28.4 C
Jakarta
30 April 2024, 6:22 AM WIB

Generasi Ketiga Lebih Ramah Lingkungan, Crew Ajak Sadar Lingkungan

Isu lingkungan menjadi isu seksi saat ini. Apalagi pemanasan global (global warming) menjadi ancaman nyata.

Berangkat dari fakta tersebut, Rainbow Warrior, kapal legendaris milik Greenpeace berlayar keliling dunia mengampanyekan penyelamatan lingkungan global.

 

I WAYAN WIDYANTARA, Denpasar

KSATRIA pelangi itu tiba kembali tiba di pulau Dewata, Bali, Jumat siang (13/4) lalu. Rainbow Warrior, begitu ia di kenal tentu bukan pertama kalinya datang ke Bali, atau bahkan di Indonesia.

Beberapa kali kapal ini pernah bersandar ke Pelabuhan Benoa. Catatan Jawa Pos Radar Bali, Rainbow Warrior singgah terakhir kala ajang UNFCCC di Bali tahun 2007 silam.

Menurut rencana, kapal legendaris milik Greenpeace tersebut pun rencananya akan bersandar di Bali hingga Senin (16/4) besok.

Masyarakat umum pun diberi kesempatan untuk berkeliling kapal. Begitu juga dengan Jawa Pos Radar Bali untuk melihat kondisi kapal yang diklaim sebagai kapal ramah lingkungan tersebut.

Kemarin (14/4), Jawa Pos Radar Bali dipertemukan dengan salah satu crew kapal Rainbow Warrior, Agus Sewesnawa, 37.

Kami berdua lalu duduk di bagian depan kapal generasi ketiga ini, tepatnya di depan ruangan pengemudi kapal yang didominasi cat berwarna hijau tersebut.

Sebelum ngobrol tentang aktifitas dan suka duka para crew kapal, Jawa Pos Radar Bali akan mengulas tentang armada kapal Greenpeace

yang kerap berlayar ke kawasan terpencil untuk menjadi saksi langsung dan beraksi menghadapi perusakan lingkungan ini.

Rainbow Warrior pertama mengawali masa hidupya sebagai ‘Sir William Hardy’ – kapal riset perikanan yang digunakan oleh Kementerian Pertanian, Perikanan dan Pangan Inggris.

Dibangun pada 1955, merupakan kapal bermesin diesel listrik pertama yang dibuat di Inggris. Kapal ini dinamai ‘Rainbow Warrior’ berdasar ramalan suku Indian Cree

dari Amerika Utara: “Saat bumi sakit dan sekarat, akan ada orang-orang dari berbagai penjuru dunia bangkit seperti Ksatria Pelangi (Warriors of the Rainbow)

Kala itu, tepatnya tanggal 29 April 1978, Rainbow Warrior memulai perjalanan pertamanya. Saat Rainbow Warrior menyalakan mesin dengan bangga dari dermaga London,

bendera Greenpeace dan PBB berkibar bersama-sama. Hal ini melambangkan bahwa awak kapal datang dari berbagai negara.

Setidaknya ada 24 awak kapal yang berasal dari 10 negara. Misi pertamanya adalah berlayar ke Iceland, untuk menghadapi program perburuan paus komersial di sana.

Petaka pun menyelimuti kapal ini pada 10 Juli 1985. Kapal Rainbow Warrior milik Greenpeace berlabuh di Auckland, Selandia Baru, siap menghadapi rencana ujicoba nuklir Prancis di Atoll Moruroa.

Tetapi agen rahasia Prancis menanam dua bom yang akhirnya meledak dan menenggelamkan Rainbow Warrior. Satu awak kapal meninggal dunia.

Dalam upaya ‘menetralkan’ kapal dari rencana melakukan aksi protes, agen rahasia Prancis menggunakan peralatan

selam berhasil menanam dua paket bahan peledak yang dibungkus plastik, satu di baling-baling kapal dan satu lagi di dinding luar ruang mesin.

