33.4 C
Jakarta
22 November 2024, 13:09 PM WIB

Dirawat Sang Kakek Sejak Kecil, Diajari Hidup Irit Demi Masa Depan

Kakak beradik yatim piatu, Putu Indah Cantika Putri, 9, dan Made Abi Seka Mahendra Putra, 7, ditinggal meninggal dunia oleh kedua orang tuanya.

Kini, mereka hanya diasuh oleh sang kakek di Banjar Kesian, Desa Lebih, Kecamatan Gianyar. KPPAD Bali berupaya mencarikan orang tua asuh bagi kedua anak itu.

 

IB INDRA PRASETIA, Gianyar

TINGGAL di rumah sederhana di Banjar Kesian, Desa Lebih, Kecamatan Gianyar, kedua kakak adik yatim piatu, Putu Indah Cantika Putri, 9, dan Kadek Abi Seka Mahendra Putra, 7, bertahan mengeyam pendidikan.

Meski diasuh sang kakek, namun, kondisi keuangan mereka sulit. Kakeknya, Nyoman Sugita, tidak bisa berbuat banyak.

“Istri saya tahun lalu meninggal dunia. Sekarang saya asuh sendiri cucu saya ini,” ujar Sugita, kemarin. Sebagai pekerja serabutan, Sugita mengaku kesulitan juga menghidupi biaya kedua cucunya itu.

“Dulu waktu istri saya masih, saya jualan nasi. Sekarang, kadang saya nurunkan pasir. Kadang bantu jualkan tanah kalau disuruh nyari tanah (makelar, red),” ujarnya.

Dia berharap, ada peran donatur, terutama dari pemerintah untuk meringankan biaya hidup dua cucunya itu. “Ini belum dapat bantuan sosial dari pemerintah,” jelasnya.

Sugita mengaku, cucunya kerap menangis ketika ditinggal kegiatan adat atau saat dia bekerja. “Dia sering nangis. Karena di rumah sepi. Saya ada kegiatan,” ujarnya.

Meski begitu, kedua cucunya dianggap mengerti keadaan yang terjadi. “Saya ajarkan mereka, begini hidup. Jangan begini, harus irit,” ujarnya menirukan saat dirinya menasihati si cucu.

Dan, minggu lalu, kedua yatim piatu dan kakeknya dikunjungi oleh Komunitas Peduli Yatim Piatu pimpinan Nyoman Kusuma.

Hadir juga Komisioner Komisi Penyelenggara Perlindungan Anak Daerah (KPPAD) Bali, Made Ariasa. Dalam kunjungan itu, komunitas peduli memberikan bantuan untuk keluarga itu.

“Kami diberikan sumbangan. Langsung cucu saya minta dibelikan pewarna untuk belajar gambar,” terangnya.

Sementara itu, Komisioner KPPAD Bali, Ariasa mengaku mendukung penuh peran serta masyarakat seperti komunitas tersebut.

“Komunitas itu ikut memberikan perlindungan anak secara mandiri maupun gotong royong,” ujar Made Ariasa.

Dalam kunjungannya kemarin, KPPAD dan komunitas itu sempat meminta anak itu menulis. Sang kakak, Putu Indah menorehkan pulpen di atas kertas. Dia menulis identitas dirinya. 

Perempuan kelahiran 28 Desember 2010 itu menuliskan nama almarhum orang tuanya. Ayahnya bernama Kadek Suka Dana dan ibunya bernama Anak Agung Suka Sriasih.

Dia juga bercita-cita sebagai dokter. Sedangkan, adiknya dalam secarik kertas itu ditulis kelahiran 12 Juli 2012. Sang adik bercita-cita sebagai pembalap. 

Setelah melihat adiknya ingin menjadi pembalap, Ariasa mengaku prihatin. “Cita-cita adiknya mau jadi pembalap motor drag (semacam balapan liar).

Ini pemikiran yang bisa sesat karena salah pergaulan. Kakaknya sangat prihatin dan tahu diri hidup susah,” ujarnya.

KPPAD pun khawatir dengan kondisi kedua anak itu. “Kedua orang tuanya meninggal dalam waktu berdekatan karena sakit. Neneknya juga meninggal. Hanya dirawat kakek,” jelasnya.

Ariasa berharap kedua anak itu harus terus mendapat perlindungan. “Anak harus dilindungi dari resiko KTA (Kekerasan Terhadap Anak).

Karena perempuan semakin besar agar tidak terjadi kemungkinan yang tidak diharapkan karena tinggal satu rumah atau satu kamar,” pintanya.

Komisioner asal Desa Mas, Kecamatan Ubud itu menambahkan, sementara ini, biaya hidup kedua anak ditanggung oleh sang kakek.

“Ke depannya kami KPPAD bidang pendidikan akan trus upayakan untuk menemukan orang tua asuh yang berkenan untuk menanggung biaya hidup dan pendidikan kedua anak tersebut sampai tuntas minimal SMA atau SMK,” ujarnya.

