27.1 C
Jakarta
22 November 2024, 2:13 AM WIB

Caru Memakai Sapi, Kera Hitam hingga Kura-Kura

Setelah 66 tahun, Desa Pakraman Sukaluwih, Amerta Bhuana, Selat, Karangasem,  akan menggelar ritual khusus.

Upacara itu adalah Karya Agung Ngenteg Linggih, Mungkah lan Mepedagingan di Pura Dalem, Pura Pakel, dan Pura Prajapati, Desa Pakraman Sukaluwih. Sejumlah sarana pun disiapkan.

 

WAYAN PUTRA, Amlapura

INI seperti dituturkan Bendesa adat Sukaluwih, I Kadek Sudarmanta. Dia  didamping Ketua Panitia Karya I Nengah Sikiarta, kemarin (20/7).

Menurutnya, karya yang sama terakhir digelar tahun 1951 silam, zaman Bung Karno. Berarti  sudah sekitar 66 tahun lalu.

Dituturkan, perhelatan spesial ini baru digelar lagi  setelah puluhan tahun lewat. Dan, untuk ini sebelumnya juga telah dilakukan sejumlah pemugaran terhadap beberapa pelinggih.

Bahkan, untuk pemugaran menghabiskan dana sekitar Rp 2,5 miliar. Ini karena hampir semua pelinggih yang dipugar diganti dengan menggunakan batu selem (hitam)  atau batu tabas Karangasem.

Sementara untuk anggaran karya kali ini akan menghabiskan dana tak kurang Rp 800 juta di luar pemugaran pelinggih.

Selain di Pura Dalem, karya yang sama juga dihelat di Pura Pakel dan Pura Prajapati. Ketiga Pura ini memang terkait dengan Pura Dalem, Sukaluwih.

Pura Pakel sendiri diyakni merupalan standa Dewi Uma yang juga saksi dari Dewa Siwa. Sementara di Pura Prajapati berstana  Dewi Durga yang juga merupakan perwujudan lain dari Dewi Uma. Pura Dalem sendiri ber-stana (tempat semayam) Dewa Siwa.

Untuk karya di Pura Dalem sendiri puncaknya akan digelar hari Rabu Wage Klau,  2 Agustus mendatang. Sementara untuk karya di Pura Pakel dan Prajapati puncaknya dilakukan Kamis kemarin (20/7).

Terkait  itu semua, untuk sarana caru (persembahan) nanti akan menggunakan sapi dan sejumlah hewan langka. Seperti petu (kera hitam), empas (kura-kura) dan juga berbagai jenis hewan caru lain.

Biaya upacara kali ini bersumber dari iuran warga Rp 1,5 juta per KK. Sementara itu Desa Pakraman Sukaluwih ada 240 KK.

Ada juga 50 KK krama Sukaluwih yang merantau di luar dan juga dikenakan Rp 750 ribu per KK. Khusus untuk pembangunan pura dipungut biaya Rp 120 ribu per tahun.

Upacara ini telah dipersiapkan sejak tiga bulan lalu. Di antaranya diawali dengan nancep tetaring dan membuat tempat upacara serta sarana upakara lain.

Sedangkan nunas tirta akan dilakukan 28 Juli mendatang dan melasti pada 26 Juli di Segara Buitan, Manggis. sementara pepepada akan dilakukan hari ini untuk menyucikan sarana caru.

Ritual karya di Pura Pakel kemarin berlangsung hikmat. Ribuan warga Desa datang untuk melakukan persembahyangan bersama. Upacara dipuput Ida Pedanda Gede dari Geria Suci, Lusuh, Selat, Karangasem.

Upacara dilakukan dengan mendem pedagingan dan diakhiri dengan ngerarung (membuang persembahan).

Dari sana kemudian dilakukan Upacara yang sama di Pura Prajapati. Sementara itu untuk ritual odalan di Pura Pakel sendiri digelar setiap enam bulan sekali. Yakni, setiap Buda Wage Klau.

Sementara itu pada puncak karya nanti pihak panpel juga mengundang upasaksi dari pemerintah. Yakni Wagub Bali Ketut Sudikerta, Bupati Karangasem IGA Mas Sumatri, DPRD Karangasem I Nengah Sumardi.

“Kami berharap kehadiran beliau dari pemerintahan provinsi dan juga Pemkab  Karangasem sebagai upasaksi pada puncak nanti,” ujar Ketua Panpel Sikiarta diamini panpel lainya I Wayan Suara Arsana dan juga Wayan Sekep Ariana.

