DENPASAR – Langkah politisi senior yang juga Ketua Dewan Pertimbangan DPD PDI Perjuangan Bali, Anak Agung Ngurah Oka Rahmadi alias Cok Rat kembali mencuri perhatian.
Selama kurang lebih 3 jam, dari pukul 11.30 hingga 14.30 penglingsir Puri Satria Denpasar yang memastikan diri kembali membidik kursi DPD RI berkunjung ke rumah advokat senior Bali, Nyoman “Ponglik” Sudiantara, Sabtu (14/4) kemarin.
Dalam unggahan di media sosial facebook pria yang akrab disapa Pak Man Ponglik itu mengklaim pertemuan tersebut
mengupas budaya Bali dalam rangka perspektif nasional dan internasional sambil relaks minum bir di siang hari yang menyengat.
Kunjungan tersebut memantik beragam spekulasi mengingat Cok Rat telah tegas menjatuhkan pilihan politiknya pada hajatan Pilgub Bali 2018.
Namun. yang tak kalah menarik adalah isu bahwa Pak Man Ponglik akan ikut bertarung memperebutkan kursi DPD RI.
Ditemui langsung di kediamannya, Sabtu (14/4) malam, Nyoman “Ponglik” Sudiantara meluruskan isu tersebut.
Dirinya menyebut kunjungan tersebut hanya pertemuan biasa antara dua orang tua yang sudah enam bulan tak berjumpa.
Sesepuh PDI Perjuangan yang mengantongi kartu tanda anggota tahun 2005 tersebut mengatakan pembicaraan keduanya kangin kauh alias ke timur dan ke barat.
“Ngorte kangin kauh tentang kira-kira seperti apa perkembangan Bali terkini. Ada pesan bijak dari Beliau. Jangan hanya karena hal begini (politik, red) merusak kekerabatan.
Nak menyama (bersaudara). Nak mapura jadi besik (satu pura). Nak medadia (satu sanggah keluarga besar). Rusak hanya karena politik,” ucapnya.
Dirinya menilai proses politik yang panjang telah meneguhkan posisi Cok Rat sebagai tokoh yang bisa “menggenggam” taksu Bali. “Cok Rat betul-betul konsisten dengan sikapnya,” tandas pria berkacamata tersebut.
Lebih jauh, Ponglik menyebut Cok Rat berbicara seputar budaya dan pluralisme Bali terkini. Dirinya membantah pembicaraan intens yang terjalin lantaran berhubungan dengan keinginan maju sebagai senator mengikuti langkah Cok Rat.
“Tidak ada. Belum. Lebih banyak diskusi budaya. Beliau (Cok Rat) lebih berbicara Bali dalam skala nasional dan internasional. Bali adalah milik Indonesia yang juga milik dunia,” tandas pria asli Banjar Tampak Gangsul, Denpasar itu.
Indikator hal itu, jelasnya adalah semakin banyaknya warga dunia yang membuat wasiat dikremasi atau dikuburkan di tanah Bali bila meninggal dunia.
“Saya sebagai junior Cok Rat, orang yang juga pernah mendampingi Beliau dalam kepengurusan (PDIP, red) merasa terkesan dan berbangga.
Meski Beliau lebih banyak diam, ternyata setelah kita menggali seorang Cok Rat Beliau adalah figur yang semakin mampu menelaah sesuatu dengan utuh dan baik,” tegasnya.
Dikatakan pula bahwa stamina politik Cok Rat tidak terpengaruh oleh usianya yang sepuh. Apakah dengan demikian pilihan Cok Rat dalam Pilgub Bali merupakan sesuatu yang tepat?
Ponglik enggan berkomentar dan memberikan kesempatan masyarakat untuk menilai hal tersebut.
Nyoman “Ponglik” Sudiantara menekankan ada pembicaraan yang menyiratkan bahwa sejatinya Cok Rat telah ingin pensiun dari panggung politik.
Namun lantaran belum ada figur yang dinilai bisa fasih menggenggam taksu Bali di tingkat nasional, maka Cok Rat kembali mantap melanjutkan estafet politiknya.
“Beliau menginginkan pensiun. Saya pun sempat menanyakan begitu. Nyen kel bani seken ngencanin irage di Bali (siapa yang berani sungguh-sungguh memperjuangkan Bali),” jawab Ponglik meniru penyampaian Cok Rat.
Cok Rat, diakui Ponglik menyinggung langkah politik yang dirinya pada 2019 mendatang. “Saya sejauh ini masih melihat dulu konstelasi yang terbangun seperti apa,” ungkapnya.
Kepada Jawa Pos Radar Bali, Ponglik juga membantah akan maju merebut kursi DPR RI dengan berlabuh ke salah satu partai politik atau memanfaatkan posisinya sebagai kader PDI Perjuangan.