31.2 C
Jakarta
27 April 2024, 10:23 AM WIB

MENARIK! Puspayoga di Reshuffle, Peluang Koster Bisa Habis

RadarBali.com – Nama AA Ngurah Puspayoga santer disebut sebagai salah satu menteri yang akan terkena reshufle.

Selama ini beberapa kali bola reshufle kabinet bergulir, Puspayoga masih selamat. Nah, informasi yang beredar di internal PDIP menyebutkan, Puspayoga masuk daftar reshufle karena disiapkan maju dalam pertarungan Pilgub Bali tahun depan.

Jika informasi tersebut benar dan terbukti, maka politisi yang populer dipanggil Ajung itu bisa menjadi kuda hitam pada Pilgub Bali mendatang.

Lebih menarik lagi, Puspayoga akan menjadi batu sandungan Wayan Koster, yang selama ini sangat berambisi maju sebagai calon gubernur.

Sejumlah pihak menyebut peluang antara Koster dan Puspayoga sama-sama besar. Dua kader senior PDIP itu akan bertarung sengit merebut rekomendasi dari Ketua Uum PDIP, Megawati Soekarnoputri.  

Pengamat politik Luh Riniti Rahayu mengungkapkan, apapun bisa terjadi untuk mendapat rekomendasi dari Megawati.

“Bila Puspayoga terkena reshufle kemungkinan bisa ikut bertarung dalam Pilgub bali, karena masih ada waktu mempersiapkan diri. Peluang Koster dan Puspayoga sama-sama terbuka karena sama-sama memiliki kekuatan besar,” jelas Riniti kemarin (13/8).

Menurut Riniti, Koster diunggulkan pada jabatan sebagai Ketua DPD PDIP Bali. Posisi tersebut bisa menggerakkan mesin partai hingga tingkat bawah.

Melalui jabatan struktural partai, Koster bisa menghimpun kekuatan dan memerintahkan kader untuk bersatu.

Selain itu, Koster juga memiliki pengalaman sebagai anggota DPR RI, sehingga hubungan dengan konstituennya terjaga dengan baik.

“Apalagi Koster juga sudah lama deklarasi dan bergerak di bawah. Koster juga sudah mendaftar dan ikut seleksi partai. Artinya mekanisme partai sudah dijalankan. Ini juga menjadi nilai plus,” imbuh ketua LSM Bali Sruti itu.

Bagaimana dengan Puspayoga? Riniti menilai Puspayoga juga taka kalah kuat. Kekuatan Puspayoga terletak pada jabatan saat ini sebagai Menteri Koperasi dan UMKM.

Di Bali sudah Puspayoga dikenal melalui program-program koperasi. Menariknya adalah rekomendasi bisa jatuh pada Puspayoga meski tidak mendaftar dan ikut seleksi partai.

“Puspayoga bisa mendapat rekomendasi jika berkaca pada kasus Ahok pada Pilgub Jakarta. Ahok tidak mendaftar dan ikut seleksi PDIP. Tapi, Ahok mendapat rekomendasi. Jadi, peluang Puspayoga mendapat rekomendasi juga besar,” tuturnya.

Keuntungan lain Puspayoga yakni sudah pernah menjadi wagub berpasangan dengan Made Mangku Pastika.

Puspayoga juga pernah menjadi cagub kalah saat berpaket dengan Dewa Sukrawan. Walau kalah, pengalaman itu memberi pelajaran berharga yang bisa diperbaiki Puspayoga dan PDIP.

Ditanya politik wangsa yang masih kental di Bali, Riniti menyebut politik wangsa memang masih berpengaruh.

Terutama konsistensi Puri Satria, rumah Puspayoga, dalam perjuangan membesarkan PDIP di Bali. Sebagian kader PDIP masih menganggap Puri Satria sebagai sosok sentral yang harus dihormati.

“Tapi, belakangan politik wangsa ini sudah mulai mencair. Sumber kekuatan politik sudah beragam,” pungkas dosen FISIP Universitas Ngurah Rai itu.

