25.2 C
Jakarta
22 November 2024, 7:01 AM WIB

Jadi Tukang Las, Tertutup dengan Tetangga, Biasa Terbangkan Drone

Penangkapan dua orang terduga teroris Achmad Taufikkurrahman alias AT, 45, bersama ankanya, ZAI, 14, terkesan rapi. Sebab, tetangga kos bersama warga Jalan Sedap Malam, Kebonkuri, Denpasar, tidak tahu menahu dengan penangkapan keduanya.

 

ANDRE SULLA, Denpasar

KAMAR kos nomor 1 dan 2 di Jalan Sedap Malam, Kebonkuri, Denpasar Timur, tampak berantakan. Buku anak-anak, sandal, sepatu, berserakan di keramik teras yang sudah berdebu itu.

Tak hanya itu, masih terdapat potongan besi las di teras depan dua kamar itu. Di halaman luar bagian barat apa lagi. Terdapat banyak potongan besi, baik besi baja maupun besi las.

“Ya ini pekerjaan Pak Taufik. Aktifitas ngelas setiap hari. Bahkan, dia bekerja hingga subuh,” beber Diana Putra, tetangga kos penghuni kamar nomor tiga.

Mahasiswa di salah satu Universitas di Denpasar ini menyatakan, Taufik setahunya memiliki istri yang akrab disapa Ibu Umi dan tiga orang anak.

Pertama perempuan yang sudah menikah, kedua lelaki yang baru SMP dan ketiga masih kecil diduga berusia 6 tahun.

Mereka menyewa dua kamar di kosan 5 kamar dengan pintu gerbangnya selalu tertutup rapat. “Per bulan Rp 600 ribu kosan ini. Terus terang kami tidak tahu

kalau Pak Taufik dan anak lakinya ditangkap Densus 88 karena diduga bagian dari jaringan kelompok Jamaah Anshorut Daulah (JAD),” timpalnya.

Ia mengaku selama ini, keluarga tersebut diketahui selalu akur. Tapi, sangat tertutup dengan tetangga apalagi warga sekitar.

Keluar rumahpun kecuali ada keperluan. Ia tak menyangka kalau pria yang bekerja sebagai tukang las yang akrab disapa Taufik itu adalah jaringan JAD.

“Kami disini mengenalnya sebatas sebagai tukang las. Bikin kerangka lampu. Setahu saya dia dari Banyuwangi. Tinggal di sini kurang lebih 1,5 tahun,” bebernya.

Masih di kos yang sama tetangga Kos bernama Ketut Julia menyatakan  kesehariannya Taufik sering kerja las kerangka lampu.

Sementara istrinya hanya antar jemput anak sekolah. “Anak mereka yang paling kecil itu masih TK dan satunya masih SMP,” tutur Ketut Juliani sembari

mengatakan bahwa setahunya Pak Taufik bersama keluarganya pulang ke Bayuwangi karena pamannya meninggal dunia.

Sudah dua hari Taufik bersama istri dan anak-anak tidak ada di kos. Mereka pergi meninggalkan rumah menggunakan motor.

Jumat malam ada orang datang masuk ke kamar mereka. Tapi, wanita satu anak ini tidak tahu siapa mereka.

“Saya juga tidak tahu mereka ditangkap polisi. Ibu Umi ini setiap hari pakai jilbab,” ungkap Ketut Juliani sembari mengaku tak menyangka Pak Taufik masuk dalam jaringan JAD bersama anaknya yang masih bocah itu.

Warga sekitar bernama Putu Aditia, 40, mengatakan bahwa mereka sangat terkejut dengan kedatangan sejumlah awak media. Bahkan penangkapan itu pun diketahui oleh sejumlah wartawan.

“Kami tidak tahu apa, yang jelas bapak tukang las itu tidak akur sama kami warga sekitar. Anak-naknya pun tak bermain sama anak-anak kami di kompleks sini,” papar Putu.

Pria yang didampingi sejumlah warga menyatakan bahwa Taufik yang bercirri-cirinya badan kurus, rambut gondrong, dan brewok itu sering menerbangkan drone.

