Nasib Made Agus Mertayasa, sungguh menyedihkan. Bocah yang baru berusia dua tahun itu, diduga mengalami kelainan saraf pada usus besar.
Perutnya pun terus membesar. Orang tuanya kelimpungan, karena pengobatan butuh biaya lumayan.
EKA PRASETYA, Singaraja
MATAHARI semakin tinggi. Sepasang suami istri terlihat berdiri kebingungan di depan Instalasi Rawat Darurat (IRD) RSUD Buleleng.
Mereka menggendong seorang balita yang perutnya menggembung hingga ke dada. Seolah-olah anak itu menyembunyikan balon di balik bajunya.
Anak yang bernama Made Agus Mertayasa, 2, itu tidak baik-baik saja. Bocah asal Banjar Dinas Pudeh, Desa Tajun, Kecamatan Kubutambahan itu, diduga mengalami penyakit pada bagian usus besar.
Penyakit itu disebut hirschsprung disease. Akibatnya, perut sang anak terus membesar dari hari ke hari.
Siang itu, sang ayah, Kadek Sudiarta, 36, bersama sang ibu, Luh Lusiani, 33, membawa anaknya ke RSUD Buleleng, berharap mendapat perawatan medis.
Mereka khawatir kondisi anaknya makin memburuk. Bukan hanya dikhawatirkan dengan kondisi anak, mereka juga dibuat gelisah dengan biaya pengobatan.
Maklum mereka berasal dari keluarga tak punya. Konon sang anak sudah menunjukkan gejala menderita penyakit itu sejak berumur lima hari.
Saat itu Made Agus sempat dirawat di RSUD Buleleng selama sepekan. Usai opname, kondisinya pun baik-baik saja. Pola makannya normal, pun tumbuh kembangnya cukup menggembirakan.
Kedua orang tuanya pun tak ambil pusing dengan penyakitnya terdahulu. Terlebih saat datang ke Posyandu beberapa waktu lalu, berat badan Made Agus tergolong normal, yakni 12 kilogram.
Namun sejak hari raya Galungan lalu, perutnya terus membesar. “Sebelumnya memang agak besar, tapi tidak sebesar ini. Baru setelah Galungan itu perutnya membesar drastis,” kata Kadek Sudiarta saat ditemui di RSUD Buleleng pagi kemarin.
Orang tuanya pun dibuat panik. Mereka bingung harus menempuh langkah apa. Terlebih pendapatan keluarga ini pas-pasan.
Mereka hanya mengandalkan pendapatan Sudiarta sebagai buruh tebang kayu di Desa Tajun. Made Agus juga mulai sembelit dan susah buang air besar.
Mereka mencoba mengakali dengan memberikan buah-buahan, agar Agus segera buang air besar. Bila makin rewel, mereka mencoba mengolesi perut Agus dengan minyak telon.
Namun hal itu tak membuahkan hasil. Agus terlihat makin kurus. Bila dipegang, perutnya terasa keras.
“Kalau sudah dapat kentut dan buang air, perutnya tidak sekeras ini. Sudah dari kemarin (Minggu, Red) belum dapat kentut. Makanya keras,” tutur Sudiarsa.
Sebelum ke RSUD Buleleng, mereka sempat memeriksakan kondisi anaknya ke Puskesmas Kubutambahan II di Desa Tamblang.
Dokter memutuskan memberikan rujukan ke Poliklinik Bedah RSUD Buleleng. Setelah diperiksakan ke poliklinik, Agus ditangani dr. Ketut Suparna, Sp. B (K) Onk.
Agus kemudian disarankan dirujuk ke RS Sanglah untuk mendapatkan penanganan yang lebih menyeluruh dari dokter bedah anak.
Konon Agus harus menjalani operasi dengan fasilitas dan SDM yang lebih lengkap.
“Kami bingung. Keluarga kami hidupnya pas-pasan. Kami berdua punya KIS (Kartu Indonesia Sehat, Red), tapi anak-anak belum ada punya,” katanya lagi.
Kemarin Kepala Dinas Sosial Buleleng Gede Komang pun turun tangan membantu Made Agus. Gede Komang membantu agar KIS yang dikantongi Sudiarsa, bisa mencakup anak-anaknya.
Sehingga nanti saat menjalani perawatan di rumah sakit, mereka tidak perlu memikirkan biaya pengobatan.
“Sebenarnya orang tuanya sudah ditanggung KIS dari pusat. Tapi anak-anaknya tercecer. Kami upayakan KIS-nya langsung jadi,
sehingga semua biaya pengobatannya ditanggung. Tinggal memikirkan biaya-biaya yang di luar tanggungan saja,” kata Gede Komang.
Rencananya Made Agus akan dirujuk ke RS Sanglah Denpasar, setelah libur Idul Fitri. Dinas Sosial Buleleng akan berkoordinasi dengan sejumlah
yayasan yang menjalin kerjasama dengan Dinsos Buleleng, sehingga bisa membantu keluarga Made Agus selama berada di RS Sanglah Denpasar.
“Nanti kami akan koordinasikan dengan rekan-rekan yayasan. Terpenting anak ini segera mendapat penanganan medis dulu, sehingga kondisinya tidak semakin buruk,” tandas Komang.