DENPASAR – Partai Hati Nurani Rakyat (Hanura) paling banyak “ditinggalkan” menyongsong Pemilu 2019.
Dari 19 legislator atau anggota DPR RI aktif alias petahana yang “loncat pagar” dan “ganti baju”, Hanura menyumbang 8 orang.
Seluruh petahana partai besutan Wiranto itu diketahui mendaftar sebagai calon legislatif dari partai politik lain.
Tak tanggung-tanggung dalam waktu dekat mereka akan meninggalkan kursi Senayan; menyisakan setahun masa jabatan.
Partai Nasional Demokrat (NasDem) menjadi pilihan lima orang petahana Hanura, dua orang ke Partai Amanat Nasional (PAN), dan satu orang hijrah ke PDI Perjuangan.
Menariknya, satu di antaranya nyaleg lewat NasDem daerah pemilihan (dapil) Bali, yakni Rufinus Hotmaulana Hutauruk.
Sang petahana merupakan incumbent DPR RI Partai Hanura dapil Sumatera Utara. Rufinus Hotmaulana Hutauruk mengaku berpegang pada hasil survei sejumlah lembaga yang menyebut tanda-tanda Hanura tidak lolos ke parlemen.
Dalam berbagai survei tersebut perolehan suara Hanura disebut masih jauh dari syarat ambang batas lolos ke parlemen alias parliamentary threshold sebesar 4 persen.
Tak sekadar ngecap. Pernyataan Rufinus ternyata didukung survei yang dilakukan Pusat Penelitian Politik Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI)
terkait elektabilitas parpol di atas empat persen ambang batas parlemen yang menyebut Hanura diprediksi tak dapat kursi di DPR periode 2019-2024.
Survei dilaksanakan pada 19 April sampai 5 Mei 2018 dengan wawancara tatap muka. Survei memiliki responden 2100 orang yang diambil
dengan metode multistage random sampling. Margin of error survei sebesar kurang lebih 2,14 persen pada tingkat kepercayaan 95 persen.
Merespons hal tersebut, Wakil Ketua Umum Partai Hanura, I Gede Pasek Suardika (GPS) mengatakan parliamentary threshold sebesar 4 persen bukan masalah bagi Hanura.
“Selama ini feeling politik saya sering tepat. Parliamentary threshold 4 persen itu bukan masalah karena Hanura pernah meraih 5,26 persen,” ucap GPS.
Kepada Jawa Pos Radar Bali, GPS mengaku maju DPR RI lewat Hanura dengan keyakinan penuh parpol tersebut akan menjadi pilihan yang luar biasa bagi rakyat.
Menurutnya, pencanangan tagline Bangun Nusantara sangat senafas dengan kerinduan masyarakat Indonesia saat ini.
“Kami sangat senang dengan banyaknya partai yang tidak percaya diri sehingga membajak politisi dalam bursa transfer gila-gilaan.
Makin membuktikan hanya Hanura yang tampil lewat figur muda dan perempuan. Kami membuat strategi yang diyakini akan mengejutkan dan mengagetkan,” tandasnya.
Sebagai Ketua Bapilu Pusat, GPS mengklaim sudah melakukan berbagai riset dan kajian yang tinggal menunggu diimplementasikan dalam bentuk program.
“Pertandingan politik sebenarnya itu di 2019 dan bukan di lembaga survei, tetapi di rakyat. Caleg juga kan belum bekerja,” tandasnya.
Terkait 8 Legislator Hanura yang “hijrah” dan nyaleg dari parpol lain kembali GPS menjawab hal itu bukan masalah.
“Nggak apa-apa. Partai yang baik melahirkan figur- figur baru yang fresh. Rakyat pasti lebih senang punya wakil rakyat yang fresh dibandingkan wakil rakyat yang tidak percaya diri.
Apalagi hanya mau cari selamat sendiri,” tegas mantan Ketua DPP Partai Demokrat Divisi Komunikasi Publik itu.
Khusus Rufinus Hotmaulana Hutauruk yang nyaleg dari Bali, GPS mengaku senang. “Kan Beliau dulu di Sumut dan menurut informasi tidak pernah merawat dapil sehingga hijrah ke Bali. Ya di Bali sifatnya kan adu peruntungan saja,” sindirnya.