Bila perlu, kata dia, anak itu bisa memperoleh orang tua asuh yang bisa membiayai hingga kuliah. “Semoga Tuhan berkenan mengetuk salah satu umatnya di hari suci ini (Saraswati, red),” pungkasnya. (*)

 

Kakak beradik yatim piatu, Putu Indah Cantika Putri, 9, dan Made Abi Seka Mahendra Putra, 7, ditinggal meninggal dunia oleh kedua orang tuanya.

Kini, mereka hanya diasuh oleh sang kakek di Banjar Kesian, Desa Lebih, Kecamatan Gianyar. KPPAD Bali berupaya mencarikan orang tua asuh bagi kedua anak itu.

 

IB INDRA PRASETIA, Gianyar

TINGGAL di rumah sederhana di Banjar Kesian, Desa Lebih, Kecamatan Gianyar, kedua kakak adik yatim piatu, Putu Indah Cantika Putri, 9, dan Kadek Abi Seka Mahendra Putra, 7, bertahan mengeyam pendidikan.

Meski diasuh sang kakek, namun, kondisi keuangan mereka sulit. Kakeknya, Nyoman Sugita, tidak bisa berbuat banyak.

“Istri saya tahun lalu meninggal dunia. Sekarang saya asuh sendiri cucu saya ini,” ujar Sugita, kemarin. Sebagai pekerja serabutan, Sugita mengaku kesulitan juga menghidupi biaya kedua cucunya itu.

“Dulu waktu istri saya masih, saya jualan nasi. Sekarang, kadang saya nurunkan pasir. Kadang bantu jualkan tanah kalau disuruh nyari tanah (makelar, red),” ujarnya.

Dia berharap, ada peran donatur, terutama dari pemerintah untuk meringankan biaya hidup dua cucunya itu. “Ini belum dapat bantuan sosial dari pemerintah,” jelasnya.

Sugita mengaku, cucunya kerap menangis ketika ditinggal kegiatan adat atau saat dia bekerja. “Dia sering nangis. Karena di rumah sepi. Saya ada kegiatan,” ujarnya.

Meski begitu, kedua cucunya dianggap mengerti keadaan yang terjadi. “Saya ajarkan mereka, begini hidup. Jangan begini, harus irit,” ujarnya menirukan saat dirinya menasihati si cucu.

Dan, minggu lalu, kedua yatim piatu dan kakeknya dikunjungi oleh Komunitas Peduli Yatim Piatu pimpinan Nyoman Kusuma.

Hadir juga Komisioner Komisi Penyelenggara Perlindungan Anak Daerah (KPPAD) Bali, Made Ariasa. Dalam kunjungan itu, komunitas peduli memberikan bantuan untuk keluarga itu.

“Kami diberikan sumbangan. Langsung cucu saya minta dibelikan pewarna untuk belajar gambar,” terangnya.

Sementara itu, Komisioner KPPAD Bali, Ariasa mengaku mendukung penuh peran serta masyarakat seperti komunitas tersebut.

“Komunitas itu ikut memberikan perlindungan anak secara mandiri maupun gotong royong,” ujar Made Ariasa.

Dalam kunjungannya kemarin, KPPAD dan komunitas itu sempat meminta anak itu menulis. Sang kakak, Putu Indah menorehkan pulpen di atas kertas. Dia menulis identitas dirinya. 

Perempuan kelahiran 28 Desember 2010 itu menuliskan nama almarhum orang tuanya. Ayahnya bernama Kadek Suka Dana dan ibunya bernama Anak Agung Suka Sriasih.

Dia juga bercita-cita sebagai dokter. Sedangkan, adiknya dalam secarik kertas itu ditulis kelahiran 12 Juli 2012. Sang adik bercita-cita sebagai pembalap. 

Setelah melihat adiknya ingin menjadi pembalap, Ariasa mengaku prihatin. “Cita-cita adiknya mau jadi pembalap motor drag (semacam balapan liar).

Ini pemikiran yang bisa sesat karena salah pergaulan. Kakaknya sangat prihatin dan tahu diri hidup susah,” ujarnya.

KPPAD pun khawatir dengan kondisi kedua anak itu. “Kedua orang tuanya meninggal dalam waktu berdekatan karena sakit. Neneknya juga meninggal. Hanya dirawat kakek,” jelasnya.

Ariasa berharap kedua anak itu harus terus mendapat perlindungan. “Anak harus dilindungi dari resiko KTA (Kekerasan Terhadap Anak).

Karena perempuan semakin besar agar tidak terjadi kemungkinan yang tidak diharapkan karena tinggal satu rumah atau satu kamar,” pintanya.

Komisioner asal Desa Mas, Kecamatan Ubud itu menambahkan, sementara ini, biaya hidup kedua anak ditanggung oleh sang kakek.

“Ke depannya kami KPPAD bidang pendidikan akan trus upayakan untuk menemukan orang tua asuh yang berkenan untuk menanggung biaya hidup dan pendidikan kedua anak tersebut sampai tuntas minimal SMA atau SMK,” ujarnya.

Bila perlu, kata dia, anak itu bisa memperoleh orang tua asuh yang bisa membiayai hingga kuliah. “Semoga Tuhan berkenan mengetuk salah satu umatnya di hari suci ini (Saraswati, red),” pungkasnya. (*)

 

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/