RadarBali.com – Nama AA Ngurah Puspayoga santer disebut sebagai salah satu menteri yang akan terkena reshufle.

Selama ini beberapa kali bola reshufle kabinet bergulir, Puspayoga masih selamat. Nah, informasi yang beredar di internal PDIP menyebutkan, Puspayoga masuk daftar reshufle karena disiapkan maju dalam pertarungan Pilgub Bali tahun depan.

Jika informasi tersebut benar dan terbukti, maka politisi yang populer dipanggil Ajung itu bisa menjadi kuda hitam pada Pilgub Bali mendatang.

Lebih menarik lagi, Puspayoga akan menjadi batu sandungan Wayan Koster, yang selama ini sangat berambisi maju sebagai calon gubernur.

Sejumlah pihak menyebut peluang antara Koster dan Puspayoga sama-sama besar. Dua kader senior PDIP itu akan bertarung sengit merebut rekomendasi dari Ketua Uum PDIP, Megawati Soekarnoputri.  

Pengamat politik Luh Riniti Rahayu mengungkapkan, apapun bisa terjadi untuk mendapat rekomendasi dari Megawati.

“Bila Puspayoga terkena reshufle kemungkinan bisa ikut bertarung dalam Pilgub bali, karena masih ada waktu mempersiapkan diri. Peluang Koster dan Puspayoga sama-sama terbuka karena sama-sama memiliki kekuatan besar,” jelas Riniti kemarin (13/8).

Menurut Riniti, Koster diunggulkan pada jabatan sebagai Ketua DPD PDIP Bali. Posisi tersebut bisa menggerakkan mesin partai hingga tingkat bawah.

Melalui jabatan struktural partai, Koster bisa menghimpun kekuatan dan memerintahkan kader untuk bersatu.

Selain itu, Koster juga memiliki pengalaman sebagai anggota DPR RI, sehingga hubungan dengan konstituennya terjaga dengan baik.

“Apalagi Koster juga sudah lama deklarasi dan bergerak di bawah. Koster juga sudah mendaftar dan ikut seleksi partai. Artinya mekanisme partai sudah dijalankan. Ini juga menjadi nilai plus,” imbuh ketua LSM Bali Sruti itu.

Bagaimana dengan Puspayoga? Riniti menilai Puspayoga juga taka kalah kuat. Kekuatan Puspayoga terletak pada jabatan saat ini sebagai Menteri Koperasi dan UMKM.

Di Bali sudah Puspayoga dikenal melalui program-program koperasi. Menariknya adalah rekomendasi bisa jatuh pada Puspayoga meski tidak mendaftar dan ikut seleksi partai.

“Puspayoga bisa mendapat rekomendasi jika berkaca pada kasus Ahok pada Pilgub Jakarta. Ahok tidak mendaftar dan ikut seleksi PDIP. Tapi, Ahok mendapat rekomendasi. Jadi, peluang Puspayoga mendapat rekomendasi juga besar,” tuturnya.

Keuntungan lain Puspayoga yakni sudah pernah menjadi wagub berpasangan dengan Made Mangku Pastika.

Puspayoga juga pernah menjadi cagub kalah saat berpaket dengan Dewa Sukrawan. Walau kalah, pengalaman itu memberi pelajaran berharga yang bisa diperbaiki Puspayoga dan PDIP.

Ditanya politik wangsa yang masih kental di Bali, Riniti menyebut politik wangsa memang masih berpengaruh.

Terutama konsistensi Puri Satria, rumah Puspayoga, dalam perjuangan membesarkan PDIP di Bali. Sebagian kader PDIP masih menganggap Puri Satria sebagai sosok sentral yang harus dihormati.

“Tapi, belakangan politik wangsa ini sudah mulai mencair. Sumber kekuatan politik sudah beragam,” pungkas dosen FISIP Universitas Ngurah Rai itu.

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/