 

Semula, pemerintah Prancis membantah bahwa mereka mengetahui operasi ini, tetapi kemudian menjadi sangat jelas keterlibatan mereka.

Hingga akhirnya Perdana Menteri Laurent Fabius muncul di televisi dan memberi pengumuman yang sangat mengejutkan publik: Agen dari DGSE (dinas rahasia Prancis) yang menenggelamkan kapal ini.

Mereka melakukan ini atas dasar perintah. Lalu apa perjuangan ini berhenti? Tidak. Setelah pemboman, kapal diberi tempat peristirahatan terakhirnya di Teluk Matauri, Kepulauan Cavalli,

Selandia Baru, dimana kemudian menjadi terumbu karang hidup, mengundang kehidupan bawah laut dan wisatawan penyelam.

Di tahun 1989, kapal yang baru yaitu Rainbow Warrior II segera kembali ke perlawanan, sukses mengakhiri program ujicoba nuklir Prancis.

Setelah tak kenal lelah 22 tahun berkampanye di garis depan, kapal ini mengakhiri pengabdiannya kepada Greenpeace pada 16 Agustus 2011.

Benar-benar merupakan warisan yang membanggakan dan Rainbow Warrior ketiga, diluncurkan pada 14 Oktober 2011,

mempunyai perlengkapan yang lebih baik dibanding kapal-kapal Greenpeace sebelumnya dan kini dapat kita saksikan di pelabuhan Benoa.

Bagaimana tidak, kapal ini dirancang dengan sebagai kapal pertama yang dibuat dan didesain khusus bagi Greenpeace. Kapal ini juga merupakan salah satu kapal paling ramah lingkungan yang pernah ada.

Kapal secara primer berlayar menggunakan tenaga angin. Sistem tiang kapal A-Frame setinggi 55 meter bisa membawa jauh lebih banyak layar dibanding tiang kapal konvensional dengan ukuran yang sama.

Ini adalah kali pertama desain semacam itu dipasang pada kapal sebesar Rainbow Warrior. Warrior memang punya juga

mesin listrik untuk membantu jika cuaca tidak mendukung, tetapi mesin ini juga dibangun dengan konsep ramah lingkungan.

Di dalam kapal bisa menyimpan hingga 59 meter kubik air hitam dan kotor, sehingga bisa memastikan tidak ada limbah yang dibuang di laut.

Dilengkapi juga sistem penyaringan biologis khusus untuk membersihkan dan mendaur ulang air kotor.

Selain itu, beberapa skema ramah lingkungan Rainbow Warrior yang lain antaranya bentuk badan kapal yang dirancang khusus untuk efisiensi energi yang superior.

Tiang kapal A-Frame dan layar yang dioptimalisasi untuk pelayaran efektif. Sistem kemudi listrik (10 knot hanya membutuhkan 300kW). Penilaian lingkungan luas yang diaplikasikan pada kapal

Selain itu, standar lingkungan tertinggi bagi seluruh mesin (IMO Tier – II). Catatan kelas kapal hijau dengan pasport hijau.

Catatan kelas perlindungan lingkungan sukarela. Skema penanganan gas buang, meminimalisasi emisi Nitrous Oxide (NOx) Particulate Matters (PM).

Skema penanganan sampah dan air kotor biologis. Sistem pengisian dan ventilasi terpusat bagi bahan bakar dan oli untuk mencegah tumpahan dan Sistem pengecatan ramah lingkungan

Rainbow Warrior punya catatan sejarah panjang dan berwarna dalam mengkampanyekan perubahan positif bagi bumi.

Geladaknya telah dikunjungi oleh selebritas, para pemimpin agama, bangsawan hingga band rock. Ia telah menantang sistem mapan dan menang,

menghadapi para penjahat lingkungan, merelokasi penduduk di Pulau pasifik Selatan yang terkontaminasi radiasi, membantu operasi penyelamatan korban Tsunami 2004

di Asia Tenggara termasuk Aceh, melawan perburuan paus ilegal, perang, perubahan iklim dan kejahatan lingkungan lain di seluruh lautan di dunia ini. (bersambung)

 

 

Isu lingkungan menjadi isu seksi saat ini. Apalagi pemanasan global (global warming) menjadi ancaman nyata.

