25.2 C
Jakarta
20 November 2024, 0:42 AM WIB

Bermula dari Hobi Tanaman Kaktus, Jualan Meroket di Tengah Pandemi

Kesukaan pada tanaman kaktus sejak tiga lalu usai tamat pada perguruan tinggi tak sia-sia. I Made Wisnawa yang kini sebagai guru kontrak di salah satu SMA Negeri Banjar ketiban rezeki. Usaha tanaman kaktus laris terjual di ditengah pandemi Covid-19.

 

JULIADI, Banjar

BEBERAPA kali Jawa Pos Radar Bali menanyakan lokasi rumah I Made Wisnawa melalui sambungan via telepon.

Pasalnya tak ada papan plang nama penjual kaktus sebagai petunjuk di pinggir Jalan Raya Singaraja-Seririt. Beruntung salah seorang anak menunjukkan lokasi rumah anak muda yang berbisnis kaktus tersebut.

“Ikuti saja jalan setapak sawah ini, nanti ketemu rumah dari I Made Wisnawa,” kata anak tersebut sambil menunjukkan arah jalan.

Benar saja Jawa Pos Radar Bali ini akhirnya menemukan rumah dari anak muda yang menggeluti bisnis tanaman kaktus itu.

“Biasanya kerap kali kesasar pembeli kaktus untuk menuju rumah saya. Karena tidak ada papan plang nama penjual kaktus

di Jalan Raya Singaraja-Seririt,” ucapnya menyapa Jawa Pos Radar Bali ketika bertandang ke rumah guru kontrak Bahasa Bali ini.

Kendati sempat kesulitan menemukan kediaman dari pria yang akrab disapa Wisnawa, namun deretan kaktus yang terpajang di halaman rumah Wisnawa di Banjar Dinas Pegayaman, Desa Temukus, Banjar serasa sudah terbayar.

Di teras halaman depan rumah berbagai jenis kaktus penghias rumah tanaman kering. Mulai dari kaktus orang tua, kaktus ulir, kaktus golden barelel atau gentong emas, kaktus bambu cina dan berbagai jenis tanaman kaktus lainnya.

Selain itu beberapa jenis tanaman kaktus lainnya dipajang di rak bunga. “Kaktus-kaktus ini ada usia sudah 15 tahun.

Kalau mulai menggeluti bisnis kaktus sudah tiga tahun yang lalu, usai tamat kuliah di Undiksha,” ujar Wisnawa mulai menceritakan bisnis tanaman kaktus miliknya.

Sebenarnya usaha tanaman kaktus bermula dari hobi menanam kaktus. Kemudian ada teman yang berhasil usaha kaktus akhirnya dirinya kepincut untuk menekuni berjualan tanaman kaktus.

Selain itu yang membuat dia tertarik karena kesibukan sebagai seorang guru kontrak yang mengajar di 9 sekolah.

“Hitung-hitung untuk menambah penghasilan, Sehingga harus memilih tanaman kaktus yang bisa saya pelihara namun tidak banyak memakan waktu,” ungkap pria berusia 26 tahun ini.

Awalnya ribet untuk mengembangbiakkan tanaman kaktus. Dari 20 tanaman kaktus yang dia beli didatangkan dari luar Bali. Hanya 10 buah tanaman kaktus yang hidup.

Namun, perlahan demi perlahan, karena hobi dengan tanaman kaktus harus belajar banyak. Mulai dari sisi pemeliharaan hingga dapat dikembangkan menjadi sebuah bibit kaktus.

Pengetahuan menanam kaktus diantaranya dari penjual kaktus secara langsung, juga belajar dari youtube dan pengalaman pribadi.

Mulai dari media tanam yang digunakan, cara pemeliharaan tanaman kaktus sampai dengan bagaimana melakukan pembibitan tanaman kaktus. Akhirnya berhasil sampai saat ini.

“Kalau modal saya awal dulunya tak banyak Rp 100 ribu. Modal tanaman kaktus ini berputar-berputar hingga berkembang seperti sekarang ini,” ucap pria yang mengajar sebagai guru kontrak di SMAN 2 Banjar.

