coba kembangkan produk sampingan, ternyata ada banyak yang bisa dihasilkan,” kata Ketua Simantri 551 Kelurahan Penarukan, I Gede Setiawan Adiputra.

Awalnya bunga itu ia ekstrak secara sederhana dan dimasukkan ke dalam botol. Setelah sehari penuh, ternyata ekstrak bunga mengeluarkan bau harum.

“Akhirnya saya pakai mandi, ternyata badan segar, wangi, dan tidak dicari nyamuk. Biasanya malam-malam saya ke kandang (sapi) kan dirubung nyamuk, tapi waktu itu tidak,” kata cerita Adiputra.

Dari sana ia kemudian berinisiatif mengolahnya menjadi sabun mandi. Hanya saja ia merasa kurang cocok dengan pembuatan sabun,

sebab dibutuhkan senyawa kimia Kalium Hidroksida (KOH) untuk membuat sabun. Selain itu butuh waktu yang cukup lama dalam proses pembuatan.

Ketika melakukan pemasaran sabun, salah satu konsumennya menanyakan soal minyak bunga matahari.

Dari pertanyaan itu, Setiawan yang juga Dosen Fakultas Pertanian Universitas Udayana itu berinsiatif mencari sejumlah literature untuk pembuatan minyak.

Akhirnya dia mendapatkan alat untuk pengolahan biji-bijian, termasuk di antaranya mengolah menjadi minyak.

Saat pertama kali mengolah, hasilnya tak terlalu bagus. Sebab minyak yang dihasilkan berwarna hitam. Adiputra kemudian melakukan beberapa kali percobaan untuk menjernihkan minyak itu.

“Saya pakai media khusus, ternyata berhasil jadi jernih. Penelitian saya, ini sangat bagus untuk membersihkan flek di kulit wajah. Banyak mengandung omega 3 dan juga anti UV,” jelasnya.

Menurutnya dari satu kilogram biji matahari, hanya menghasilkan 250 mililiter minyak bunga matahari.

Dari jumlah tersebut, hanya 200 mililiter diantaranya yang jernih. Sementara 50 mililiter diantaranya berwarna hitam. Minyak yang hitam itu pun tak dibuang begitu saja.

Minyak itu ternyata sangat efektif untuk kesehatan kulit kepala dan rambut. Adiputra menyebut minyak itu sangat bagus untuk menghilangkan ketombe dan menjaga rambut agar tetap hitam.

Selain itu akar rambut juga bisa lebih kuat, sehingga tak mudah rontok. “Untuk minyak ini saya baru temukan sekitar 6 bulan lalu.

Untuk eksperimen hingga benar-benar jernih dan siap dipasarkan itu ya sekitar 6 minggu. Untuk minyak kecantikan, itu sangat bagus untuk pengganti krim malam. Peminatnya cukup banyak,” ujar Adiputra berpromosi.

Dalam proses produksi minyak itu, menurut Adiputra, memang dihasilkan limbah berupa ampas biji bunga matahari.

Semula ampas itu ia jadikan pupuk. Namun saat menyiram tanaman, ia mendapati potensi lain. Air hasil siraman disebut berwarna putih susu, sehingga ia terpikir bahwa ampas biji bunga matahari bisa saja menjadi susu nabati.

Ampas itu kemudian direbus dan airnya diteliti. Ternyata kandungannya cukup baik. Ampas seberat 50 gram, direbus bersama 500 mililiter air, dan langsung dikonsumsi.

“Rasanya seperti sereal. Sangat bagus untuk relaksasi. Jadi setelah konsumsi itu biasanya ngantuk dan tidurnya nyenyak,” jelasnya.

Susu nabati berbahan dasar ampas biji bunga matahari itu sudah dikonsumsi secara rutin oleh sejumlah pihak.

Salah satunya Jro Mangku Ketut Astika, yang tak lain dari orang tua Adiputra. Astika mengaku mengonsumsi secara rutin tiap malam.

Saat awal mengonsumsi, ia mengaku sempat ragu. Karena khawatir akan mengandung racun. “Tapi akhirnya saya coba juga, karena anak yang kasih.

Ternyata tidur saya bisa lebih nyenyak. Biasanya saya habis olahraga, capek, suka susah tidur. Setelah konsumsi ini, tidur saya lebih nyenyak,” ujar pria yang pensiunan guru itu.

Rencananya produk turunan bunga matahari itu akan dipasarkan lebih luas lagi. Saat ini pihak Simantri 551 tengah mengurus izin Pangan Industri Rumah Tangga (PIRT) dan izin dari Dinas Kesehatan, sehingga memiliki aspek legalitas. (*)

Tanaman bunga matahari selama ini hanya dikenal sebagai spot wisata selfie. Di tangan petani yang mengelola Simantri 551 Kelurahan Penarukan, bunga matahari justru punya nilai tambah.

Tanaman itu diolah sedemikian rupa hingga menghasilkan minyak untuk produk kecantikan, minyak rambut, hingga susu nabati.

 

 

EKA PRASETYA, Singaraja 

SIANG itu, panas sedang terik-teriknya. Seorang pria yang mengenakan caping petani, tengah sibuk di sebuah bale bengong.

