Meski mendebarkan dan tegang, pengalaman mengudara bersama pesawat intai canggih milik US Navy selama 120 menit di atas Selat Lombok menjadi kepuasan tersendiri.
Bukan hanya aksi dan kepiawaian Bersama tiga pilot dan kru berpengalaman yang bikin kagum, namun pemandangan alam dan laut Bali dan Lombok yang terlihat eksotik dari atas langit seakan menjadi obat penghilang pusing dan mual.
DIDIK DWI PRAPTONO, Denpasar
SETELAH tanda set belt dimatikan, kru pesawat kemudian membebaskan para awak media mengambil foto.
Setengah ragu-ragu karena guncangan pesawat yang cukup kuat, namun kru pesawat meyakinkan kepada awak media bahwa kondisi pesawat maupun cuaca dalam keadaan baik dan cerah.
Sedangkan lima kru tetap dalam posisi depan layar monitor. Satu kru terlihat sibuk ke sisi kanan dan sisi kiri mengambil gambar.
Ratusan jepretan bahkan lebih. Kru pesawat seperti sudah terbiasa. Termasuk saat tekanan pesawat meningkat, meski kaki penulis merasakan berat melangkah, tetapi kru tetap gesit mengambil momen foto dari balik jendela kaca.
Ia hanya sesekali mengusap keringat dan menenggak air mineral untuk menambah asupan oksigen dan mengganti cairan tubuh yang keluar.
Sedangkan dua rekan penulis dari salah satu media televisi mengaku sudah mual dan pusing. “Mulai mual dan pusing,”celetuk salah satu rekan reporter teve.
Usai merasakan pusing yang hebat, rekan media kemudian duduk ke bangku penumpang. Tidak butuh lama. Hanya hitungan beberapa menit, rekan media merasakan badannya bugar.
“Seperti ada uap anti mualnya. Tadi mual sekali, hanya duduk sebentar mual dan pusing hilang,”ujarnya kepada penulis.
Setelah merasa bugar dan tidak mual, rekan media kemudian kembali mengambil gambar dari balik jendela.
Meski dengan guncangan yang luar biasa, rasa lelah hilang setelah pilot kemudian menyajikan pemandangan menakjubkan terlihat dari balik kaca pesawat.
Dari atas pesawat, tampak berderet puluhan kapal perang (50 kapal perang) dari 36 negara. Selain kapal perang, juga pesawat militer.
Kapal perang di Perairan Lombok itu merupakan peserta dari event Multilateral Naval Exercise Komodo (MNEK) 2018.
Pemandangan yang sungguh memukau dan langka. Menyemut, kapal perang tangguh dari 36 negara berbaris rapi.
Persis di atas kapal perang, ada dari unsur udara yang ambil posisi. Seperti sudah terkoordinasi, para armada laut dan udara milik angkatan laut ini kemudian mengambil sesi foto.
Indonesia selaku penyelenggara dari even bertajuk”Cooperation to Respond to Disasster and Hunanitarian Issues” selain menerjunkan 35 armada KRI.
TNI juga menerjunkan sejumlah armada dari unsur udara. Sedangkan sisanya merupakan kapal perang milik 13 negara sahabat.
Total unsur udara dari latihan bersama untuk tujuan penanganan kebencanaan dan masalah kemanusiaan ini, yakni 50 kapal perang, 11 fixed wing berbagai tipe, belasan helikopter.
Setelah melakukan sesi foto, Copilot kembali menyalakan tanda sabuk pengaman yang artinya awak media dan kru harus kembali ke tempat duduk semula.
Pesawat pun persiapan landing ke Bandara Internasional I Gusti Ngurah Rai Tuban, Badung. Sebelum munuruni tangga pesawat, para awak media yang menjadi undangan dan hanya berjumlah
lima orang kemudian diberikan stiker dan pacth emblem bordir bertuliskan “Patron Four “(Pelindung keempat) oleh kru pesawat sebagai tanda telah ikut terbang bersama Poseidon P-8A.
Setelah itu, semua bersalaman sebagai tanda perpisahan dan persahabatan.