33.3 C
Jakarta
25 November 2024, 12:57 PM WIB

Tak Kena Imbas Covid, Dipesan Jenderal Kopassus, Kapolda Hingga Kajari

Saat pandemi Covid-19, sektor pariwisata tumbang. Bahkan, usaha yang bersentuhan dengan pariwisata ikut gigit jari. Ekspor bahan kerajinan juga tersendat.

Namun, berbeda dengan nasib perajin tongkat komando, I Nyoman Edi Swatama. Perajin asal Desa/Kecamatan Tampaksiring itu justru kebanjiran order.

 

 

INDRA PRASETIA, Gianyar

KOLEKSI tongkat komando berjejer di lapak milik I Nyoman Edi Swatama. Tongkat beragam ukiran itu mayoritas pesanan.

Ada pula yang sengaja dipamerkan. Edi Swatama mengisahkan, sebetulnya dia hampir saja ikut gulung tikar.

Lantaran usaha yang digeluti sejak 2 tahun itu minim order. Pandemi Covid-19 membuat ekspor carving tersendat.

Beruntung, sebelum ada Covid, Edi Swatama juga menerima pesanan tongkat komando. Jadi, ketika bidang perhiasan tidak jalan, masih ada bidang kerajinan tongkat komando.

“Semenjak pandemi, pesanan jewelry mulai berkurang,” jelas Nyoman Edi Swatama. Dia akhirnya menekuni usaha pembuatan tongkat komando.

Dari usaha yang digeluti, pesanan terus mengalir. “Di pasar lokal, saya menjual tongkat komando untuk TNI, Polri, Kejaksaan,” jelasnya.

Pasalnya, tiga instansi tersebut identik dengan tongkat komando. Terutama para komandan dan kepala Kejaksaan. 

Edi mengenang awal merintis usaha tongkat komando. Awalnya, dia mendapat kayu dari temannya di Desa Batuan, Kecamatan Sukawati.

Kemudian kayu dibawa ke Tampaksiring. Dia mengukirnya sendiri. “Dari sana saya mulai mencoba membuat dengan lambang TNI, Polri. Saya coba pasarkan sendiri, ternyata laku,” kenangnya.

Sampai saat ini, sudah ada ratusan tongkat komando yang diproduksi. Sebulan lalu dia memproduksi pesanan 20 tongkat komando.

Pembuatan tongkat komando, kata dia, hanya rumit saat mengukir. Untuk hiasan, dapat dikerjakan dengan mudah bersama perajin lainnya.

“Rumit di bagian mengukirnya saja. Kalau logam tinggal cetak. Kemudian di finishing. Lalu dilapisi emas dengan cara di celup,” bebernya.

Edi mengakui, usaha tongkat komando ini tetap jalan. Tidak kena imbas Covid-19. Karena instansi TNI, Polri dan Kejaksaan tetap menggelar upacara Serah terima jabatan (Sertijab) saat pandemi Covid.

Tongkat untuk Sertijab tersebut pun dipesan dari tangan Edi. “Setelah sertijab, pasti ada pesanan. Kemarin sempat ada pesanan dari mantan Danjen Kopassus, sekarang beliau tugas di Irian Jaya, sudah bintang dua,” jelasnya bangga.

Tidak hanya itu, petinggi Polri juga ada yang memesan tongkat darinya. “Kemarin juga ada pesanan untuk Kapolda Jawa Tengah dan Kapolda Jawa Barat,” ungkapnya.

Untuk pemesanan, instansi terkait memesan tongkat komando lewat ajudan. Selain itu ada juga pesanan dari para pengusaha.

“Biasanya pengusaha juga banyak yang beli. Lalu dihadiahi ke mereka (petinggi, red),” jelasnya. Untuk harga, Edi memasang tarif wajar.

“Kalau dengan para pengusaha, harga umum biasanya Rp 4 juta lebih. Tergantung pesanan,” terang pria yang lihai mengukir sejak kecil itu.