Berangkat dari fakta tersebut, Rainbow Warrior, kapal legendaris milik Greenpeace berlayar keliling dunia mengampanyekan penyelamatan lingkungan global.

 

I WAYAN WIDYANTARA, Denpasar

KSATRIA pelangi itu tiba kembali tiba di pulau Dewata, Bali, Jumat siang (13/4) lalu. Rainbow Warrior, begitu ia di kenal tentu bukan pertama kalinya datang ke Bali, atau bahkan di Indonesia.

Beberapa kali kapal ini pernah bersandar ke Pelabuhan Benoa. Catatan Jawa Pos Radar Bali, Rainbow Warrior singgah terakhir kala ajang UNFCCC di Bali tahun 2007 silam.

Menurut rencana, kapal legendaris milik Greenpeace tersebut pun rencananya akan bersandar di Bali hingga Senin (16/4) besok.

Masyarakat umum pun diberi kesempatan untuk berkeliling kapal. Begitu juga dengan Jawa Pos Radar Bali untuk melihat kondisi kapal yang diklaim sebagai kapal ramah lingkungan tersebut.

Kemarin (14/4), Jawa Pos Radar Bali dipertemukan dengan salah satu crew kapal Rainbow Warrior, Agus Sewesnawa, 37.

Kami berdua lalu duduk di bagian depan kapal generasi ketiga ini, tepatnya di depan ruangan pengemudi kapal yang didominasi cat berwarna hijau tersebut.

Sebelum ngobrol tentang aktifitas dan suka duka para crew kapal, Jawa Pos Radar Bali akan mengulas tentang armada kapal Greenpeace

yang kerap berlayar ke kawasan terpencil untuk menjadi saksi langsung dan beraksi menghadapi perusakan lingkungan ini.

Rainbow Warrior pertama mengawali masa hidupya sebagai ‘Sir William Hardy’ – kapal riset perikanan yang digunakan oleh Kementerian Pertanian, Perikanan dan Pangan Inggris.

Dibangun pada 1955, merupakan kapal bermesin diesel listrik pertama yang dibuat di Inggris. Kapal ini dinamai ‘Rainbow Warrior’ berdasar ramalan suku Indian Cree

dari Amerika Utara: “Saat bumi sakit dan sekarat, akan ada orang-orang dari berbagai penjuru dunia bangkit seperti Ksatria Pelangi (Warriors of the Rainbow)

Kala itu, tepatnya tanggal 29 April 1978, Rainbow Warrior memulai perjalanan pertamanya. Saat Rainbow Warrior menyalakan mesin dengan bangga dari dermaga London,

bendera Greenpeace dan PBB berkibar bersama-sama. Hal ini melambangkan bahwa awak kapal datang dari berbagai negara.

Setidaknya ada 24 awak kapal yang berasal dari 10 negara. Misi pertamanya adalah berlayar ke Iceland, untuk menghadapi program perburuan paus komersial di sana.

Petaka pun menyelimuti kapal ini pada 10 Juli 1985. Kapal Rainbow Warrior milik Greenpeace berlabuh di Auckland, Selandia Baru, siap menghadapi rencana ujicoba nuklir Prancis di Atoll Moruroa.

Tetapi agen rahasia Prancis menanam dua bom yang akhirnya meledak dan menenggelamkan Rainbow Warrior. Satu awak kapal meninggal dunia.

Dalam upaya ‘menetralkan’ kapal dari rencana melakukan aksi protes, agen rahasia Prancis menggunakan peralatan

selam berhasil menanam dua paket bahan peledak yang dibungkus plastik, satu di baling-baling kapal dan satu lagi di dinding luar ruang mesin.

 

Semula, pemerintah Prancis membantah bahwa mereka mengetahui operasi ini, tetapi kemudian menjadi sangat jelas keterlibatan mereka.

