Pria asal Padang, Sumatra Barat, yang tinggal di Jakarta, Mukhsin Mardona yang menyetir mobil, adalah penghobi jalan-jalan.
Tapi, perjalanan ke Desa Trunyan, Kintamani, Bangli akhirnya jadi “oleh-oleh” terakhir bagi keluarga besarnya.
IB INDRA-JULIADI, Kintamani
TIM gabungan, yang terdiri dari Basarnas, BPBD, Sat Polair Polres Bangli, seharian melakukan pencarian terhadap korban meninggal yang tercebur ke Danau Batur. Dengan boat dan penyelam, petugas mengobok-obok lokasi kejadian.
Lokasi kejadian pun menjadi tontonan warga. Bahkan, warga pemilik jukung juga ikut menonton proses evakuasi dengan mendayung ke dalam danau.
Kakak korban, Mukhsim Mardona, yakni Daniel Mardona, juga datang di tempat kejadian di Danau Batur, Banjar/Desa Trunyan.
Dia juga ikut menyimak proses evakuasi terhadap jasad keluarganya itu. “Saya sempat ditelepon sama saudara yang selamat. Saya baru sampai,” ujar Daniel, kemarin.
Dia mengaku sedih musibah ini menimpa keluarga adiknya Mukhsim. “Saya tidak menyangka ini terjadi. Karena adik saya biasa traveling,” akunya.
Daniel mengaku, adiknya yang berusia 30 tahun dan bekerja sebagai supervisor di perusahaan taksi ternama ini kerap bepergian setiap tahun.
Hampir seluruh tempat wisata di Indonesia pernah didatangi. “Tapi, kalau ke Trunyan ini baru pertama kali,” terangnya.
Namun, seperti sudah suratan takdir, liburan kali ini Mukhsin mengajak mertuanya, Marfuah, 65 (meninggal dunia); bibi dari istrinya, Rita Ningsih, 50 (meninggal dunia);
istrinya, Mistahul Jana, 25 (luka); putranya, Kenzi, 2 (luka); keponakan, Septia Dwi Cahaya, 13 dan Adinda Nazuakarisma, 13 (luka).
Saking gemarnya traveling, Mukhsin berencana berwisata ke Thailand pada Agustus 2017 mendatang. “Rencananya begitu. Dia senang sekali jalan-jalan,” jelasnya.
Dikatakan Daniel, selama bepergian, Mukhsin masih menyempatkan berkomunikasi dengan keluarganya. Kebetulan di keluarganya ada grup media sosial, Line.
“Di grup Line, dia (Mukhsin) sempat cerita tentang pengalamannya traveling,” terangnya. Di grup, keluarganya saling sapa. Ada juga anggota keluarga yang sempat minta oleh-oleh.
“Dia jawab, di chat grup, katanya nanti oleh-olehnya cerita saja ya,” ujar Daniel sambil memperlihatkan Line. Tak disangka, cerita duka ini malah menjadi ”oleh-oleh” terakhir bagi keluarganya. “Sedih sekali,” terangnya.
Di tempat terpisah, di Denpasar, para korban yang selamat dirujuk ke RS Sanglah. Miftahul Janah, ibu Kenzi, juga keponakannya, Septia Dwi Cahaya, dan Adinda Nazuakarisma, mendapat perawatan.
Saat Jawa Pos Radar Bali bertemu dengannya di ruangan IGD RS Sanglah, Miftahul mengungkapkan kondisi Adinda yang sangat parah.
Pasalnya mengalami patah kaki kiri di bagian tumit. Sedangkan Cahaya mengalami luka ringan lecet pada wajah dan kaki.
Mereka berlibur ke Bali sebetulnya bukan kali pertama. Namun ini kali ketiga. Rencana liburan akhir bulan ini seusai Muksin, Suami dari Miftahul kenaikan jabatan di tempat kerjanya.
Menurutnya, firasat buruk sebelum keberangkatan ke Bali sudah muncul ketika akan menarik sejumlah uang di ATM. Untuk pembayaran tiket pesawat dan pemesanan hotel. Kartu ATM suami tiba-tiba tertelan ke dalam mesin.
Tak tahu penyebabnya apa, lantas Marfuah, Ibu kandung Miftahul yang memberi uang untuk pembayaran tiket pesawat dan hotel. Si ibu bilang mempersilakan memakai dulu uangnya, habis pulang dari Bali baru diganti uangnya.
“Sempat bertanya dalam hati apakah kejadian ini dengan sejumlah uang yang tidak dapat ditarik di ATM bertanda bahwa agar kami sekeluarga tidak berangkat ke Bali. Itu sih perasaan saya dalam hati,” ujarnya.
Tak hanya itu saja naikkan pesawat dari Jakarta ke Bali perasaan tidak enak selalu muncul. Yakni, sempat gundah apakah sampai di Bali atau tidak. Pikiran tidak tenang.
Dikatakan, rencananya liburan ke Bali hanya 3 hari. Rabu malam sudah balik ke Jakarta. Mobil Suzuki APV yang digunakan ke kawasan Trunyan, danau Batur mobil rent car.
Waktu itu suaminya, Mukhsin yang mengemudi. Waktu tempuh dari Kota Denpasar ke kawasan Trunyan hampir 4 jam perjalanan. Tak menyangka jika kondisi medan securam dengan tanjakan yang jarang bisa di lalui mobil.
“Saat sampai di daerah tersebut. Pemandu wisata juga kami gunakan. Pemandu tersebut gunakan sepeda motor,” ungkapnya.
Melintasi jalan menanjak pertama, mobil APV yang ditumpangi tak kuat menanjak. Mobil tiba-tiba mati dan mundur.
Namun mobil APV berhasil menanjak kembali. Setelah sampai di tanjakan kedua mobil mati dan mundur lagi. Setelah itu meluncur dan tercebur ke danau.
Diungkapkan Miftahul, hampir 15 menit dia dan anaknya tenggelam di dalam mobil. Tidak tahu siapa yang menolong. Tahu-tahu, ternyata sudah mengambang di atas air. Miftahul dan Kenzi dalam kondisi tenggelam dan berada di dalam mobil APV.
Kondisi mengambang dan melihat Kenzi berada di sampingnya. Kemudian Cahaya dan Adinda sudah berada di pinggir danau. Miftahul pun memberanikan diri berenang ke pinggir dan akhirnya selamat.