Para penggemar game Mobile Legende, pastilah mengenal salah satu karakter di dalamnya bernama Akai. Akai merupakan salah satu dari beberapa tokoh super hero yang ada di dalam game ini. Lantas, bagaimana jika Akai dijadikan sosok ogoh-ogoh?
MARCELLO PAMPURS, Denpasar
SOSOK Akai berupa sesosok panda berbadan besar yang biasa memakai topi jerami dan juga kerap ditemani seekor katak hijau.
Nah, saat perayaan Nyepi tahun ini, karakter Akai ini diadaptasi ke dalam wujud ogoh-ogoh oleh sekelompok pemuda dari Kelompok Putra Gangga di jalan Gunung Agung, Kelurahan Pemecutan.
Karena kesukaan mereka terhadap game mobile legend dan karakter Akai ini, kelompok pemuda yang beranggotakan lebih dari 70 orang ini membuat sebuah ogoh-ogoh yang dibuat semirip mungkin dengan karakter Akai.
Ogoh-ogoh Akai ini memiliki tinggi tiga meter dengan berat kurang lebih 100 kg. Sebagaimana bentuk aslinya di dalam game, pada ogoh-ogoh ini juga dibuatkan karakter katak hijau yang merupakan partner dari Akai.
Karena ukurannya tidak terlalu besar, ogoh-ogoh ini dibuat di salah satu lahan kosong berukuran kecil yang dekat dengan gang bernama Gangga.
Lahan kosong ini menjadi salah satu tempat tongkrongan favorit dari para pemuda gang Gangga tersebut saat waktu senggang.
Di lahan kosong itu pula lah mereka biasanya menghabiskan waktu senggang untuk bersama-sama bermain game Mobile Legend, hingga akhirnya ide membuat ogoh-ogoh salah satu karakter di dalam game tersebut muncul pertama kalinya.
“Karena kami semuanya senang dengan game mobile legend. Jadi spontan saja kami buat karakter Akai ini,” kata Adi Antara yang adalah anggota dari kelompok pemuda Putra Gangga.
Bahan dasar pembuatan ogoh-ogoh ini juga terbilang ramah lingkungan. Sebagian besar bahannya menggunakan bambu dan sudah mulai dikerjakan secara pelan-pelan sejak awal Februari 2018 lalu.
Karena sebagian besar dari kelompok pemuda asal gang Gangga, jalan Gunung Agung tersebut sudah bekerja, malam Minggu menjadi waktu yang tepat untuk mengerjakan ogoh ogoh tersebut.
Selain ramah lingkungan dan dari bahan yang mudah ditemukan di linkungan sekitar, bianya pembuatan ogoh-ogoh karakter Akai ini hanya menghabiskan dana lima juta rupiah.
“Dana untuk pembuatannya dari swadaya para pemuda. Paling banyak biaya itu di proses finishing,” tambah Adi Antara.
Pemuda 22 tahun ini menjelaskan lebih jauh, pengerjaan ogoh-ogoh ini dimulai dari bagian badannya terlebih dahulu.
Setelah badan selesai, dilanjukan ke bagian tubuh lain seperti, kepala, tangan hingga kaki. Bentuk bagian kaki,tangan dan kepala harus disesuaikan dengan bentuk dan ukuran badannya.
“Bagian paling sulit di bagian muka. Karena biar kemiripan aslinya benar2 terlihat,” tambah pemuda 22 tahun ini.
Sementara itu, Putu Joni yang merupakan salah satu koordinator dari pihak orang tua yang mendukung aksi para pemuda ini mengatakan,
tidak ada protes dari warga sekitar gang Gangga terkait pembuatan ogoh-ogoh yang seharusnya dibuat tentang karakter Buta Kala ini.
Bahkan, pihak orang tua pun mendukung dan menjadi penggerak untuk kreatifitas para pemuda ini. Apalagi, kebiasaan membuat ogoh-ogoh khusus dari warga sepanjang gang Gangga ini sudah ada sejak tahun 1989 silam.
“Namanya orang tua kami dukung kreatifitas anak-anak muda. Kreatifitas ini merupakan regenerasi sejak dulu,” tandas pria 53 tahun tersebut.