Dia mengaku mulai melonjak penjualan kaktus dari bulan April lalu. Adanya pemberlakukan work from home (WFH) oleh pemerintah membuat banyak masyarakat yang mengisi waktu di rumah dengan memelihara tanaman hias.

Sehingga penjualan tanaman kaktus meningkat drastis. Bahkan, tanaman kaktus mulai ngetren digemari oleh banyak orang, khususnya bagi para pecinta tanaman hias kering rumahan.

Rata-rata setiap bulan 100 biji tanaman kaktus terjual. Kemudian jenis kaktus yang paling diburu kaktus lokal dengan jenis kaktus bulat.

Sedangkan sebelum pandemi Covid-19 paling terjual rata 10 sampai 20 kaktus setiap bulannya. “Untuk harga tanaman kaktus mulai dari kisaran Rp 5-150 ribu. Khusus tanaman kaktus kolektor harganya tembus mencapai jutaan rupiah,” tuturnya.

Selain dijual, ada juga kaktus yang khusus sebagai tanaman hias dipakai pada ruang-ruang perkantoran yang dikontrak oleh kantor pemerintahan.

“Jadi, kami sistemnya kontrak, dimana tanaman kaktus dikontrak dengan masa waktu tertentu oleh perkantoran.

Tetapi, kami yang melakukan proses pemeliharaan. Biasanya tanaman kaktus sebagai penghias ruang-ruang pelayanan kantor,” ungkapnya.

Berbagai jenis tanaman kaktus saat ini sudah mencapai 50 jenis. Dikatakan Wisnawa, tanaman kaktus dia dapat selain datang dari luar negeri.

Seperti kaktus bambu dari negeri Cina dan tanaman kaktus lainnya dari Thailand. Kemudian tanaman kaktus juga ada yang datang dari Bukit Tinggi Padang, Bandung, Malang dan daerah Jawa lainnya.

Wisnawa menambahkan, dengan pesatnya perkembangan teknologi saat ini, penjualan tidak hanya offline, tapi juga online.

“Kami juga melayani dengan cara langsung antar kepada pembeli. Pembeli kaktus tidak hanya datang dari Buleleng. Melainkan juga berasal dari Tabanan, Denpasar dan Badung,” pungkasnya.(*)   

 

 

Kesukaan pada tanaman kaktus sejak tiga lalu usai tamat pada perguruan tinggi tak sia-sia. I Made Wisnawa yang kini sebagai guru kontrak di salah satu SMA Negeri Banjar ketiban rezeki. Usaha tanaman kaktus laris terjual di ditengah pandemi Covid-19.

 

JULIADI, Banjar

BEBERAPA kali Jawa Pos Radar Bali menanyakan lokasi rumah I Made Wisnawa melalui sambungan via telepon.

Pasalnya tak ada papan plang nama penjual kaktus sebagai petunjuk di pinggir Jalan Raya Singaraja-Seririt. Beruntung salah seorang anak menunjukkan lokasi rumah anak muda yang berbisnis kaktus tersebut.

“Ikuti saja jalan setapak sawah ini, nanti ketemu rumah dari I Made Wisnawa,” kata anak tersebut sambil menunjukkan arah jalan.

Benar saja Jawa Pos Radar Bali ini akhirnya menemukan rumah dari anak muda yang menggeluti bisnis tanaman kaktus itu.

“Biasanya kerap kali kesasar pembeli kaktus untuk menuju rumah saya. Karena tidak ada papan plang nama penjual kaktus

di Jalan Raya Singaraja-Seririt,” ucapnya menyapa Jawa Pos Radar Bali ketika bertandang ke rumah guru kontrak Bahasa Bali ini.

Kendati sempat kesulitan menemukan kediaman dari pria yang akrab disapa Wisnawa, namun deretan kaktus yang terpajang di halaman rumah Wisnawa di Banjar Dinas Pegayaman, Desa Temukus, Banjar serasa sudah terbayar.

Di teras halaman depan rumah berbagai jenis kaktus penghias rumah tanaman kering. Mulai dari kaktus orang tua, kaktus ulir, kaktus golden barelel atau gentong emas, kaktus bambu cina dan berbagai jenis tanaman kaktus lainnya.