Hingga akhirnya Perdana Menteri Laurent Fabius muncul di televisi dan memberi pengumuman yang sangat mengejutkan publik: Agen dari DGSE (dinas rahasia Prancis) yang menenggelamkan kapal ini.

Mereka melakukan ini atas dasar perintah. Lalu apa perjuangan ini berhenti? Tidak. Setelah pemboman, kapal diberi tempat peristirahatan terakhirnya di Teluk Matauri, Kepulauan Cavalli,

Selandia Baru, dimana kemudian menjadi terumbu karang hidup, mengundang kehidupan bawah laut dan wisatawan penyelam.

Di tahun 1989, kapal yang baru yaitu Rainbow Warrior II segera kembali ke perlawanan, sukses mengakhiri program ujicoba nuklir Prancis.

Setelah tak kenal lelah 22 tahun berkampanye di garis depan, kapal ini mengakhiri pengabdiannya kepada Greenpeace pada 16 Agustus 2011.

Benar-benar merupakan warisan yang membanggakan dan Rainbow Warrior ketiga, diluncurkan pada 14 Oktober 2011,

mempunyai perlengkapan yang lebih baik dibanding kapal-kapal Greenpeace sebelumnya dan kini dapat kita saksikan di pelabuhan Benoa.

Bagaimana tidak, kapal ini dirancang dengan sebagai kapal pertama yang dibuat dan didesain khusus bagi Greenpeace. Kapal ini juga merupakan salah satu kapal paling ramah lingkungan yang pernah ada.

Kapal secara primer berlayar menggunakan tenaga angin. Sistem tiang kapal A-Frame setinggi 55 meter bisa membawa jauh lebih banyak layar dibanding tiang kapal konvensional dengan ukuran yang sama.

Ini adalah kali pertama desain semacam itu dipasang pada kapal sebesar Rainbow Warrior. Warrior memang punya juga

mesin listrik untuk membantu jika cuaca tidak mendukung, tetapi mesin ini juga dibangun dengan konsep ramah lingkungan.

Di dalam kapal bisa menyimpan hingga 59 meter kubik air hitam dan kotor, sehingga bisa memastikan tidak ada limbah yang dibuang di laut.

Dilengkapi juga sistem penyaringan biologis khusus untuk membersihkan dan mendaur ulang air kotor.

Selain itu, beberapa skema ramah lingkungan Rainbow Warrior yang lain antaranya bentuk badan kapal yang dirancang khusus untuk efisiensi energi yang superior.

Tiang kapal A-Frame dan layar yang dioptimalisasi untuk pelayaran efektif. Sistem kemudi listrik (10 knot hanya membutuhkan 300kW). Penilaian lingkungan luas yang diaplikasikan pada kapal

Selain itu, standar lingkungan tertinggi bagi seluruh mesin (IMO Tier – II). Catatan kelas kapal hijau dengan pasport hijau.

Catatan kelas perlindungan lingkungan sukarela. Skema penanganan gas buang, meminimalisasi emisi Nitrous Oxide (NOx) Particulate Matters (PM).

Skema penanganan sampah dan air kotor biologis. Sistem pengisian dan ventilasi terpusat bagi bahan bakar dan oli untuk mencegah tumpahan dan Sistem pengecatan ramah lingkungan

Rainbow Warrior punya catatan sejarah panjang dan berwarna dalam mengkampanyekan perubahan positif bagi bumi.

Geladaknya telah dikunjungi oleh selebritas, para pemimpin agama, bangsawan hingga band rock. Ia telah menantang sistem mapan dan menang,

menghadapi para penjahat lingkungan, merelokasi penduduk di Pulau pasifik Selatan yang terkontaminasi radiasi, membantu operasi penyelamatan korban Tsunami 2004

di Asia Tenggara termasuk Aceh, melawan perburuan paus ilegal, perang, perubahan iklim dan kejahatan lingkungan lain di seluruh lautan di dunia ini. (bersambung)

 

 

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/