Edi pun tidak menduga usaha ini menjadi berkah di tengah pandami Covid-19. “Kalau ke tongkat ini sejak dua tahun lalu. Sebelumnya khusus jewelrey dengan bahan kuningan,

jadi saya tidak memprediksi akan ada covid yang memberi dampak seperti ini, apalagi covid kan baru awal tahun ini,” pungkasnya. (*)

 

Saat pandemi Covid-19, sektor pariwisata tumbang. Bahkan, usaha yang bersentuhan dengan pariwisata ikut gigit jari. Ekspor bahan kerajinan juga tersendat.

Namun, berbeda dengan nasib perajin tongkat komando, I Nyoman Edi Swatama. Perajin asal Desa/Kecamatan Tampaksiring itu justru kebanjiran order.

 

 

INDRA PRASETIA, Gianyar

KOLEKSI tongkat komando berjejer di lapak milik I Nyoman Edi Swatama. Tongkat beragam ukiran itu mayoritas pesanan.

Ada pula yang sengaja dipamerkan. Edi Swatama mengisahkan, sebetulnya dia hampir saja ikut gulung tikar.

Lantaran usaha yang digeluti sejak 2 tahun itu minim order. Pandemi Covid-19 membuat ekspor carving tersendat.

Beruntung, sebelum ada Covid, Edi Swatama juga menerima pesanan tongkat komando. Jadi, ketika bidang perhiasan tidak jalan, masih ada bidang kerajinan tongkat komando.

“Semenjak pandemi, pesanan jewelry mulai berkurang,” jelas Nyoman Edi Swatama. Dia akhirnya menekuni usaha pembuatan tongkat komando.

Dari usaha yang digeluti, pesanan terus mengalir. “Di pasar lokal, saya menjual tongkat komando untuk TNI, Polri, Kejaksaan,” jelasnya.

Pasalnya, tiga instansi tersebut identik dengan tongkat komando. Terutama para komandan dan kepala Kejaksaan. 

Edi mengenang awal merintis usaha tongkat komando. Awalnya, dia mendapat kayu dari temannya di Desa Batuan, Kecamatan Sukawati.

Kemudian kayu dibawa ke Tampaksiring. Dia mengukirnya sendiri. “Dari sana saya mulai mencoba membuat dengan lambang TNI, Polri. Saya coba pasarkan sendiri, ternyata laku,” kenangnya.

Sampai saat ini, sudah ada ratusan tongkat komando yang diproduksi. Sebulan lalu dia memproduksi pesanan 20 tongkat komando.

Pembuatan tongkat komando, kata dia, hanya rumit saat mengukir. Untuk hiasan, dapat dikerjakan dengan mudah bersama perajin lainnya.

“Rumit di bagian mengukirnya saja. Kalau logam tinggal cetak. Kemudian di finishing. Lalu dilapisi emas dengan cara di celup,” bebernya.

Edi mengakui, usaha tongkat komando ini tetap jalan. Tidak kena imbas Covid-19. Karena instansi TNI, Polri dan Kejaksaan tetap menggelar upacara Serah terima jabatan (Sertijab) saat pandemi Covid.

Tongkat untuk Sertijab tersebut pun dipesan dari tangan Edi. “Setelah sertijab, pasti ada pesanan. Kemarin sempat ada pesanan dari mantan Danjen Kopassus, sekarang beliau tugas di Irian Jaya, sudah bintang dua,” jelasnya bangga.

Tidak hanya itu, petinggi Polri juga ada yang memesan tongkat darinya. “Kemarin juga ada pesanan untuk Kapolda Jawa Tengah dan Kapolda Jawa Barat,” ungkapnya.

Untuk pemesanan, instansi terkait memesan tongkat komando lewat ajudan. Selain itu ada juga pesanan dari para pengusaha.

“Biasanya pengusaha juga banyak yang beli. Lalu dihadiahi ke mereka (petinggi, red),” jelasnya. Untuk harga, Edi memasang tarif wajar.

“Kalau dengan para pengusaha, harga umum biasanya Rp 4 juta lebih. Tergantung pesanan,” terang pria yang lihai mengukir sejak kecil itu.

Edi pun tidak menduga usaha ini menjadi berkah di tengah pandami Covid-19. “Kalau ke tongkat ini sejak dua tahun lalu. Sebelumnya khusus jewelrey dengan bahan kuningan,

jadi saya tidak memprediksi akan ada covid yang memberi dampak seperti ini, apalagi covid kan baru awal tahun ini,” pungkasnya. (*)

 

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/