Setelah 66 tahun, Desa Pakraman Sukaluwih, Amerta Bhuana, Selat, Karangasem,  akan menggelar ritual khusus.

Upacara itu adalah Karya Agung Ngenteg Linggih, Mungkah lan Mepedagingan di Pura Dalem, Pura Pakel, dan Pura Prajapati, Desa Pakraman Sukaluwih. Sejumlah sarana pun disiapkan.

 

WAYAN PUTRA, Amlapura

INI seperti dituturkan Bendesa adat Sukaluwih, I Kadek Sudarmanta. Dia  didamping Ketua Panitia Karya I Nengah Sikiarta, kemarin (20/7).

Menurutnya, karya yang sama terakhir digelar tahun 1951 silam, zaman Bung Karno. Berarti  sudah sekitar 66 tahun lalu.

Dituturkan, perhelatan spesial ini baru digelar lagi  setelah puluhan tahun lewat. Dan, untuk ini sebelumnya juga telah dilakukan sejumlah pemugaran terhadap beberapa pelinggih.

Bahkan, untuk pemugaran menghabiskan dana sekitar Rp 2,5 miliar. Ini karena hampir semua pelinggih yang dipugar diganti dengan menggunakan batu selem (hitam)  atau batu tabas Karangasem.

Sementara untuk anggaran karya kali ini akan menghabiskan dana tak kurang Rp 800 juta di luar pemugaran pelinggih.

Selain di Pura Dalem, karya yang sama juga dihelat di Pura Pakel dan Pura Prajapati. Ketiga Pura ini memang terkait dengan Pura Dalem, Sukaluwih.

Pura Pakel sendiri diyakni merupalan standa Dewi Uma yang juga saksi dari Dewa Siwa. Sementara di Pura Prajapati berstana  Dewi Durga yang juga merupakan perwujudan lain dari Dewi Uma. Pura Dalem sendiri ber-stana (tempat semayam) Dewa Siwa.

Untuk karya di Pura Dalem sendiri puncaknya akan digelar hari Rabu Wage Klau,  2 Agustus mendatang. Sementara untuk karya di Pura Pakel dan Prajapati puncaknya dilakukan Kamis kemarin (20/7).

Terkait  itu semua, untuk sarana caru (persembahan) nanti akan menggunakan sapi dan sejumlah hewan langka. Seperti petu (kera hitam), empas (kura-kura) dan juga berbagai jenis hewan caru lain.

Biaya upacara kali ini bersumber dari iuran warga Rp 1,5 juta per KK. Sementara itu Desa Pakraman Sukaluwih ada 240 KK.

Ada juga 50 KK krama Sukaluwih yang merantau di luar dan juga dikenakan Rp 750 ribu per KK. Khusus untuk pembangunan pura dipungut biaya Rp 120 ribu per tahun.

Upacara ini telah dipersiapkan sejak tiga bulan lalu. Di antaranya diawali dengan nancep tetaring dan membuat tempat upacara serta sarana upakara lain.

Sedangkan nunas tirta akan dilakukan 28 Juli mendatang dan melasti pada 26 Juli di Segara Buitan, Manggis. sementara pepepada akan dilakukan hari ini untuk menyucikan sarana caru.

Ritual karya di Pura Pakel kemarin berlangsung hikmat. Ribuan warga Desa datang untuk melakukan persembahyangan bersama. Upacara dipuput Ida Pedanda Gede dari Geria Suci, Lusuh, Selat, Karangasem.

Upacara dilakukan dengan mendem pedagingan dan diakhiri dengan ngerarung (membuang persembahan).

Dari sana kemudian dilakukan Upacara yang sama di Pura Prajapati. Sementara itu untuk ritual odalan di Pura Pakel sendiri digelar setiap enam bulan sekali. Yakni, setiap Buda Wage Klau.

Sementara itu pada puncak karya nanti pihak panpel juga mengundang upasaksi dari pemerintah. Yakni Wagub Bali Ketut Sudikerta, Bupati Karangasem IGA Mas Sumatri, DPRD Karangasem I Nengah Sumardi.

“Kami berharap kehadiran beliau dari pemerintahan provinsi dan juga Pemkab  Karangasem sebagai upasaksi pada puncak nanti,” ujar Ketua Panpel Sikiarta diamini panpel lainya I Wayan Suara Arsana dan juga Wayan Sekep Ariana.

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/