Pria itu tengah sibuk melakukan proses ekstrak biji bunga matahari. Biji bunga matahari yang biasanya dikonsumsi, ternyata bisa diekstrak untuk berbagai keperluan.

Mulai dari minyak kecantikan, minyak rambut, hingga susu nabati. Pengolahan biji matahari itu merupakan ide yang muncul secara mendadak.

“Awalnya kan kebun bunga matahari di sini sering dipakai selfie. Ternyata saat dipakai selfie, sering ada bunga yang rusak karena ditarik pengunjung.

Akhirnya saya coba kembangkan produk sampingan, ternyata ada banyak yang bisa dihasilkan,” kata Ketua Simantri 551 Kelurahan Penarukan, I Gede Setiawan Adiputra.

Awalnya bunga itu ia ekstrak secara sederhana dan dimasukkan ke dalam botol. Setelah sehari penuh, ternyata ekstrak bunga mengeluarkan bau harum.

“Akhirnya saya pakai mandi, ternyata badan segar, wangi, dan tidak dicari nyamuk. Biasanya malam-malam saya ke kandang (sapi) kan dirubung nyamuk, tapi waktu itu tidak,” kata cerita Adiputra.

Dari sana ia kemudian berinisiatif mengolahnya menjadi sabun mandi. Hanya saja ia merasa kurang cocok dengan pembuatan sabun,

sebab dibutuhkan senyawa kimia Kalium Hidroksida (KOH) untuk membuat sabun. Selain itu butuh waktu yang cukup lama dalam proses pembuatan.

Ketika melakukan pemasaran sabun, salah satu konsumennya menanyakan soal minyak bunga matahari.

Dari pertanyaan itu, Setiawan yang juga Dosen Fakultas Pertanian Universitas Udayana itu berinsiatif mencari sejumlah literature untuk pembuatan minyak.

Akhirnya dia mendapatkan alat untuk pengolahan biji-bijian, termasuk di antaranya mengolah menjadi minyak.

Saat pertama kali mengolah, hasilnya tak terlalu bagus. Sebab minyak yang dihasilkan berwarna hitam. Adiputra kemudian melakukan beberapa kali percobaan untuk menjernihkan minyak itu.

“Saya pakai media khusus, ternyata berhasil jadi jernih. Penelitian saya, ini sangat bagus untuk membersihkan flek di kulit wajah. Banyak mengandung omega 3 dan juga anti UV,” jelasnya.

Menurutnya dari satu kilogram biji matahari, hanya menghasilkan 250 mililiter minyak bunga matahari.

Dari jumlah tersebut, hanya 200 mililiter diantaranya yang jernih. Sementara 50 mililiter diantaranya berwarna hitam. Minyak yang hitam itu pun tak dibuang begitu saja.

Minyak itu ternyata sangat efektif untuk kesehatan kulit kepala dan rambut. Adiputra menyebut minyak itu sangat bagus untuk menghilangkan ketombe dan menjaga rambut agar tetap hitam.

Selain itu akar rambut juga bisa lebih kuat, sehingga tak mudah rontok. “Untuk minyak ini saya baru temukan sekitar 6 bulan lalu.

Untuk eksperimen hingga benar-benar jernih dan siap dipasarkan itu ya sekitar 6 minggu. Untuk minyak kecantikan, itu sangat bagus untuk pengganti krim malam. Peminatnya cukup banyak,” ujar Adiputra berpromosi.

Dalam proses produksi minyak itu, menurut Adiputra, memang dihasilkan limbah berupa ampas biji bunga matahari.

Semula ampas itu ia jadikan pupuk. Namun saat menyiram tanaman, ia mendapati potensi lain. Air hasil siraman disebut berwarna putih susu, sehingga ia terpikir bahwa ampas biji bunga matahari bisa saja menjadi susu nabati.

Ampas itu kemudian direbus dan airnya diteliti. Ternyata kandungannya cukup baik. Ampas seberat 50 gram, direbus bersama 500 mililiter air, dan langsung dikonsumsi.

“Rasanya seperti sereal. Sangat bagus untuk relaksasi. Jadi setelah konsumsi itu biasanya ngantuk dan tidurnya nyenyak,” jelasnya.

Susu nabati berbahan dasar ampas biji bunga matahari itu sudah dikonsumsi secara rutin oleh sejumlah pihak.

Salah satunya Jro Mangku Ketut Astika, yang tak lain dari orang tua Adiputra. Astika mengaku mengonsumsi secara rutin tiap malam.

Saat awal mengonsumsi, ia mengaku sempat ragu. Karena khawatir akan mengandung racun. “Tapi akhirnya saya coba juga, karena anak yang kasih.

Ternyata tidur saya bisa lebih nyenyak. Biasanya saya habis olahraga, capek, suka susah tidur. Setelah konsumsi ini, tidur saya lebih nyenyak,” ujar pria yang pensiunan guru itu.

Rencananya produk turunan bunga matahari itu akan dipasarkan lebih luas lagi. Saat ini pihak Simantri 551 tengah mengurus izin Pangan Industri Rumah Tangga (PIRT) dan izin dari Dinas Kesehatan, sehingga memiliki aspek legalitas. (*)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/