33.4 C
Jakarta
22 November 2024, 12:54 PM WIB

Jadi Sopir Truk Crane Demi Keluarga, Bersyukur atas Apa yang Didapat

Kaum perempuan selama ini jarang ada yang melakukan pekerjaan berat seperti yang biasa dilakukan kaum laki-laki.

Namun di Jembrana ada seorang perempuan yang berani mengambil pekerjaan yang biasanya hanya dilakukan kaum laki-laki. Jadi sopir truk crane beton. Siapa dia?

 

 

ANOM SUARDANA, Negara

ARRIYAN DINIAH, 27, begitu ngetop di Kampung Pertukangan, Loloan Barat, Negara. Hampir semua orang mengenal Arriyan.

Entah, apa penyebabnya. Apakah karena orangnya yang supel dan mudah bergaul, ataukah karena profesinya?

Ya, Arriyan Diniah dikenal warga sekitar sebagai sopir truk crane pengangkut beton. Profesi langka bagi kaum perempuan.

“Ayah saya (Safruddin) setiap hari menjalankan truk crane, dari sana saya tertantang mengikuti jejak ayah menjadi sopir truk,” ujar Dian – sapaan akrab Arriyan Diniah kepada Jawa Pos Radar Bali.

Sebelum menekuni profesi sopir crane, ibu dua anak ini kerap mengikuti ibunya, Julaiha berjualan jajan.

Seiring waktu, tiba-tiba ada keinginan belajar mengemudikan truk crane seperti yang dilakukan ayahnya.

Karena tekun, Dian dengan cepat bisa mengemudikan dan mengoperasikan peralatan truk crane.

“Saya belajar langsung dari ayah. Sambil bekerja mengemudikan dan mengoperasikan truk crane untuk mengirim dan menurunkan beton di lokasi proyek, saya diajari cara mengemudi dan mengoperasikan peralatan truk crane itu,” ungkapnya.

Setelah bisa menyetir dan mengoperasikan truk crane, Dian kemudian melamar di tempat kerja ayahnya dan langsung diterima.

Setelah diterima bekerja, Dian lebih sering bekerja bersama ayahnya. Sementara dua anaknya yang masih kecil di titip dan  diasuh ibunya.

“Sekarang saya tinggal di mes kantor. Kalau saya sedang bekerja anak-anak saya titip sama ibu,” ungkap Dian yang sudah pisah dengan suaminya yang  sekarang berada di Banjarmasin, Kalimantan Selatan, itu.

Bekerja sebagai sopir truk crane demi menghidupi keluarga terutama dua anaknya, kata Dian, memang banyak tantangan yang membutuhkan fisik dan mental kuat.

Untuk mengemudikan truk crane bermuatan beton dengan beban sampai 10 ton, Dian selalu berhati-hati dan penuh perhitungan.

“Saya selalu berkeyakinan pasti bisa. Memang berat dan banyak tantangan. Cuaca panas memang sering membuat cepat lelah, tetapi saya tetap bersemangat dan berusaha agar pekerjaan saya bisa selesai dengan baik,” ungkapnya.

Menurut Dian, pekerjaan sebagai sopir truk crane yang lazim dilakukan kaum laki-laki bisa dilakukan oleh kaum perempuan.

Dengan modal tekad dan semangat, dia menjalani profesi itu dengan penuh kesungguhan.

“Wanita atau ibu rumah tangga, tidak harus berpangku tangan dan pasrah dengan nasib yang ada. Pekerjaan laki-laki bisa dilakukan asal ada kemauan dan semangat,”  katanya.

“Kami orang tidak mampu dan pekerjaan seperti ini harus dilakukan. Saya mencintai pekerjaan ini meski di perusahaan, hanya saya yang bekerja sebagai sopir truk crane perempuan,” bebernya.

Tak heran, dia mendapat julukan superwomen dari teman-teman seprofesinya. Terutama dari para sopir truk crane laki-laki.

Sebagai sopir truk crane, gaji yang diterima sesuai standar upah minimum kabupaten (UMK) bagi Dian cukup untuk menafkahi keluarga dan dua anaknya.

