Diusianya yang sudah setengah abad lebih tak membuat Untung Rontadi alias Mbah Untung berdiam.
Sebaliknya, Kakek asal asal Gunung Kidul, Yogyakarta ini punya tekat berkeliling Indonesia dengan ngontel alias bersepeda gayung.
Seperti apa?
IB INDRA PRASETIA, Gianyar
Mengaku mengambil start dari rumahnya di Gunung Kidul, Rabu (20/2) kemarin, pria kurus dengan topi hitam bertuliskan NKRI Harga Mati itu tiba di Gianyar, Bali.
Di bawah terik matahari, pria duda tanpa anak ini terlihat menuntun sepeda ontel merek Phoneix RRT miliknya mencari tempat berteduh.
Hingga akhirnya ia berteduh di Jalan Raya Sakah, Kecamatan Sukawati. Sambil mengeringkan keringat, pria yang mengenakan kemeja, celana, dan sepatu serba hitam itu juga tampak sesekali mengelap peluh yang menempel.
Sesekali ia juga mengecek sepeda ontelnya yang unik.
Unik karena selain dihias beragam pernak-pernik seperti tengkorak sapi di stang, topeng penari, lonceng kecil di bawah sepeda, juga bendera merah putih yang selalu terus berkibar di belakang sadel dekat dengan boks tempat pakaian dan bekal makanan selama perjalanan.
Selain itu, ada juga di bagian kanan sepeda, dia menyediakan kotak amal bertuliskan, “Sentuhan Hati”.
Mbah Untung juga menuliskan papan di bagian depan dan belakang sepedanya. Papan dari triplek di bagian depan bertuliskan, “Keliling Nusantara, Mohon Dukungan dan Partisipasinya. Mbah Untung Jogjakarta PP”. Papan di bagian belakang juga bertuliskan, “Keliling Nusantara (Indonesia). Mohon Dukungan dan Partisipasinya. Rute: Jawa-Bali-Madura-Sumatera-Bangka-Sulawesi-Kalimantan-Papua-Leste-Sabang-Merauke. PP”. Pada papan itu, dia juga mencatumkan nomor telepon.
Saaat ditemui Jawa Pos Radar Bali di pinggir jalan, Mbah Untung mengaku hendak mencari Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum (SPBU) Sakah. “Saya mau cari tempat mandi, makanya saya jalan kaki biar tidak kelewatan,” ujar Mbah Untung.
Kata Mbah Untung, selama perjalan ngontel dari Jogjakarta ke Bali ini cukup melalahkan.
“Ya pasti capek, tapi demi membela negara demi NKRI. Ini sudah tekad saya dan jadi target saya,” ujar pria yang kesehariannya sebagai wiraswasta itu.
Kata dia, tujuan berkeliling Indonesia menggunakan sepeda itu sudah dilakoni sejak 6 tahun terakhir.
“Saya melakukan ini sudah enam periode, selama enam tahun,” jelasnya.
Pada perjalanan sebelumnya, dia menjelajah Indonesia Barat. “Saya baru pulang dari Aceh. Nah, untuk periode ini, saya ke Indonesia bagian Timur. Sekarang ini tujuan saya ke Lombok,” terangnya.
Sebagai bagian dari keluarga Ikatan Anak Rantau Gunungkidul (IKARAGIL), Mbah Untung selalu berkunjung ke rumah anak rantau di kota yang dia kunjungi.
“Saya dari Jogja ke Bali ini dalam waktu sebulan. Tapi sampai di Gilimanuk, saya menginap di rumah keluarga IKARAGIL dulu seminggu, baru lanjutkan perjalanan ini ke Padangbai (Karangasem, red),” jelasnya.
Mbah Untung sengaja mencari jalur kota untuk menemui keluarga anak rantau tersebut.
Bahkan, di tengah perjalannya, Mbah Untung bertemu dengan sesama anak rantau.
Dia diberi bekal minuman. Bahkan, apabila bertemu dengan komunitas sepeda, Mbah Untung dihadiahi bendera sebagai kenang-kenangan.
“Benderanya langsung saya gantung di tiang belakang sepeda saya,” ujar pria yang sudah ditinggal meninggal dunia oleh istrinya itu.
Selama menempuh perjalanan, pria yang tidak punya anak itu akan beristirahat di manapun.
“Asal sudah gelap, saya cari tempat yang kiranya aman. Kalau malam istirahat total. Saya bisa tidur di emperan toko, dimana saja,” ungkapnya.
Diakui, selama perjalanan, dia sempat mengalami beberapa kendala. Mulai dari ban bocor. “Di Malang, saya sempat ganti ban. Syukur sampai di Bali masih aman,” ujarnya sambil memperlihatkan ban baru itu.
Selanjutnya, di Situbondo, dia bertemu dengan begal. “Tas saya berisi surat-surat, surat jalan dan lainnya diambil. Juga berisi uang diambil sama anak-anak nakal,” keluhnya.
Beruntung, Mbah Untung mendapat perhatian dari komunitas sepeda, sehingga bisa melanjutkan perjalanan kembali ke Bali.
“Kalau di Bali belum pernah kejadian. Saya tidur malam di jalan, tidak apa-apa, tidak ada ganggu,” ungkapnya.
Kepada orang-orang yang ditemui, Mbah Untung pun memohon dua restu supaya sukses dalam perjalanannya.
Selaian itu, selama perjalanannya, Mbah Untung mengaku tidak punya batas waktu.
“Saya tidak pakai waktu tempuh, karena ini bukan motor. Kalau capek, saya istirahat di jalan. Yang penting saya sampai di tujuan,” tukasnya. (*)