30.4 C
Jakarta
18 September 2024, 11:14 AM WIB

Virus Corona Datang, Pertahanan Indonesia Jebol Juga

Seperti juga Liverpool dan Barcelona, akhirnya pertahanan Indonesia jebol juga.

Setelah dua bulan bikin aneh warga jagat raya 1 Maret kemarin ditemukanlah penderita virus Corona pertama di dekat Jakarta. Sekaligus dua.

Saya pun segera minta tolong wartawan yang rumahnya di Depok. Yakni Mangasi (Choky) Tampubolon. Ia wartawan Indopos alumni IISIP (Institut Ilmu Sosial dan Ilmu Politik).

Choky pun segera ke rumah penderita itu. Kebetulan jaraknya kurang dari 3 Km dari rumahnya.

Ia harus melewati perumahan real estate kelas menengah. Jalannya selembar 6 meter. Kanan-kirinya rumah-rumah tipe 45.

Itulah perumahan Studio Alam Indah –yang kini sering disebut di media massa.

Di ujung jalan itu ada sebidang tanah agak luas. Lebih luas dari umumnya kaplingan di perumahan itu. Di atas tanah itu banyak pepohonan. Termasuk pohon-pohon pisang.

Ada juga warung kecil entah milik siapa. Lalu ada tiga bangunan sederhana di tanah itu. Di salah satu bangunan itu ada tempat yang cukup untuk latihan tari.

Rumah ini kelihatannya berada di luar komplek perumahan Studio Alam Indah –tapi seperti menjadi bagian di pinggirnya.

Itulah rumah Maria Darmaningsih. Penderita Coronavirus pertama di Indonesia.

Bahwa di situ ada ruang tari pemilik rumah itu memang guru tari. Dia juga dosen di Institut Kesenian Jakarta yang terkemuka itu –di Taman Ismail Marzuki itu.

Sebagai seniwati tari dia sangat terkenal. Profilnya sampai dimuat di Wikipedia. Dia juga penerima penghargaan dari kementerian pariwisata.

Maria termasuk tiga besar penari besar Indonesia. Khususnya tari Jawa, Sunda, dan Bali. Koreografinya sangat banyak –termasuk dipentaskan di luar negeri. Maria sendiri pernah menerima program sekolah di Australia.

Ibunyi pernah berkorban untuk bakat putrinyi itu. Sang ibu menjual arloji khusus hadiah dari Mendikbud saat itu. Untuk dibelikan gamelan –demi anaknyi itu.

Maria juga pernah menulis buku tentang tari yang diterbitkan Gramedia.

Di rumahnyi itu Maria juga membuka latihan tari untuk siapa saja.

Itulah Maria Darmaningsih. Usianyi: 64 tahun.

Itulah penderita pertama Coronavirus di Indonesia –yang terdeteksi.

Maria sendirian di rumah itu –sejak bercerai dengan suami sekian tahun lalu. Anak wanitanyi sesekali datang ke rumah ibunyi itu. Umur sang anak memang sudah 31 tahun –tinggal di Jakarta Selatan.

Sang anak menjadi penderita kedua Coronavirus di Republik ini –yang terdeteksi.

Bisa jadi yang penderita pertama adalah sang anak. Ibunyi yang tertular. Tergantung siapa yang lebih dulu berteman dengan si Jepang. Juga siapa yang lebih intens berhubungan di arena dansa.

Di rumah itu sang ibu ditemani seorang tukang kebun berumur 40 tahun dan pembantu rumah tangga berumur 35 tahun. Dua-duanya ikut diperiksa: tidak tertular.

Maria, wanita asal Jogjakarta, kini dirawat di RS Penyakit Infeksi Sulianti Saroso, di Sunter, Jakarta Utara.

Mengapa orang Depok dirawat di RSPI SS yang jauh dari rumahnyi?

Itu karena jenis penyakitnyi yang khusus tadi. RSPI SS memang ditunjuk untuk menjadi pusat penanganan Coronavirus.

Tapi Maria pernah dirawat di RS Mitra Keluarga Jalan Margonda Depok. Yakni RS terdekat dari rumahnyi. Berarti RS ini termasuk yang menjadi perhatian pemerintah –untuk diobservasi.

Perawat RS Mitra Keluarga juga harus diobservasi. Yakni mereka yang diperkirakan pernah berhubungan dengan pasien Maria. Perawat itu sudah diisolasi di rumah mereka masing-masing. Jumlah mereka mencapai 76 orang.

Setelah terbukti ditemukan penderita Coronavirus kini tidak ada jalan lain: semua orang harus jujur. Tidak boleh ada yang menyembunyikan diri. Atau pura-pura sehat. Begitu badan merasakan tanda-tanda seperti flu harus ke dokter. Dan harus jujur pernah ke mana saja dan bertemu siapa saja.