Apa yang didapat selalu disyukuri dan percaya akan selalu ada rejeki. “Memang kadang namanya manusia selalu kurang. Tapi apa yang kita dapat harus dicukup-cukupkan dan disyukuri,” pungkasnya

Kaum perempuan selama ini jarang ada yang melakukan pekerjaan berat seperti yang biasa dilakukan kaum laki-laki.

Namun di Jembrana ada seorang perempuan yang berani mengambil pekerjaan yang biasanya hanya dilakukan kaum laki-laki. Jadi sopir truk crane beton. Siapa dia?

 

 

ANOM SUARDANA, Negara

ARRIYAN DINIAH, 27, begitu ngetop di Kampung Pertukangan, Loloan Barat, Negara. Hampir semua orang mengenal Arriyan.

Entah, apa penyebabnya. Apakah karena orangnya yang supel dan mudah bergaul, ataukah karena profesinya?

Ya, Arriyan Diniah dikenal warga sekitar sebagai sopir truk crane pengangkut beton. Profesi langka bagi kaum perempuan.

“Ayah saya (Safruddin) setiap hari menjalankan truk crane, dari sana saya tertantang mengikuti jejak ayah menjadi sopir truk,” ujar Dian – sapaan akrab Arriyan Diniah kepada Jawa Pos Radar Bali.

Sebelum menekuni profesi sopir crane, ibu dua anak ini kerap mengikuti ibunya, Julaiha berjualan jajan.

Seiring waktu, tiba-tiba ada keinginan belajar mengemudikan truk crane seperti yang dilakukan ayahnya.

Karena tekun, Dian dengan cepat bisa mengemudikan dan mengoperasikan peralatan truk crane.

“Saya belajar langsung dari ayah. Sambil bekerja mengemudikan dan mengoperasikan truk crane untuk mengirim dan menurunkan beton di lokasi proyek, saya diajari cara mengemudi dan mengoperasikan peralatan truk crane itu,” ungkapnya.

Setelah bisa menyetir dan mengoperasikan truk crane, Dian kemudian melamar di tempat kerja ayahnya dan langsung diterima.

Setelah diterima bekerja, Dian lebih sering bekerja bersama ayahnya. Sementara dua anaknya yang masih kecil di titip dan  diasuh ibunya.

“Sekarang saya tinggal di mes kantor. Kalau saya sedang bekerja anak-anak saya titip sama ibu,” ungkap Dian yang sudah pisah dengan suaminya yang  sekarang berada di Banjarmasin, Kalimantan Selatan, itu.

Bekerja sebagai sopir truk crane demi menghidupi keluarga terutama dua anaknya, kata Dian, memang banyak tantangan yang membutuhkan fisik dan mental kuat.

Untuk mengemudikan truk crane bermuatan beton dengan beban sampai 10 ton, Dian selalu berhati-hati dan penuh perhitungan.

“Saya selalu berkeyakinan pasti bisa. Memang berat dan banyak tantangan. Cuaca panas memang sering membuat cepat lelah, tetapi saya tetap bersemangat dan berusaha agar pekerjaan saya bisa selesai dengan baik,” ungkapnya.

Menurut Dian, pekerjaan sebagai sopir truk crane yang lazim dilakukan kaum laki-laki bisa dilakukan oleh kaum perempuan.

Dengan modal tekad dan semangat, dia menjalani profesi itu dengan penuh kesungguhan.

“Wanita atau ibu rumah tangga, tidak harus berpangku tangan dan pasrah dengan nasib yang ada. Pekerjaan laki-laki bisa dilakukan asal ada kemauan dan semangat,”  katanya.

“Kami orang tidak mampu dan pekerjaan seperti ini harus dilakukan. Saya mencintai pekerjaan ini meski di perusahaan, hanya saya yang bekerja sebagai sopir truk crane perempuan,” bebernya.

Tak heran, dia mendapat julukan superwomen dari teman-teman seprofesinya. Terutama dari para sopir truk crane laki-laki.

Sebagai sopir truk crane, gaji yang diterima sesuai standar upah minimum kabupaten (UMK) bagi Dian cukup untuk menafkahi keluarga dan dua anaknya.

Apa yang didapat selalu disyukuri dan percaya akan selalu ada rejeki. “Memang kadang namanya manusia selalu kurang. Tapi apa yang kita dapat harus dicukup-cukupkan dan disyukuri,” pungkasnya

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/