Perbudakan tidak selalu mengisahkan tentang tangis dan duka. Di sisi lain dari perbudakan juga melahirkan kisah heroik
yang melegenda dari liku-liku perjalanan hidupnya. Pahlawan Nasional Untung Surapati adalah salah satu perkecualian itu.
MAULANA SANDIJAYA, Denpasar
CERITA yang beredar menyebutkan bahwa Untung Surapati dijual dan dijadikan budak oleh Belanda saat umurnya baru beranjak tujuh tahun.
Lelaki korban perbudakan ini seperti harus menjemput takdirnya yang penuh liku. Di Jawa, kisah Untung Surapati juga sangat dikenal luas.
Menjadi semacam kisah klasik dari salah satu pahlawan nasional. Pria yang disebut-sebut lihai bersiasat dan seakan “bernyawa rangkap” ini juga dihidupkan perjalanan
hidupnya dalam panggung-panggung seni hiburan rakyat di Jawa Timur dan Jawa Tengah, yakni dalam kesenian ludruk dan ketoprak.
Berdasar catatan yang ada, Untung lahir pada 1660 dengan nama Surawiroaji. Sebagian sumber menyebut Untung berasal dari kalangan rakyat biasa.
Namun, ada pula yang meyakininya masih memiliki darah bangsawan bahkan keturunan raja-raja di Bali yang kalah dalam pertikaian antar sesama bangsawan.
“Jika melihat karakternya yang cerdas dan berani memimpin orang-orang melawan Belanda, Untung Surapati kemungkinan besar berasal dari kalangan ksatria (bukan dari kalangan rakyat jelata),” ungkap Prof. Dr. I Gde Parimartha, MA, sejarawan Unud.
Namun, Parimartha tidak bisa memastikan asal-usul Untung Surapati dari Bali mana. Parimartha menduga Untung bisa jadi budak yang diperjualbelikan di Pelabuhan Buleleng.
Waktu itu memang masih ada perdagangan manusia di Nusantara. Budak-budak diperjualbelikan untuk dipekerjakan di kebun, dijadikan pendayung kapal, dan sebagainya.
Selain cerdas dan berani, sesuai namanya Untung juga diyakini membawa hoki, mendatangkan keberuntungan. Kapten Moor, perwira VOC yang meyakini itu.
Ini bukan tanpa sebab. Karena sejak Untung tinggal di rumah Moor, karier perwira VOC ini melesat. Pangkatnya yang semula kapten naik menjadi mayor.
Bahkan, ia juga sempat diangkat sebagai anggota Dewan Hindia (Raad van Indie) alias dewan penasihat Gubernur Jenderal. Kekayaannya pun meningkat pesat.
Dari situlah, Moor sering memanggil lelaki kecil itu dengan nama Untung. “Untung ini orangnya memang cerdas. Makanya, di mana pun tinggal pasti dia akan muncul dan menonjol,” imbuh Parimartha.
Untung bahkan menjadi bupati Pasuruan, Jawa Timur. Selama berada di Jawa, dari Banten hingga Surakarta, Untung selalu membuat kewalahan VOC.
Pada 1706, VOC menggerakkan armada perang ke Pasuruan. Dalam pertempuran di Bangil, Pasuruan, pada 17 Oktober 1706, Untung terluka parah, terpaksa mundur, dan akhirnya gugur.
Sebelum mengembuskan nafas terakhir, Untung meminta kepada para pengikutnya agar merahasiakan kematiannya.
Pada 18 Juni 1707, kuburan Untung ditemukan pasukan VOC. Makam itu lalu dibongkar, jasad Untung dibakar, dan abunya dibuang ke laut.
Meski begitu, para pengikut setia Untung, yang kebanyakan terdiri dari orang-orang campuran Jawa dan Bali, masih sering melibatkan diri dalam berbagai aksi perlawanan terhadap VOC.
Berdasar Surat Keputusan Presiden RI tertanggal 3 November 1975, Untung Surapati ditetapkan sebagai Pahlawan Nasional. (*/pit)