31.4 C
Jakarta
26 April 2024, 13:00 PM WIB

Sulap Tumpukan Sampah Pantai Jadi Rumah Plastik Senilai Rp 85 Juta

Ada pemandangan menarik saat turnamen surfing internasional yang digelar di Pantai Komune, Desa Keramas, Kecamatan Blahbatuh, Gianyar.

 

Di tengah kemeriahan lomba, pandangan para pengunjung pantai mendadak tertuju pada bangunan rumah kecil berbahan sampah daur ulang.

 

Lalu siapa sebenarnya yang membangun rumah mungil berbahan sampah daur ulang berukuran 4 x 5 meter itu?

 

 

IB INDRA PRASETYA, Gianyar.   

 

Dialah Nev Hyman, atlet peselancar yang juga pendiri perusahaan Nevhouse asal Australia.

 

Di sela lomba surfing internasional yang digelar di pantai Komune, Desa Keramas, Kecamatan Blahbatuh, pria asal Negeri Kanguru ini membawa rumah mini.

 

Berbeda dari bangunan rumah pada umumnya, selain berukuran mungil, bangunan beratap asbes, hampir seluruh lantai mapun kerangkanya dibuat  dari bahan kayu.

 

Tak hanya rangka dan lantai, yang unik di bagian tembok bangunan. Meski sekilas tampak seperti papan atau triplek, namun tembok berwarna coklat itu ternyata berbahan dari plastic daur ulang.

 

 “Ini terbuat dari plastik daur ulang,” ujar Nev, ditemui Jawa Pos Radar Bali di lokasi selancar, Senin siang (20/5).

 

Selain ruah mungil berbahan plastic daur ulang yang unik, Nev juga memamerkan beberapa toples berisi sampah plastik yang sudah di daur ulang.

 

“Ada bermacam plastik. Baik yang ditemui di pantai, di rumah tangga. Seluruh plastik kami daur ulang,” ujarnya sambil memperlihatkan buku panduan Nevhouse.

Kata Nev, selain menjadi atlet peselancar, di negaranya, ia juga memiliki pabrik.

 

 “Kami punya lantai dari plastik. Tembok bisa dibuat beragam,” jelasnya.

 

Menurutnya, untuk bisa membangun rumah berbahan plastic daur ulang, Nev butuh berton-ton sampah plastik untuk membangun sebuah rumah.

 

Katanya, diperlukan sekitar 1-3 ton sampah untuk sebuah rumah beragam ukuran. Harganya mencapai USD 6.000 atau sekitar Rp 85 juta. “Nevhouse adalah solusi ekonomi, sosial dan lingkungan untuk kebutuhan perumahan yang terjangkau secara global,” jelasnya.

 

Lebih lanjut, soal ide awal membangun rumah plastik, Nev mengaku jika ide gilanya itu berawal dari kegemarannya berselancar sejak tahun 2000-an.

 

“Saya terkejut dengan jumlah plastik yang mengguyur pantai indah di pulau terpencil ini,” ujarnya prihatin.

 

Akhirnya, pada 2004 dia pun berusaha membantu mengatasi masalah ini dan pada 2004.

 

Antara 40-50 persen dari struktur Nevhouse, terutama komponen panel dinding, terbuat dari plastik daur ulang.

 

“Untuk satu struktur rumah, diperlukan sekitar 2 sampai 3 ton sampah plastik,” terangnya.

 

Proyek besar pertama Nevhouse yang telah dirampungkan berlokasi di Pulau Vanuatu dekat Papua Nugini.

 

Nevhouse ini dibangun setelah Topan Pam menghancurkan Vanuatu pada Maret 2015.

 

Proyek ini didanai oleh organisasi amal berbasis di Hong Kong yang berfokus pada bantuan pasca bencana.

 

Selama periode delapan minggu, penduduk desa merampungkan 14 bangunan Nevhouse, termasuk ruang kelas, klinik medis, akomodasi untuk perawat dan guru, dan bangunan masyarakat lainnya.

