Di dunia olahraga Pulau Dewata, siapa yang tidak kenal dengan AA Lan Ananda. Dia menjadi salah satu tokoh olahraga yang cukup disegani.
Setelah menyelesaikan tugasnya sebagai Ketum Pengprov TI Bali, dia tetap menjadi ketua. Tapi dibidang yang berbeda dari olahraga.
ALIT BINAWAN, Denpasar
SAAT ini, Lan Ananda menjadi Ketua DPW Perkumpulan Komunitas Hipnotis Indonesia (PKHI) Bali periode 2019 – 2023.
Loh memangnya mantan taekwondowin andalan Bali di masanya tersebut apakah bisa menghipnotis orang? Jawabannya sangat bisa.
Tapi, masyarakat jangan berpikiran skeptis dulu tentang hypnosis. Masyarakat sekarang masih tabu dan takut dengan hypnosis.
Apalagi banyak kasus kejahatan yang menggunakan teknik hypnosis seperti gendam. Tapi jika mengetahui penjelasan dari Lan Ananda, mungkin masyarakat mulai berpikir kearah yang lebih positif.
“Saya sudah mengerti hypnosis sejak tahun 2011,” terangnya saat Jawa Pos Radar Bali mengunjungi Lan Ananda di rumahnya.
Bagi Lan Ananda, hypnosis bukanlah hal yang tabu lagi untuk dipelajari oleh semua orang. Sebab hypnosis sendiri sudah ada sejak 4400 SM masih di Mesir, Tiongkok, Yunani, dan bahkan bangsa Babilonia.
Menurutnya, hypnosis sudah ada didalam diri masing-masing manusia. “Hal-hal yang bersifat kebatinan itu ada hypnosis.
Kita bersembahyang saja sudah masuk unsur hypnosis. Pengleakan juga ada unsur hypnosis karena menyangkut hypnometafisika.
Lan Ananda pun membuktikannya. Wartawan Jawa Pos Radar Bali merasakan untuk pertama kalinya sensasi hypnosis. Rasanya terhipnosis itu seperti orang yang tertidur, namun masih mendengar suara disekitar.
Tapi, suara yang paling fokus didengar adalah si hipnotis. “Sudah merasakan kan bagaimana rasanya hypnosis? Setelah tahu bagaimana rasanya, baru bisa menggambarkan dengan baik,” ucap Lan Ananda saat itu.
“Di Taekwondo, saya sebenarnya sudah menggunakannya. Namanya hipnosport. Yang saya tahu, KONI Bali sekarang menggunakannya untuk atlet,” tambahnya.
Sejak tahun 2011, baru tahun ini Lan Ananda mencoba untuk membuka praktek dengan rekan-rekannya. Prakteknya bukan di rumah, melainkan di berbagai tempat seperti ruang rapat hotel.
“Dalam situasi pandemi seperti ini, saya ingin bagaimana caranya agar organisasi bisa melakukan pengabdian dulu,” terangnya.
Dia sadar betul pandemi Covid-19 mengubah hidup banyak orang. Yang menjalani pengobatan ini menurut Lan Ananda bukan hanya perorangan, tapi perusahaan hingga instansi pemerintah.
Hipnosis menurutnya adalah pengobatan untuk mengembalikan kesehatan mental seseorang menjadi lebih baik lagi.
“Banyak pengusaha pariwisata sekarang yang mempelajari hypnosis. Alasan mereka ada dua. Pertama mereka ingin menyehatkan mental mereka
karena pandemi mengubah mereka 180 derajat. Yang kedua, mereka mempelajari hypnosis karena ini menjadi seorang hipnotis,” bebernya.
Mengapa banyak yang ingin mempelajarinya? Menurut Lan Ananda karena biaya sekali hypnosis itu cukup mahal. Berkisar antara Rp 300 ribu – Rp 500 ribu. Bahkan ada yang lebih mahal lagi.
“Perawat atau bidan banyak juga yang mempelajari. Ada teknik hypnosis melahirkan tanpa rasa sakit. Hiypnobirthing namanya,” terang Lan Ananda.
Selain itu, berbagai penyakit bisa disembuhkan melalui hypnosis. “Kelainan seksual seperti ejakulasi dini itu bisa disembuhkan.
Penyakit karena black magic atau unsur klenik seperti santet, gendam, dan sebagainya bisa disembuhkan,” jelas Lan Ananda.
“Sudah ratusan kali kami di PKHI menyembuhkan orang yang terkena ilmu hitam mulai dari bebai, dikejar-kejar orang besar, dan masih banyak lagi,” tambah Lan Ananda.
Namun untuk penyembuhan penyakit non medis seperti itu, tidak dilakukan dengan teknik induksi yang menggunakan mantra, sesajen, atau tirakat.
Di hypnosis yang dia pelajari, teknik yang digunakan adalah mengolah gelombang theta pada otak manusia.
“Persamaan antara klenik, santet dan hipnosis ini sama-sama menjurus ke gelombang theta itu sendiri. Sakit itu karena gelombang pada otak yang terganggu.
Lewat hipnosis, itu bisa diperbaiki dengan cara diolah supaya gelombangnya stabil seperti keadaan normal,” ungkap pria yang menjabat sebagai Ketum Pengprov TI Bali selama dua periode itu.
Lalu berapa lama waktu bagi seseorang yang terkena penyakit non medis untuk sembuh? Lan Ananda mengungkapkan bahwa semua tergantung dari pasiennya sendiri.
Kebanyakan dari yang dia tangani selama ini, seorang pasien bisa sembuh setelah melakukan tiga sampai lima kali terapi.
“Penyembuhan penyakit non medis bukan hal baru. Saya bisa pastikan tidak ada terapi lanjutan jika pasien sudah sembuh.
Seorang hipnotis terutama di PKHI, haram hukumnya untuk menyakiti pasien seperti yang digambarkan selama ini. Intinya kami sudah ratusan kali menyembuhkan orang yang terkena penyakit non medis,” tutupnya.(*)