Siapa tak kenal Wayan Tuges? Seniman gitar yang sukses memasarkan gitar Blueberry hingga mancanegara.
Disela-sela bikin gitar Blueberry, Tuges sukses bikin gitar yang bisa menghasilkan nada pentatonik.
MARCELLO PAMPURS, Denpasar
MESKI namanya kian tersohor hingga ke mancanegara, aslinya Wayan Tuges merupakan sosok pria sederhana.
Begitu juga kondisi gallery gitar miliknya yang terletak di kediamannya di Jalan Baruna 5, Guwang, Sukawati, Gianyar.
Berbanding terbalik dengan karyanya yang mendunia, ukuran gallery Wayan Tuges tidak sebesar nama merek gitarnya.
Jika masuk ke dalam gallery yang diperkirakan hanya berukuran 5 x 7 meter persegi tersebut, kita akan langsung menjumpai ratusan gitar berbagai jenis tergantung rapi di dinding.
Beberapa lainnya ditaruh di lantai dengan menggunakan stand gitar. Saking banyaknya gitar di gallery, Wayan Tuges bahkan menggantung beberapa gitar akustik buatannya di kamar tidur yang masih tersambung dengan gallery.
Meski terkesan sederhana, para pembeli yang datang tiap harinya tetap ramai. Bahkan, sebagian besar yang datang adalah para pengguna gitar dari luar negeri yang datang langsung ke gallery miliknya ini.
Dari ratusan gitar yang ada di dalam gallery, terdapat satu jenis gitar yang sangat berbeda dari jenis gitar lainnya.
Perbedaan ini bukan dari bentuk ataupun ukiran yang biasanya menjadi ciri khas dari karya Wayan Tuges. Perbedaan ini datang dari bunyi yang dihasilkan dari sang gitar.
Gitar yang dimaksud adalah gitar elektrik yang bisa menghasilkan suara pentatonik. Dengan kata lain, gitar ini mampu menghasilkan suara seperti gamelan dengan nada pentatonik.
Sepintas dari segi bentuk, gitar ini terlihat sama dengan gitar lainnya. Namun perbedaannya, gitar ini memiliki senar. Dan, masing-masing senarnya mempunyai fret.
Inilah yang membuat gitar karyanya mampu menghasilkan suara gamelan pentatonik. “Hanya di fret 12 saja yang sama. Sedangkan lainnya setiap senarnya berbeda,” kata Tuges saat disambangi Jawa Pos Radar Bali di gallery gitar miliknya belum lama ini.
Karena mempunyai fret yang berbeda dari biasanya, jenis gitar ini susah untuk dimainkan oleh para gitaris yang tak memiliki kemampuan mumpuni.
Bahkan, gitaris profesional sekalipun jika tidak mempunyai pengetahuan dalam memainkan gamelan akan kesulitan untuk memainkan gitar ini. Karya unik ini telah dibuat sekitar 5 tahun lalu.
Meski demikian, gitar yang dibuat dari kayu lokal ini masih tersimpan dan terawat sampai sekarang. Awalnya, diakui Tuges, pembuatan gitar ini hanya iseng-iseng saja.
Namun, tidak sedikit para gitaris tersohor yang datang ke gallery miliknya dan mencoba memainkan gitar pentatonik ini.
Di sisi lain, dirinya ingin mengeksplorasi ketrampilan dirinya sebagai seorang seniman dengan menghasilkan karya seni dengan bentuk yang berbeda. Karena keunikannya, gitar ini susah untuk dijual.
“Sebenarnya gitar ini hanya prototipe saja, dan pasti akan dan susah dijual,” klaimnya.
“Saya bikin ini untuk kebanggaan saja, bahwa saya mampu bikin gitar yang berbeda dengan gitar lain,” tandasnya.
Menurut Tuges, ide bikin gitar “nyeleneh” ini awalnya datang dari seorang mahasiswa asal Inggris yang mengunjungi gallery gitar miliknya.
Saat itu, si mahasiswa yang kuliah di Amerika dengan mengambil program belajar gamelan Bali ini meminta Wayan Tuges mengukir gitar miliknya.
Gitar milik mahasiswa ini memiliki suara pentatonik. Dari sana, Wayan Tuges meminta izin ke sang mahasiswa untuk meniru gitarnya.
“Karena terus terang, saya kan bukan ahli di bidang suara. Jadi, saya minta ke dia untuk mengkopi bentuknya. Ternyata dia mau. Jadi, mungkin karena dia belajar banyak tentang Bali, akhirnya dengan senang hati posisi fret-nya itu bisa saya copy,” pungkasnya.