Seperti Maria itu misalnya. Ternyata pernah bertemu temannyi yang dari Jepang. Sang teman pernah pula sama-sama bermalam Valentine di sebuah klub malam di Jakarta. Berdansa di sana.

Orang Jepang itulah yang ditemukan terkena Coronavirus. Yakni saat ia kembali ke Malaysia. Ia mengaku pernah ke Jakarta. Mengaku juga di Jakarta bertemu siapa saja.

Dari situ pemerintah Indonesia melakukan penelusuran. Ketemulah nama Maria yang lagi sakit. Ditelusuri lagi siapa saja yang pernah kontak dengannyi. Ketemu lagi anaknyi. Yang ternyata juga terkena virus yang sama.

Maka siapa pun yang merasa pernah berhubungan dengan dua wanita ini baiknya segera memeriksakan diri.

Kita tidak ingin menjadi Korea Selatan atau Iran atau Italia. Yang virus Coronanya terus berkembang –justru di saat di Tiongkok sendiri sudah reda.

Sudah lima hari berturut penderita baru di Korsel lebih banyak dari penderita baru di Wuhan.

Sehari kemarin penderita baru di Tiongkok –di luar Provinsi Hubei– hanya 8 orang. Bahkan di Wuhan sendiri tinggal ada 190 penderita baru. Sedang di Korsel, kemarin, terdapat 570 lebih penderita baru.

Indonesia sangat dikhawatirkan dunia: penduduknya padat, musim hujan, tingkat kebersihan tergolong rendah, sistem kesehatannya masih rentan.

Tapi kita sudah bisa belajar dari Tiongkok, Korsel, Iran, dan Italia.

Kita tidak mau seperti mereka.

Rumah Maria sendiri kini sepi. Tidak ada orang di dalamnya. Empat mobil terlihat di depannya.

Tapi rumah itu aman. Sejak kemarin sudah dipasangi pita kuning keliling. Orang tidak bisa lagi melewati pita kuning itu.

Choky sendiri terus di dekat rumah itu sampai tadi malam –bersama beberapa awak media. Ada juga beberapa petugas keamanan dari berbagai kesatuan.

Hari-hari setelah ini akan sangat mendebarkan: siapa lagi penderita baru yang ditemukan.

Yang sembronolah calon korban potensial berikutnya.(Dahlan Iskan)

Seperti juga Liverpool dan Barcelona, akhirnya pertahanan Indonesia jebol juga.

Setelah dua bulan bikin aneh warga jagat raya 1 Maret kemarin ditemukanlah penderita virus Corona pertama di dekat Jakarta. Sekaligus dua.

Saya pun segera minta tolong wartawan yang rumahnya di Depok. Yakni Mangasi (Choky) Tampubolon. Ia wartawan Indopos alumni IISIP (Institut Ilmu Sosial dan Ilmu Politik).

Choky pun segera ke rumah penderita itu. Kebetulan jaraknya kurang dari 3 Km dari rumahnya.

Ia harus melewati perumahan real estate kelas menengah. Jalannya selembar 6 meter. Kanan-kirinya rumah-rumah tipe 45.

Itulah perumahan Studio Alam Indah –yang kini sering disebut di media massa.

Di ujung jalan itu ada sebidang tanah agak luas. Lebih luas dari umumnya kaplingan di perumahan itu. Di atas tanah itu banyak pepohonan. Termasuk pohon-pohon pisang.

Ada juga warung kecil entah milik siapa. Lalu ada tiga bangunan sederhana di tanah itu. Di salah satu bangunan itu ada tempat yang cukup untuk latihan tari.

Rumah ini kelihatannya berada di luar komplek perumahan Studio Alam Indah –tapi seperti menjadi bagian di pinggirnya.

Itulah rumah Maria Darmaningsih. Penderita Coronavirus pertama di Indonesia.

Bahwa di situ ada ruang tari pemilik rumah itu memang guru tari. Dia juga dosen di Institut Kesenian Jakarta yang terkemuka itu –di Taman Ismail Marzuki itu.

Sebagai seniwati tari dia sangat terkenal. Profilnya sampai dimuat di Wikipedia. Dia juga penerima penghargaan dari kementerian pariwisata.

Maria termasuk tiga besar penari besar Indonesia. Khususnya tari Jawa, Sunda, dan Bali. Koreografinya sangat banyak –termasuk dipentaskan di luar negeri. Maria sendiri pernah menerima program sekolah di Australia.

Ibunyi pernah berkorban untuk bakat putrinyi itu. Sang ibu menjual arloji khusus hadiah dari Mendikbud saat itu. Untuk dibelikan gamelan –demi anaknyi itu.