Sementara itu, pemilik lahan Komune Resort, Gusti Ngurah Made Puja Armaya, mengaku mengenal Nev dari bos Komune, Tony.

 

“Saya sama Nev perlu penjajakan dulu. Nev perlu tahu berapa sampah yang dihasilkan oleh Gianyar, termasuk kabupaten lain,” ujar Puja Armaya, yang menemani Nev kemarin.

 

Apabila jumlah sampah plastik yang dihasilkan Bali ini cukup, maka Nev segera memindahkan pabrik rumah plastik miliknya ke Gianyar.

 

“Saya sudah siapkan lahan 1,3 hektar. Di selatan patung Hanoman desa Keramas,” jelasnnya.

 

Puja Armaya akan mengajak Nev langsung ke Tempat Pembuangan Sampah (TPA) di Gianyar dan beberapa kabupaten lain. Kemarin dia tampak berbincang dengan staf Nev untuk waktu berkeliling TPA.

 

“Kalau itu sudah Ok. Baru kami menjajaki pemerintah. Ke Dinas Lingkungan Hidup, atau ke pak bupati,” ujarnya.

 

Puja Armaya menambahkan, sampah yang akan didaur ulang, tidak saja botol plastik melainkan segala jenis sampah.

 

“Semua jenis sampah bisa diolah, tidak perlu dibersihkan. Sampah yang menumpuk itu masuk pabrik bisa jadi panel struktur bangunan,” jelasnya.

 

Pabrik daur ulang sampah plastik ini diproyeksikan menghasilkan struktur bangunan.

 

Pabrik akan mencacah segala jenis sampah menjadi butiran-butiran kecil yang kemudian dipadatkan dengan suhu tertentu.

 

Singkatnya, butiran sampah ini akan dibentuk menjadi struktur bangunan untuk dinding, atap dan lantai.

 

“Rumah ini diklaim tahan gempa maupun angin. Ini bahannya keras,” tukasnya sembari memukulkan cetakan plastik plastik yang tampak keras.

Ada pemandangan menarik saat turnamen surfing internasional yang digelar di Pantai Komune, Desa Keramas, Kecamatan Blahbatuh, Gianyar.

 

Di tengah kemeriahan lomba, pandangan para pengunjung pantai mendadak tertuju pada bangunan rumah kecil berbahan sampah daur ulang.

 

Lalu siapa sebenarnya yang membangun rumah mungil berbahan sampah daur ulang berukuran 4 x 5 meter itu?

 

 

IB INDRA PRASETYA, Gianyar.   

 

Dialah Nev Hyman, atlet peselancar yang juga pendiri perusahaan Nevhouse asal Australia.

 

Di sela lomba surfing internasional yang digelar di pantai Komune, Desa Keramas, Kecamatan Blahbatuh, pria asal Negeri Kanguru ini membawa rumah mini.

 

Berbeda dari bangunan rumah pada umumnya, selain berukuran mungil, bangunan beratap asbes, hampir seluruh lantai mapun kerangkanya dibuat  dari bahan kayu.

 

Tak hanya rangka dan lantai, yang unik di bagian tembok bangunan. Meski sekilas tampak seperti papan atau triplek, namun tembok berwarna coklat itu ternyata berbahan dari plastic daur ulang.

 

 “Ini terbuat dari plastik daur ulang,” ujar Nev, ditemui Jawa Pos Radar Bali di lokasi selancar, Senin siang (20/5).

 

Selain ruah mungil berbahan plastic daur ulang yang unik, Nev juga memamerkan beberapa toples berisi sampah plastik yang sudah di daur ulang.

 

“Ada bermacam plastik. Baik yang ditemui di pantai, di rumah tangga. Seluruh plastik kami daur ulang,” ujarnya sambil memperlihatkan buku panduan Nevhouse.

Kata Nev, selain menjadi atlet peselancar, di negaranya, ia juga memiliki pabrik.

