Ketokohan mantan Gubernur Sunda Kecil, Meester in de Rechten (MR.) I Gusti Ketut Pudja begitu membekas.
Untuk mengenang sekaligus mengabadikan ketokohan MR. Pudja, Pemkab Buleleng mendirikan Museum Soenda Ketjil.
EKA PRASETYA, Singaraja
MUSEUM Soenda Ketjil berdiri memanfaatkan sebuah bangunan tua di Eks Pelabuhan Buleleng. Museum tersebut mulai dibuka untuk umum, sejak Selasa (13/2) siang.
Sayang koleksi yang terdapat dalam museum, belum banyak. Museum disebut akan beroperasi secara penuh, pada Oktober mendatang.
Dalam museum itu ada beberapa hal yang dipamerkan. Diantaranya catatan sejarah tentang Provinsi Sunda Kecil.
Selain itu ada beberapa barang peninggalan milik MR. Pudja yang notabene gubernur pertama dan terakhir Provinsi Sunda Kecil. Barang itu diantaranya kamera dan topi.
Kepala Dinas Kebudayaan Buleleng, Putu Tastra Wijaya mengatakan, saat ini koleksi di museum baru mencapai 20 persen.
Koleksi di museum akan dilengkapi secara bertahap, terutama yang terkait dengan benda-benda peninggalan MR. Pudja. Selain itu koleksi tentang kemaritiman juga dibangkitkan.
“Kami masih menghimpun benda-benda peninggalan MR. Pudja. Kami juga sudah berkomunikasi dengan keluarga beliau,
agar sekiranya benda-benda peninggalan beliau bisa kami tampilkan di museum ini,” kata Tastra.
Sementara itu putri MR. Pudja, I Gusti Ayu Arinti Pudja mengatakan, saat ini masih ada beberapa barang milik MR. Pudja yang tersimpan di Puri Anyar Sukasada.
Selain itu ada beberapa barang peninggalan MR. Pudja yang telah disumbangkan ke Museum Nasional.
“Kami dari keluarga siap menyumbangkan apa saja yang dibutuhkan. Seperti pakaian, mesin tik, itu masih ada tersimpan di Puri.
Mungkin juga ada beberapa barang yang kami ingin tetap tersimpan di puri, sebagai peninggalan keluarga kami,” kata Arinti.
Direktur Pelestarian Cagar Budaya dan Permuseuman Kemendikbud, Hari Widianto juga mengapresiasi didirikannya Museum Soenda Ketjil.
Hari bahkan mengusulkan agar gedung yang kini digunakan sebagai museum, diusulkan menjadi cagar budaya. Terlebih dari catatan yang ada, gedung itu didirikan sekitar tahun 1920-an silam.
“Bangunan ini sangat bagus ditetapkan jadi cagar budaya. Apalagi ada latar belakang kesejarahan yang terkait dengan museum ini. Kami mendukung museum ini terwujud sempurna,” kata Hari.
Asal tahu saja, MR. I Gusti Ketut Pudja ditetapkan sebagai pahlawan nasional pada tahun 2011 lalu.
Putra Buleleng itu sangat berperan pada pembentukan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).
Namanya tercatat dalam buku risalah sidang bersama Badan Penyelenggara Usaha-usaha Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI) dan PPKI yang digelar pada 18 Agustus 1945.
Dalam buku itu Pudja menyampaikan keberatan pada naskah pembukaan UUD 1945, terutama dalam Alinea ke-3.
Ketika itu pada alinea ketiga tertuliskan “Atas berkat Allah Yang Maha Kuasa”. Pudja meminta agar kalimat itu diganti menjadi “Atas berkat Tuhan Yang Maha Kuasa”.
Dalam buku risalah itu tak disebutkan apa alasannya. Tak seorang pun peserta rapat yang menyanggah usulan tersebut.
Pada 22 Agustus 1945, MR. Pudja menerima mandate dari Presiden Soekarno, menjabat sebagai Gubernur Sunda Kecil.
Pudja juga bertugas menyebarluaskan berita kemerdekaan Indonesia pada seluruh rakyat di wilayah Bali dan Nusa Tenggara.
Wajah MR. Pudja juga kini diabadikan dalam pecahan uang logam Rp 1.000. Wajahnya menjadi gambar muka uang logam sejak 19 Desember 2016 lalu.