Maria juga pernah menulis buku tentang tari yang diterbitkan Gramedia.

Di rumahnyi itu Maria juga membuka latihan tari untuk siapa saja.

Itulah Maria Darmaningsih. Usianyi: 64 tahun.

Itulah penderita pertama Coronavirus di Indonesia –yang terdeteksi.

Maria sendirian di rumah itu –sejak bercerai dengan suami sekian tahun lalu. Anak wanitanyi sesekali datang ke rumah ibunyi itu. Umur sang anak memang sudah 31 tahun –tinggal di Jakarta Selatan.

Sang anak menjadi penderita kedua Coronavirus di Republik ini –yang terdeteksi.

Bisa jadi yang penderita pertama adalah sang anak. Ibunyi yang tertular. Tergantung siapa yang lebih dulu berteman dengan si Jepang. Juga siapa yang lebih intens berhubungan di arena dansa.

Di rumah itu sang ibu ditemani seorang tukang kebun berumur 40 tahun dan pembantu rumah tangga berumur 35 tahun. Dua-duanya ikut diperiksa: tidak tertular.

Maria, wanita asal Jogjakarta, kini dirawat di RS Penyakit Infeksi Sulianti Saroso, di Sunter, Jakarta Utara.

Mengapa orang Depok dirawat di RSPI SS yang jauh dari rumahnyi?

Itu karena jenis penyakitnyi yang khusus tadi. RSPI SS memang ditunjuk untuk menjadi pusat penanganan Coronavirus.

Tapi Maria pernah dirawat di RS Mitra Keluarga Jalan Margonda Depok. Yakni RS terdekat dari rumahnyi. Berarti RS ini termasuk yang menjadi perhatian pemerintah –untuk diobservasi.

Perawat RS Mitra Keluarga juga harus diobservasi. Yakni mereka yang diperkirakan pernah berhubungan dengan pasien Maria. Perawat itu sudah diisolasi di rumah mereka masing-masing. Jumlah mereka mencapai 76 orang.

Setelah terbukti ditemukan penderita Coronavirus kini tidak ada jalan lain: semua orang harus jujur. Tidak boleh ada yang menyembunyikan diri. Atau pura-pura sehat. Begitu badan merasakan tanda-tanda seperti flu harus ke dokter. Dan harus jujur pernah ke mana saja dan bertemu siapa saja.

Seperti Maria itu misalnya. Ternyata pernah bertemu temannyi yang dari Jepang. Sang teman pernah pula sama-sama bermalam Valentine di sebuah klub malam di Jakarta. Berdansa di sana.

Orang Jepang itulah yang ditemukan terkena Coronavirus. Yakni saat ia kembali ke Malaysia. Ia mengaku pernah ke Jakarta. Mengaku juga di Jakarta bertemu siapa saja.

Dari situ pemerintah Indonesia melakukan penelusuran. Ketemulah nama Maria yang lagi sakit. Ditelusuri lagi siapa saja yang pernah kontak dengannyi. Ketemu lagi anaknyi. Yang ternyata juga terkena virus yang sama.

Maka siapa pun yang merasa pernah berhubungan dengan dua wanita ini baiknya segera memeriksakan diri.

Kita tidak ingin menjadi Korea Selatan atau Iran atau Italia. Yang virus Coronanya terus berkembang –justru di saat di Tiongkok sendiri sudah reda.

Sudah lima hari berturut penderita baru di Korsel lebih banyak dari penderita baru di Wuhan.

Sehari kemarin penderita baru di Tiongkok –di luar Provinsi Hubei– hanya 8 orang. Bahkan di Wuhan sendiri tinggal ada 190 penderita baru. Sedang di Korsel, kemarin, terdapat 570 lebih penderita baru.

Indonesia sangat dikhawatirkan dunia: penduduknya padat, musim hujan, tingkat kebersihan tergolong rendah, sistem kesehatannya masih rentan.

Tapi kita sudah bisa belajar dari Tiongkok, Korsel, Iran, dan Italia.

Kita tidak mau seperti mereka.

Rumah Maria sendiri kini sepi. Tidak ada orang di dalamnya. Empat mobil terlihat di depannya.

Tapi rumah itu aman. Sejak kemarin sudah dipasangi pita kuning keliling. Orang tidak bisa lagi melewati pita kuning itu.

Choky sendiri terus di dekat rumah itu sampai tadi malam –bersama beberapa awak media. Ada juga beberapa petugas keamanan dari berbagai kesatuan.

Hari-hari setelah ini akan sangat mendebarkan: siapa lagi penderita baru yang ditemukan.

Yang sembronolah calon korban potensial berikutnya.(Dahlan Iskan)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/