29.2 C
Jakarta
30 April 2024, 2:47 AM WIB

Pandai Merias Wajah, Transaksi Pakai Bahasa Isyarat

Yayasan Bhakti Senang Hati yang bermarkas di Banjar Teruna, Desa Siangan, Kecamatan Gianyar membina penyandang disabilitas untuk membuka usaha.

Lokasi salon itu persis di pinggir jalan raya Siangan di sebelah pintu masuk yayasan. Meski bisu dan tuli, namun mereka pandai merias wajah hingga memasang sanggul.

 

 

IB INDRA PRASETIA, Gianyar

SALON kecantikan itu berdiri di sebuah bangunan toko. Layaknya salon pada umumnya, salon ini juga melayani berbagai macam.

Mulai potong rambut, cuci rambut, perawatan wajah, merias wajah, mesanggul dan massage atau pijat. Bedanya, tenaga salon adalah penyandang disabilitas.

Ketua Yayasan, I Nyoman Sukadana, menyatakan tenaga salon saat ini terdiri dari dua penyandang disabilitas.

Yang pertama, tenaga ahli pijat. Satu lagi terampil merias wajah, potong rambut maupun melayani perawatan rambut dan wajah lainnya.

Bahkan, sebelum peresmian salon itu pada Kamis lalu (19/9) Dewa Ayu Putri, 36, sejak setahun terakhir sudah biasa merias ibu-ibu PKK masyarakat sekitar.

“Dulu dipanggil untuk merias ke rumah atau di yayasan. Sekarang sudah ada salon, merias bisa disini,” jelas Sukadana.

Meski dalam keterbatasan, Dewa Ayu Putri memiliki kelebihan yang patut diacungi jempol. “Awalnya untuk pemberdayaan,

apa yang menjadi kesukaannya kita arahkan. Dewa Ayu ini sudah cukup sering ikut pelatihan merias dan sudah punya sertifikat,” jelasnya.

Para pelanggan, diakui masih berasal dari masyarakat sekitar. Menurutnya, usaha salon ini akan digandrungi mengingat lokasinya strategis dipinggir jalan raya.

Sementara itu, Dewa Ayu Putri, sejak kecil suka merias. Namun terkendala karena kondisinya yang sulit mendengar dan sulit berbicara.

Beruntung, setelah bergabung dengan Yayasan bakatnya ini bisa disalurkan. “Awalnya suka menari, lalu ingin merias wajah sendiri dan jadi tertarik untuk merias wajah orang lain,” ujar perempuan lajang itu dengan nada terbata-bata.

Perempuan asal Banjar Tengah Desa/Kecamatan Tampaksiring itu mengalami bisu tuli sejak masih kecil. Dia pun tak tahu persis apa penyebabnya, padahal kedua orangtuanya normal.

Dewa Ayu merupakan anak tunggal dari Dewa Putu Raka dan Desak Putu Alit yang sehari-hari bekerja sebagai buruh harian lepas.

“Baru diresmikan kemarin, supaya pas momentumnya saat HUT yayasan,” ujar Dewa Ayu Putri melalui Nyoman Sukadana.

Sukadana menambahkan, lantaran bisu tuli, jadi transaksi pun dilakukan menggunakan bahasa isyarat. Pelanggan yang dirias pun sudah paham dan memakluminya.

“Misalnya tangannya mengacungkan lima. Itu artinya Rp 50 ribu ongkos salonnya,” imbuh Sukadana.

Selain bisu tuli, Dewa Ayu Putri saat ini sedang berjuang untuk sembuh dari penyakit tumor payudara yang diderita sejak 8 tahun lalu. Dia sudah beberapa kali di operasi. Dan terakhir kali dirawat sekitar 6 bulan lalu. (*)

Yayasan Bhakti Senang Hati yang bermarkas di Banjar Teruna, Desa Siangan, Kecamatan Gianyar membina penyandang disabilitas untuk membuka usaha.

Lokasi salon itu persis di pinggir jalan raya Siangan di sebelah pintu masuk yayasan. Meski bisu dan tuli, namun mereka pandai merias wajah hingga memasang sanggul.

 

 

IB INDRA PRASETIA, Gianyar

SALON kecantikan itu berdiri di sebuah bangunan toko. Layaknya salon pada umumnya, salon ini juga melayani berbagai macam.

Mulai potong rambut, cuci rambut, perawatan wajah, merias wajah, mesanggul dan massage atau pijat. Bedanya, tenaga salon adalah penyandang disabilitas.

Ketua Yayasan, I Nyoman Sukadana, menyatakan tenaga salon saat ini terdiri dari dua penyandang disabilitas.

Yang pertama, tenaga ahli pijat. Satu lagi terampil merias wajah, potong rambut maupun melayani perawatan rambut dan wajah lainnya.

Bahkan, sebelum peresmian salon itu pada Kamis lalu (19/9) Dewa Ayu Putri, 36, sejak setahun terakhir sudah biasa merias ibu-ibu PKK masyarakat sekitar.

“Dulu dipanggil untuk merias ke rumah atau di yayasan. Sekarang sudah ada salon, merias bisa disini,” jelas Sukadana.

Meski dalam keterbatasan, Dewa Ayu Putri memiliki kelebihan yang patut diacungi jempol. “Awalnya untuk pemberdayaan,

apa yang menjadi kesukaannya kita arahkan. Dewa Ayu ini sudah cukup sering ikut pelatihan merias dan sudah punya sertifikat,” jelasnya.

Para pelanggan, diakui masih berasal dari masyarakat sekitar. Menurutnya, usaha salon ini akan digandrungi mengingat lokasinya strategis dipinggir jalan raya.

Sementara itu, Dewa Ayu Putri, sejak kecil suka merias. Namun terkendala karena kondisinya yang sulit mendengar dan sulit berbicara.

Beruntung, setelah bergabung dengan Yayasan bakatnya ini bisa disalurkan. “Awalnya suka menari, lalu ingin merias wajah sendiri dan jadi tertarik untuk merias wajah orang lain,” ujar perempuan lajang itu dengan nada terbata-bata.

Perempuan asal Banjar Tengah Desa/Kecamatan Tampaksiring itu mengalami bisu tuli sejak masih kecil. Dia pun tak tahu persis apa penyebabnya, padahal kedua orangtuanya normal.

Dewa Ayu merupakan anak tunggal dari Dewa Putu Raka dan Desak Putu Alit yang sehari-hari bekerja sebagai buruh harian lepas.

“Baru diresmikan kemarin, supaya pas momentumnya saat HUT yayasan,” ujar Dewa Ayu Putri melalui Nyoman Sukadana.

Sukadana menambahkan, lantaran bisu tuli, jadi transaksi pun dilakukan menggunakan bahasa isyarat. Pelanggan yang dirias pun sudah paham dan memakluminya.

“Misalnya tangannya mengacungkan lima. Itu artinya Rp 50 ribu ongkos salonnya,” imbuh Sukadana.

Selain bisu tuli, Dewa Ayu Putri saat ini sedang berjuang untuk sembuh dari penyakit tumor payudara yang diderita sejak 8 tahun lalu. Dia sudah beberapa kali di operasi. Dan terakhir kali dirawat sekitar 6 bulan lalu. (*)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/