“Dia main drone biasanya sore hari. Dronenya diterbangkan hanya di atas area kosnya. Meski tertutup tapi mereka baik kalau disapa tetangga,” pungkasnya sembari mengatakan bahwa

selama ini ada beberapa pria berpakaian preman selalu muncul di seputaran kosan tersebut. Diduga mereka adalah pihak kepolisian yang memantau pergerakan Taufik. (*)

 

 

 

Penangkapan dua orang terduga teroris Achmad Taufikkurrahman alias AT, 45, bersama ankanya, ZAI, 14, terkesan rapi. Sebab, tetangga kos bersama warga Jalan Sedap Malam, Kebonkuri, Denpasar, tidak tahu menahu dengan penangkapan keduanya.

 

ANDRE SULLA, Denpasar

KAMAR kos nomor 1 dan 2 di Jalan Sedap Malam, Kebonkuri, Denpasar Timur, tampak berantakan. Buku anak-anak, sandal, sepatu, berserakan di keramik teras yang sudah berdebu itu.

Tak hanya itu, masih terdapat potongan besi las di teras depan dua kamar itu. Di halaman luar bagian barat apa lagi. Terdapat banyak potongan besi, baik besi baja maupun besi las.

“Ya ini pekerjaan Pak Taufik. Aktifitas ngelas setiap hari. Bahkan, dia bekerja hingga subuh,” beber Diana Putra, tetangga kos penghuni kamar nomor tiga.

Mahasiswa di salah satu Universitas di Denpasar ini menyatakan, Taufik setahunya memiliki istri yang akrab disapa Ibu Umi dan tiga orang anak.

Pertama perempuan yang sudah menikah, kedua lelaki yang baru SMP dan ketiga masih kecil diduga berusia 6 tahun.

Mereka menyewa dua kamar di kosan 5 kamar dengan pintu gerbangnya selalu tertutup rapat. “Per bulan Rp 600 ribu kosan ini. Terus terang kami tidak tahu

kalau Pak Taufik dan anak lakinya ditangkap Densus 88 karena diduga bagian dari jaringan kelompok Jamaah Anshorut Daulah (JAD),” timpalnya.

Ia mengaku selama ini, keluarga tersebut diketahui selalu akur. Tapi, sangat tertutup dengan tetangga apalagi warga sekitar.

Keluar rumahpun kecuali ada keperluan. Ia tak menyangka kalau pria yang bekerja sebagai tukang las yang akrab disapa Taufik itu adalah jaringan JAD.

“Kami disini mengenalnya sebatas sebagai tukang las. Bikin kerangka lampu. Setahu saya dia dari Banyuwangi. Tinggal di sini kurang lebih 1,5 tahun,” bebernya.

Masih di kos yang sama tetangga Kos bernama Ketut Julia menyatakan  kesehariannya Taufik sering kerja las kerangka lampu.

Sementara istrinya hanya antar jemput anak sekolah. “Anak mereka yang paling kecil itu masih TK dan satunya masih SMP,” tutur Ketut Juliani sembari

mengatakan bahwa setahunya Pak Taufik bersama keluarganya pulang ke Bayuwangi karena pamannya meninggal dunia.

Sudah dua hari Taufik bersama istri dan anak-anak tidak ada di kos. Mereka pergi meninggalkan rumah menggunakan motor.

Jumat malam ada orang datang masuk ke kamar mereka. Tapi, wanita satu anak ini tidak tahu siapa mereka.

“Saya juga tidak tahu mereka ditangkap polisi. Ibu Umi ini setiap hari pakai jilbab,” ungkap Ketut Juliani sembari mengaku tak menyangka Pak Taufik masuk dalam jaringan JAD bersama anaknya yang masih bocah itu.

Warga sekitar bernama Putu Aditia, 40, mengatakan bahwa mereka sangat terkejut dengan kedatangan sejumlah awak media. Bahkan penangkapan itu pun diketahui oleh sejumlah wartawan.

“Kami tidak tahu apa, yang jelas bapak tukang las itu tidak akur sama kami warga sekitar. Anak-naknya pun tak bermain sama anak-anak kami di kompleks sini,” papar Putu.

Pria yang didampingi sejumlah warga menyatakan bahwa Taufik yang bercirri-cirinya badan kurus, rambut gondrong, dan brewok itu sering menerbangkan drone.

“Dia main drone biasanya sore hari. Dronenya diterbangkan hanya di atas area kosnya. Meski tertutup tapi mereka baik kalau disapa tetangga,” pungkasnya sembari mengatakan bahwa

selama ini ada beberapa pria berpakaian preman selalu muncul di seputaran kosan tersebut. Diduga mereka adalah pihak kepolisian yang memantau pergerakan Taufik. (*)

 

 

 

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/