 

 “Kami punya lantai dari plastik. Tembok bisa dibuat beragam,” jelasnya.

 

Menurutnya, untuk bisa membangun rumah berbahan plastic daur ulang, Nev butuh berton-ton sampah plastik untuk membangun sebuah rumah.

 

Katanya, diperlukan sekitar 1-3 ton sampah untuk sebuah rumah beragam ukuran. Harganya mencapai USD 6.000 atau sekitar Rp 85 juta. “Nevhouse adalah solusi ekonomi, sosial dan lingkungan untuk kebutuhan perumahan yang terjangkau secara global,” jelasnya.

 

Lebih lanjut, soal ide awal membangun rumah plastik, Nev mengaku jika ide gilanya itu berawal dari kegemarannya berselancar sejak tahun 2000-an.

 

“Saya terkejut dengan jumlah plastik yang mengguyur pantai indah di pulau terpencil ini,” ujarnya prihatin.

 

Akhirnya, pada 2004 dia pun berusaha membantu mengatasi masalah ini dan pada 2004.

 

Antara 40-50 persen dari struktur Nevhouse, terutama komponen panel dinding, terbuat dari plastik daur ulang.

 

“Untuk satu struktur rumah, diperlukan sekitar 2 sampai 3 ton sampah plastik,” terangnya.

 

Proyek besar pertama Nevhouse yang telah dirampungkan berlokasi di Pulau Vanuatu dekat Papua Nugini.

 

Nevhouse ini dibangun setelah Topan Pam menghancurkan Vanuatu pada Maret 2015.

 

Proyek ini didanai oleh organisasi amal berbasis di Hong Kong yang berfokus pada bantuan pasca bencana.

 

Selama periode delapan minggu, penduduk desa merampungkan 14 bangunan Nevhouse, termasuk ruang kelas, klinik medis, akomodasi untuk perawat dan guru, dan bangunan masyarakat lainnya.

Sementara itu, pemilik lahan Komune Resort, Gusti Ngurah Made Puja Armaya, mengaku mengenal Nev dari bos Komune, Tony.

 

“Saya sama Nev perlu penjajakan dulu. Nev perlu tahu berapa sampah yang dihasilkan oleh Gianyar, termasuk kabupaten lain,” ujar Puja Armaya, yang menemani Nev kemarin.

 

Apabila jumlah sampah plastik yang dihasilkan Bali ini cukup, maka Nev segera memindahkan pabrik rumah plastik miliknya ke Gianyar.

 

“Saya sudah siapkan lahan 1,3 hektar. Di selatan patung Hanoman desa Keramas,” jelasnnya.

 

Puja Armaya akan mengajak Nev langsung ke Tempat Pembuangan Sampah (TPA) di Gianyar dan beberapa kabupaten lain. Kemarin dia tampak berbincang dengan staf Nev untuk waktu berkeliling TPA.

 

“Kalau itu sudah Ok. Baru kami menjajaki pemerintah. Ke Dinas Lingkungan Hidup, atau ke pak bupati,” ujarnya.

 

Puja Armaya menambahkan, sampah yang akan didaur ulang, tidak saja botol plastik melainkan segala jenis sampah.

 

“Semua jenis sampah bisa diolah, tidak perlu dibersihkan. Sampah yang menumpuk itu masuk pabrik bisa jadi panel struktur bangunan,” jelasnya.

 

Pabrik daur ulang sampah plastik ini diproyeksikan menghasilkan struktur bangunan.

 

Pabrik akan mencacah segala jenis sampah menjadi butiran-butiran kecil yang kemudian dipadatkan dengan suhu tertentu.

 

Singkatnya, butiran sampah ini akan dibentuk menjadi struktur bangunan untuk dinding, atap dan lantai.

 

“Rumah ini diklaim tahan gempa maupun angin. Ini bahannya keras,” tukasnya sembari memukulkan cetakan plastik plastik yang tampak keras.

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/