32.6 C
Jakarta
25 April 2024, 13:14 PM WIB

20 Tahun Tekuni Batok, Tembus Pasar Ekspor, Bahan Baku Jadi Kendala

Siapa sangka batok atau tempurung kelapa memiliki nilai ekonomi tinggi. Padahal, bagi kebanyakan orang, batok kelapa hanya mampu dibuat arang untuk bakar 

sate atau seterika baju. Tapi, tidak bagi Zainal Abidin. Di tangannya, batok kelapa justru bisa dibuat sebagai barang seni. 

JULIADI, Gerokgak

BERBEKAL  dengan alat sederhana, pengerajin souvenir dari bahan tempurung kelapa Zainal Abidin mampu memproduksi ribuan souvenir di rumahnya di Dusun Sendang Pasir, Pemuteran, Gerokgak. 

Beragam kerajinan souvenir, hiasan rumah dan alat-alat rumah tangga dibuatnya. Mulai gelang tangan dan kaki, gantungan kunci dan sabuk hingga pernak dan pernik lainnya. 

Bahkan ada yang terbuat dari kerang laut. “Selama ini peluang pasar hasil kerajinan cukup besar, karena kualitasnya cukup bagus dan diterima oleh 

pasar domestik maupun intenasional. Terutama tamu asing yang datang ke Bali,” ucap Zainal Abidin saat ditemui di rumahnya.

Zainal menggeluti usaha ini sejak 20 tahun silam. Bermula dari kegelisahan akan banyak limbah batok kelapa di desa. 

Karena banyak warga Madura di desa. Menurutnya, sangat sayang batok kelapa dibuat sebagai arang atau dibakar begitu saja. Kebetulan ada jiwa seni di darahnya. 

“Maka terbesit ide untuk mengolah batok kelapa menjadi barang seni. Kasarnya saya belajar otodidak membuatnya tanpa ada guru,” ujarnya. 

Membuat batok kelapa memang tak butuh keterampilan seni khusus. Akan tetapi butuh ketekunan dalam pengerjaan. Rumitnya pasti ada. 

Misalnya dalam membuat gelang dengan ukuran kecil dan lubang kecil. Apalagi pemesan mengginginkan gelang memiliki serat dan gelang diinginkan halus terlihat seperti halus kaca. 

Setelah itu barulah dirangkai butir kecil dari batok kelapa menjadi gelang disambung dengan seuntas benang. 

“Mau tidak mau sebagai pengerajin harus tekun dan terampil mengolahnya. Agar sesuai dengan pemesanan yang diinginkan,” terang pria berusia 46 tahun. 

Ada tiga tahapan yang dikerjakan dalam mengolah tempurung kelapa untuk menjadi barang seni. 

Yakni proses pembersihan serat batok kelapa terlebih dahulu. Kemudian dihaluskan dilanjutkan dengan pemecahan 

batok kelapa menjadi butiran kecil sampai proses pelubangan. Lalu dikeringkan kembali dan baru dicat. 

“Saya butuh waktu seminggu untuk mengerjakan ini. Tapi, semakin kecil gelang yang dipesan, maka semakin rumit pengerjaannya,” tuturnya. 

Pemesan kerajinan seni dari batok kelapa cukup besar. Bahkan saat ini dia harus menyiapkan 10 ribu gelang. 

Sayangnya dia terkendala dengan minimnya persedian bahan baku. Sehingga bahan baku diambil dari luar Bali daerah Banyuwangi, Jawa Timur. 

“Kalau untuk di Bali, bahan baku dari daerah Melaya, Jembrana, Seririt dan Gerokgak. Rata-rata 10 gelang dipesan setiap bulannya,” ungkapnya. 

Untuk barang seni seperti gelang, sabuk dan pernak pernik lainnya, pihaknya tak menjual persatu buah gelang. Tetapi menjual sesuai pemesanan. 

“Jadi, kami jual secara perkilogram bahan gelang seharga Rp 60 ribu. Sedangkan untuk bahan baku batok kelapa kami beli Rp 750 ribu per mobil pickup,” ujarnya. 

Zainal Abidin menambahkan, untuk pemasaran kerajinan dari bahan batok kelapa rata- rata di pasar seni untuk oleh-oleh wisatawan. 

Seperti daerah Ubud, Sukawati, Gianyar, Kuta, Badung, Denpasar dan pusat oleh-oleh Krisna. Sementara ekspor dikirim ke negara Thailand, Jepang, dan Prancis. 

Seiring meningkatnya jumlah pemesanan kerajinan dari bahan batok kelapa, batok kelapa kini menjadi pekerjaan warga di Dusun Sendang Pasir, Pemuteran. 

Ada sekitar 13 kepala keluarga yang menggeluti kerajinan saat ini. “Kami pun membuat kelompok kerajinan batok kelapa. 

