28.1 C
Jakarta
22 November 2024, 19:08 PM WIB

Meme Betebaran, GPS: Medsos Memang Begitu, Cok Ace: Kode Alam

RadarBali.com – Dinamika politik di Bali semakin riuh dengan perkembangan media sosial (medsos). Netizen tak henti-hentinya menjodohkan tokoh politik di Bali melalui foto editan.

Sasarannya adalah bakal cagub – cawagub yang belum jadi atau memiliki pasangan calon. Foto para tokoh politik itu diedit kemudian dipasang-pasangkan, sesuai dengan selera pembuat.

Misal Sudikerta dipasangkan dengan Gede Pasek Suardiaka (Kerta – GPS), Sudikerta dan Arya Weda Karna (Sudikerta – AWK), dan Sudikerta – Rai Mantra.

Ada yang menanggapi serius, tapi ada juga yang menganggapnya sebatas guyon. GPS, misalnya. Dia cukup santai menanggapi dinamika di medsos.

“Medsos memang selalu lebih meriah dan lebih cepat. Biarkan berkembang dengan dinamikanya sendiri untuk mewarnai demokrasi,” kata Pasek.

Tapi dari becanda bisa jadi lho? “Hehehe, iya berawal dari medsos biasanya jadi. Karena di sana aspirasi tanpa sekat, aspirasi tanpa birokrasi, aspirasi dengan hati nurani,” jawab mantan kader Demokrat itu.

Pasek mengaku menghargai netizen yang memaketkan dirinya dengan sejumlah tokoh. Dia menilai hal itu sebagai sebuah semangat partisipasi aktif dalam Pilgub Bali.

“Ya (kadang) jadi hiburan dan membuat tersenyum. Kadang tertawa kalau ada komentar yang lucu dan kreatif. Kadang serius menyimak kalau ada diskusi dan masukan-masukan,” tukas pria asal Buleleng itu.

Terpisah, Cagub Bali dari PDIP, Wayan Koster menyebut gambar dirinya bersama Cok Ace awalnya setiap kader memiliki desain sendiri-sendiri.

Namun, setelah rekomendasi turun, dirinya dan Cok Ace merasa gambar yang bertuliskan KBS – Ace akan dipakai seterusnya hingga kertas suara.

Banyak kader juga yang menginginkan agar gambar Koster berbaju dan udeng putih tidak diganti. “Saya melihat sangat dinamis dan cocok kalau saya pakai baju putih,

Cok Ace pakai udeng batik berisi mawar merah. Sangat elegan namun sederhana. Gambar itu akan kami pakai seterusnya,” kata Koster.

Tanggapan serius diberikan cawagub dari PDIP, Tjokorda Oka Artha Ardana Sukawati atau akrab dipanggil Cok Ace.

“Saya melihat semua itu sebagai sebuah panggilan alam, saya sangat menyadari diri saya tidak ada apa-apanya, kader juga tidak, ambisi juga tidak,” kata mantan Bupati Gianyar itu.

Cok Ace yakin banyak teman-temannya yang punya kemampuan lebih dari yang dia miliki. Ketika dirinya beberapa kali diajak Koster maju Pilgub Bali setahun lalu, berungkali dia minta agar Koster pikir baik-baik.

Dia merasa tidak ada apa-apa. Bahkan, ketika suara tentang paket Koster – Cok Ace makin ramai dibicarakan orang, dirinya sembahyang dari pura para leluhur, Pura Besakih dan Pura Semeru untuk memohon agar diberi jalan terbaik.

Cok Ace berdoa bila ajakan Koster merupakan kehendak alam dia minta pada Tuhan agar dimudahkan dan ditunjukkan jalan.

Namun, jika suara-suara itu menimbulkan masalah bagi Bali, dia meminta dijauhkan dari rencana maju pilgub.

“Semoga ini bagian dari rencana Tuhan untuk menuju Bali yang lebih damai, aman dan sejahtera,” ucapnya

RadarBali.com – Dinamika politik di Bali semakin riuh dengan perkembangan media sosial (medsos). Netizen tak henti-hentinya menjodohkan tokoh politik di Bali melalui foto editan.

Sasarannya adalah bakal cagub – cawagub yang belum jadi atau memiliki pasangan calon. Foto para tokoh politik itu diedit kemudian dipasang-pasangkan, sesuai dengan selera pembuat.

Misal Sudikerta dipasangkan dengan Gede Pasek Suardiaka (Kerta – GPS), Sudikerta dan Arya Weda Karna (Sudikerta – AWK), dan Sudikerta – Rai Mantra.

Ada yang menanggapi serius, tapi ada juga yang menganggapnya sebatas guyon. GPS, misalnya. Dia cukup santai menanggapi dinamika di medsos.

“Medsos memang selalu lebih meriah dan lebih cepat. Biarkan berkembang dengan dinamikanya sendiri untuk mewarnai demokrasi,” kata Pasek.

Tapi dari becanda bisa jadi lho? “Hehehe, iya berawal dari medsos biasanya jadi. Karena di sana aspirasi tanpa sekat, aspirasi tanpa birokrasi, aspirasi dengan hati nurani,” jawab mantan kader Demokrat itu.

Pasek mengaku menghargai netizen yang memaketkan dirinya dengan sejumlah tokoh. Dia menilai hal itu sebagai sebuah semangat partisipasi aktif dalam Pilgub Bali.

“Ya (kadang) jadi hiburan dan membuat tersenyum. Kadang tertawa kalau ada komentar yang lucu dan kreatif. Kadang serius menyimak kalau ada diskusi dan masukan-masukan,” tukas pria asal Buleleng itu.

Terpisah, Cagub Bali dari PDIP, Wayan Koster menyebut gambar dirinya bersama Cok Ace awalnya setiap kader memiliki desain sendiri-sendiri.

Namun, setelah rekomendasi turun, dirinya dan Cok Ace merasa gambar yang bertuliskan KBS – Ace akan dipakai seterusnya hingga kertas suara.

Banyak kader juga yang menginginkan agar gambar Koster berbaju dan udeng putih tidak diganti. “Saya melihat sangat dinamis dan cocok kalau saya pakai baju putih,

Cok Ace pakai udeng batik berisi mawar merah. Sangat elegan namun sederhana. Gambar itu akan kami pakai seterusnya,” kata Koster.

Tanggapan serius diberikan cawagub dari PDIP, Tjokorda Oka Artha Ardana Sukawati atau akrab dipanggil Cok Ace.

“Saya melihat semua itu sebagai sebuah panggilan alam, saya sangat menyadari diri saya tidak ada apa-apanya, kader juga tidak, ambisi juga tidak,” kata mantan Bupati Gianyar itu.

Cok Ace yakin banyak teman-temannya yang punya kemampuan lebih dari yang dia miliki. Ketika dirinya beberapa kali diajak Koster maju Pilgub Bali setahun lalu, berungkali dia minta agar Koster pikir baik-baik.

Dia merasa tidak ada apa-apa. Bahkan, ketika suara tentang paket Koster – Cok Ace makin ramai dibicarakan orang, dirinya sembahyang dari pura para leluhur, Pura Besakih dan Pura Semeru untuk memohon agar diberi jalan terbaik.

Cok Ace berdoa bila ajakan Koster merupakan kehendak alam dia minta pada Tuhan agar dimudahkan dan ditunjukkan jalan.

Namun, jika suara-suara itu menimbulkan masalah bagi Bali, dia meminta dijauhkan dari rencana maju pilgub.

“Semoga ini bagian dari rencana Tuhan untuk menuju Bali yang lebih damai, aman dan sejahtera,” ucapnya

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/