Selain itu beberapa jenis tanaman kaktus lainnya dipajang di rak bunga. “Kaktus-kaktus ini ada usia sudah 15 tahun.

Kalau mulai menggeluti bisnis kaktus sudah tiga tahun yang lalu, usai tamat kuliah di Undiksha,” ujar Wisnawa mulai menceritakan bisnis tanaman kaktus miliknya.

Sebenarnya usaha tanaman kaktus bermula dari hobi menanam kaktus. Kemudian ada teman yang berhasil usaha kaktus akhirnya dirinya kepincut untuk menekuni berjualan tanaman kaktus.

Selain itu yang membuat dia tertarik karena kesibukan sebagai seorang guru kontrak yang mengajar di 9 sekolah.

“Hitung-hitung untuk menambah penghasilan, Sehingga harus memilih tanaman kaktus yang bisa saya pelihara namun tidak banyak memakan waktu,” ungkap pria berusia 26 tahun ini.

Awalnya ribet untuk mengembangbiakkan tanaman kaktus. Dari 20 tanaman kaktus yang dia beli didatangkan dari luar Bali. Hanya 10 buah tanaman kaktus yang hidup.

Namun, perlahan demi perlahan, karena hobi dengan tanaman kaktus harus belajar banyak. Mulai dari sisi pemeliharaan hingga dapat dikembangkan menjadi sebuah bibit kaktus.

Pengetahuan menanam kaktus diantaranya dari penjual kaktus secara langsung, juga belajar dari youtube dan pengalaman pribadi.

Mulai dari media tanam yang digunakan, cara pemeliharaan tanaman kaktus sampai dengan bagaimana melakukan pembibitan tanaman kaktus. Akhirnya berhasil sampai saat ini.

“Kalau modal saya awal dulunya tak banyak Rp 100 ribu. Modal tanaman kaktus ini berputar-berputar hingga berkembang seperti sekarang ini,” ucap pria yang mengajar sebagai guru kontrak di SMAN 2 Banjar.

Dia mengaku mulai melonjak penjualan kaktus dari bulan April lalu. Adanya pemberlakukan work from home (WFH) oleh pemerintah membuat banyak masyarakat yang mengisi waktu di rumah dengan memelihara tanaman hias.

Sehingga penjualan tanaman kaktus meningkat drastis. Bahkan, tanaman kaktus mulai ngetren digemari oleh banyak orang, khususnya bagi para pecinta tanaman hias kering rumahan.

Rata-rata setiap bulan 100 biji tanaman kaktus terjual. Kemudian jenis kaktus yang paling diburu kaktus lokal dengan jenis kaktus bulat.

Sedangkan sebelum pandemi Covid-19 paling terjual rata 10 sampai 20 kaktus setiap bulannya. “Untuk harga tanaman kaktus mulai dari kisaran Rp 5-150 ribu. Khusus tanaman kaktus kolektor harganya tembus mencapai jutaan rupiah,” tuturnya.

Selain dijual, ada juga kaktus yang khusus sebagai tanaman hias dipakai pada ruang-ruang perkantoran yang dikontrak oleh kantor pemerintahan.

“Jadi, kami sistemnya kontrak, dimana tanaman kaktus dikontrak dengan masa waktu tertentu oleh perkantoran.

Tetapi, kami yang melakukan proses pemeliharaan. Biasanya tanaman kaktus sebagai penghias ruang-ruang pelayanan kantor,” ungkapnya.

Berbagai jenis tanaman kaktus saat ini sudah mencapai 50 jenis. Dikatakan Wisnawa, tanaman kaktus dia dapat selain datang dari luar negeri.

Seperti kaktus bambu dari negeri Cina dan tanaman kaktus lainnya dari Thailand. Kemudian tanaman kaktus juga ada yang datang dari Bukit Tinggi Padang, Bandung, Malang dan daerah Jawa lainnya.

Wisnawa menambahkan, dengan pesatnya perkembangan teknologi saat ini, penjualan tidak hanya offline, tapi juga online.

“Kami juga melayani dengan cara langsung antar kepada pembeli. Pembeli kaktus tidak hanya datang dari Buleleng. Melainkan juga berasal dari Tabanan, Denpasar dan Badung,” pungkasnya.(*)   

 

 

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/