Musisi selalu punya cara sendiri dalam meredakan situasi. Di tengah pandemi covid-19, semangat berkarya tetap menyalak.
Mereka tetap menjalankan tugasnya untuk memberi hiburan kepada masyarakat untuk tegar dalam menghadapi wabah ini.
ZULFIKA RAHMAN, Denpasar
Tak perlu diragukan lagi soa produktivitasnya dalam berkarya. Musisi satu ini terus merilis karyanya meski di tengah kondisi sulit.
Salah satu karya terbaru yang dikeluarkan penyanyi dan pencipta lagu Bali, Dgo Vaspa sebagai media hiburan berjudul Virus Bengkung (Covid-19).
Lagu ini dikemas berbeda, jauh dari pembawaan Dgo Vaspa yang kerap berada di jalur pop balads. Lagu ini dikemas dengan aransemen yang lebih ceria, dengan hingar bingar alunan gitar bernada country.
Kemasan lirik bahasa Bali yang ringan, mudah dicerna tergambar dalam lagu ini. Kepada Jawa Pos Radar Bali, Dgo berbagi cerita soal lahirnya karya tersebut.
Sekitar dua minggu lalu, usai menciptakan lagu berjudul Gering Gumi yang ditujukan untuk penyanyi perempuan Galuh Bilen, ia mendapat masukan saran dari salah seorang temannya.
Mengingat lagu yang Gering Gumi dianggap terlalu mendayu dan sedih. “Disaranin membuat lagu dengan aransemen ceria di tengah kondisi saat ini.
Artinya dari muatan lagu dan musik lebih memberikan dorongan semangat dalam menghadapi situasi covid-19 ini agar tidak patah semangat,” kata Dgo.
Masukan dari kawannya itu pun cukup membekas. Tak perlu waktu lama, malam harinya ia pun langsung menggarap lirik yang ingin dibuat.
Berbekal gitar bolong, ia mulai mengulik. Saat itu tema sudah tergambar di benak Dgo, garis besarnya virus yang paling parah adalah virus bengkung (bandel).
Hanya setengah jam, lagu tersebut jadi. Muatan lagunya pun paling cocok dikemas dengan gaya yang hebring.
“Ternyata saat take vokal country lebih masuk. Memang selama ini saya tidak pernah mematok satu genre, saya ingin membiarkan masing-masing karya
saya itu menemukan ruhnya entah di pop, balad, rock atau apapun itu. Artinya saya tidak ingin merusak lagu karena memaksakan ego,” tuturnya.
Dalam waktu satu hari, dari mulai rekaman hingga proses mixing rampung dilakukan. Sementara satu harinya dimanfaatkan menggarap klip sederhana yang mengambil tempat di sebuah kamar kos salah satu kawan Dgo.
Semua proses mulai dari rekaman juga ia kerjakan di rumah. “Waktu saya take vocal, saya bernyanyi begitu gila dan liar. Karena menjiwai.
Seperti jadi arena luapan apa yang saya dan masyarakat rasakan di situasi saat ini akibat virus corona. Bagaimana curahan orang susah dan berat ketika berada dalam posisi sekarang. Saya sangat memahami itu,” terang Dgo.
Gambaran bahasa dalam lirik pun cukup mewakili apa yang ia dan masyarakat rasakan. Bahasa Bali yang digunakan Dgo merupakah bahasa Bali kasar yang kerap digunakan dalam pergaulan.
Sehingga sangat gampang dicerna. Ia ingin membawa pendengar terhibur dengan apa yang ia persembahkan.
Karena selama ini diakuinya, ia belum pernah mengeluarkan karya lagu berbahasa Bali kasar. Selalu halus.
“Kalau saya menyanyi dengan gaya kemayu, bahasa halus, pesan yang ingin disampaikan tidak kena. Jadi saya ingin slengean saja,” kelakarnya.
Dalam lagu ini, ia menyelipkan pesan agar menjadi warga negara yang baik, mengikuti aturan pemerintah untuk berada di rumah, tidak keluar ketika tidak ada keperluan mendesak.
Karena menurutnya, virus ini bisa dibilang gampang-gampang susah. “Tergantung kita, bengkung kan membahayakan,
kalau ikuti aturan akan terhindar. Jadi ayo jangan bandel. Tetap semangat, jaga kesehatan, selalu menerapkan pola hidup sehat,” ucapnya.
Dgo Vaspa menaruh harapan besar agar situasi buruk ini bisa cepat berlalu. Sebagai seniman ia ingin menghibur masyarakat Bali
termasuk memberikan hiburan kepada dirinya dan keluarga serta memberikan edukasi bahwa menghadapi situasi saat ini dengan rasa bahagia.
“Agar tidak stress, kalau stress imun jadi lemah. Makanya tetap bahagia dengan bernyanyi dan beraktivitas positif di rumah. Orang yang bisa bernyanyi adalah orang yang sedang happy,” pungkasnya. (*)