Kado istimewa dipersembahkan Polda Bali di HUT RI ke 72. Sebuah layangan raksasa berbentuk Garuda Pancasila karya Brigadir Kadek Dwi Kusmawan, adalah salah satunya. Apa motifnya?
NI KADEK NOVI FEBRIANI, Denpasar
ADA yang istimewa dengan perayaan HUT RI ke 72 dan HUT Pemprov Bali ke 59 tahun ini. Untuk memecahkan rekor Museum Rekor Indonesia (MURI), bakal ada pengibaran bendera raksasa sepanjang 400 meter di Pantai Pandawa, Nusa Dua, Badung.
Tidak hanya itu, Kapolda Bali Irjen Dr Drs Petrus Reinhard Golose MM juga meminta dibuatkan layangan yang bertema kemerdekaan dengan ukuran jumbo.
Dan, tantangan itu dijawab Brigadir Kadek Dwi Kusmawan. Bintara Polda Bali ini bersedia membuat layangan raksasa bertema Garuda Pancasila.
Tema tersebut dipilih sebagai simbol kebesaran sebuah negara. Apa motifnya? Dia mengaku memilih simbol Garuda Pancasila bukan karena ada permasalahan dengan kehidupan berbangsa dan bernegara, tapi ingin membuktikan kepada masyarakat bahwa polisi itu tidak arogan.
Dia juga ingin masyarakat tidak memandang polisi sebelah mata. “Dengan layangan ini ingin mempersatukan semua kalangan. Mengajak masyarakat agar berbaur dengan polisi,” ungkap pria 32 tahun ini.
Brigadir Dwi sendiri adalah pencinta layang-layang, sehingga dia diberikan kepercayaan oleh pimpinannya membuat layang-layang raksasa itu.
Brigadir Dwi menceritakan awal membuat layangan yang cukup rumit ini. Setidaknya, dia membutuhkan waktu 12 hari untuk menyelesaikannya.
Layang-layangan itu dibuat oleh Tim Layangan Granyam 86 berjumlah 20 orang. Bahan-bahan yang digunakan cukup banyak.
Seperti kain berwarna kuning yang menghabiskan 120 meter, bambu 11 batang, dan tali 26 biji. Selain itu, layangan diisi warna gradasi cokelat, didesain dengan lebar 8 meter sesuai bulan kemerdekaan RI, panjang ekor 17 meter sesuai tanggal Kemerdekaan RI, dan 45 jumlah bendera sesuai tahun kemerdekaan RI.
Selain pesan persatuan, ada juga pesan yang ingin disampaikan oleh Brigadir Dwi, yakni jangan pernah melupakan jasa-jasa pahlawan.
Karena berkat perjuangan para pahlawan, Indonesia bisa merdeka seperti saat ini. “Kita sebagai warga Indonesia harus terus menghormati pahlawan dengan perjuangannya, karena berkat mereka kita seperti ini. Berkat mereka, lahir lambang Garuda Pancasila ini,” bebernya.
Brigadir Dwi Kusmawan menghabiskan dana sekitar Rp 4 juta untuk membuat layangan ini. Selama 12 hari pengerjaan layangan, dia menerima dispensasi dari atasan.
Layangan tersebut sempat dinaikkan dua kali sebagai tahap uji coba. Yakni, Kamis (10/8) lalu, tapi gagal mengudara.
Kemudian diujicoba kembali pada Jumat (11/8) lalu, dan akhirnya berhasil terbang mengudara. Meski berhasil terbang, Brigadir Dwi mengaku gerakan layangan raksasa itu tidak terlalu bagus karena kendala angin yang kurang kencang di Pantai Padanggalak.
Dia berharap saat hari H nanti, layangan itu bisa menari di langit Pantai Pandawa. Saat dinaikkan tanggal 14 Agustus nanti, ada 60 personel yang dikerahkan untuk menggerek layangan agar bisa mengudara.
Masing-masing 40 personel Brimob, dan 20 orang dari tim Layangan Granyam 86. Menurutnya, Kapolda Irjen Golose senang dengan hasil rancangan layangan ini.
“Ya, Kapolda sudah lihat di Youtube. Dan, sempat melihat ke markas Brimob,” tuturnya.