Dengan nama Kelompok Kerajinan Batok Kelapa Coconut Blong. Tujuannya mengkoordinir segala kegiatan kerajinan, 

namun khusus batok kelapa. Tujuan ke depan tentu daerah ini bisa menjadi sentra kerajinan seni,” tandasnya. (*)

Siapa sangka batok atau tempurung kelapa memiliki nilai ekonomi tinggi. Padahal, bagi kebanyakan orang, batok kelapa hanya mampu dibuat arang untuk bakar 

sate atau seterika baju. Tapi, tidak bagi Zainal Abidin. Di tangannya, batok kelapa justru bisa dibuat sebagai barang seni. 

JULIADI, Gerokgak

BERBEKAL  dengan alat sederhana, pengerajin souvenir dari bahan tempurung kelapa Zainal Abidin mampu memproduksi ribuan souvenir di rumahnya di Dusun Sendang Pasir, Pemuteran, Gerokgak. 

Beragam kerajinan souvenir, hiasan rumah dan alat-alat rumah tangga dibuatnya. Mulai gelang tangan dan kaki, gantungan kunci dan sabuk hingga pernak dan pernik lainnya. 

Bahkan ada yang terbuat dari kerang laut. “Selama ini peluang pasar hasil kerajinan cukup besar, karena kualitasnya cukup bagus dan diterima oleh 

pasar domestik maupun intenasional. Terutama tamu asing yang datang ke Bali,” ucap Zainal Abidin saat ditemui di rumahnya.

Zainal menggeluti usaha ini sejak 20 tahun silam. Bermula dari kegelisahan akan banyak limbah batok kelapa di desa. 

Karena banyak warga Madura di desa. Menurutnya, sangat sayang batok kelapa dibuat sebagai arang atau dibakar begitu saja. Kebetulan ada jiwa seni di darahnya. 

“Maka terbesit ide untuk mengolah batok kelapa menjadi barang seni. Kasarnya saya belajar otodidak membuatnya tanpa ada guru,” ujarnya. 

Membuat batok kelapa memang tak butuh keterampilan seni khusus. Akan tetapi butuh ketekunan dalam pengerjaan. Rumitnya pasti ada. 

Misalnya dalam membuat gelang dengan ukuran kecil dan lubang kecil. Apalagi pemesan mengginginkan gelang memiliki serat dan gelang diinginkan halus terlihat seperti halus kaca. 

Setelah itu barulah dirangkai butir kecil dari batok kelapa menjadi gelang disambung dengan seuntas benang. 

“Mau tidak mau sebagai pengerajin harus tekun dan terampil mengolahnya. Agar sesuai dengan pemesanan yang diinginkan,” terang pria berusia 46 tahun. 

Ada tiga tahapan yang dikerjakan dalam mengolah tempurung kelapa untuk menjadi barang seni. 

Yakni proses pembersihan serat batok kelapa terlebih dahulu. Kemudian dihaluskan dilanjutkan dengan pemecahan 

batok kelapa menjadi butiran kecil sampai proses pelubangan. Lalu dikeringkan kembali dan baru dicat. 

“Saya butuh waktu seminggu untuk mengerjakan ini. Tapi, semakin kecil gelang yang dipesan, maka semakin rumit pengerjaannya,” tuturnya. 

Pemesan kerajinan seni dari batok kelapa cukup besar. Bahkan saat ini dia harus menyiapkan 10 ribu gelang. 

Sayangnya dia terkendala dengan minimnya persedian bahan baku. Sehingga bahan baku diambil dari luar Bali daerah Banyuwangi, Jawa Timur. 

“Kalau untuk di Bali, bahan baku dari daerah Melaya, Jembrana, Seririt dan Gerokgak. Rata-rata 10 gelang dipesan setiap bulannya,” ungkapnya. 

Untuk barang seni seperti gelang, sabuk dan pernak pernik lainnya, pihaknya tak menjual persatu buah gelang. Tetapi menjual sesuai pemesanan. 

“Jadi, kami jual secara perkilogram bahan gelang seharga Rp 60 ribu. Sedangkan untuk bahan baku batok kelapa kami beli Rp 750 ribu per mobil pickup,” ujarnya. 

Zainal Abidin menambahkan, untuk pemasaran kerajinan dari bahan batok kelapa rata- rata di pasar seni untuk oleh-oleh wisatawan. 

Seperti daerah Ubud, Sukawati, Gianyar, Kuta, Badung, Denpasar dan pusat oleh-oleh Krisna. Sementara ekspor dikirim ke negara Thailand, Jepang, dan Prancis. 

Seiring meningkatnya jumlah pemesanan kerajinan dari bahan batok kelapa, batok kelapa kini menjadi pekerjaan warga di Dusun Sendang Pasir, Pemuteran. 

Ada sekitar 13 kepala keluarga yang menggeluti kerajinan saat ini. “Kami pun membuat kelompok kerajinan batok kelapa. 

Dengan nama Kelompok Kerajinan Batok Kelapa Coconut Blong. Tujuannya mengkoordinir segala kegiatan kerajinan, 

namun khusus batok kelapa. Tujuan ke depan tentu daerah ini bisa menjadi sentra kerajinan seni,” tandasnya. (*)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/