25.2 C
Jakarta
22 November 2024, 7:17 AM WIB

Dauh Wijana Ngaku Legowo, Tagel Tuding Ada Pengembosan Oknum Penguasa

Meski sempat duduk sebagai anggota dewan di DPRD Bali, nasib kurang mujur dialami dua calon legislative (caleg) petahana yakni Made Dauh Wijana (Partai Golkar) dan Wayan Tagel Arjana (Partai Gerindra) saat Pileg 2019 lalu.

 

Versi hitung cepat, keduanya pun berpeluang tak lolos. Lalu seperti apa tanggapan mereka?

 

IB INDRA PRASETYA, Gianyar

 

Meski belum ada keputusan rapat pleno dari KPU Gianyar, caleg Petahana dari Partai Golkar Gianyar mengatakan legowo dengan hasil yang diperoleh.

 

“Kami sebagai caleg sudah berjuang menghabiskan tenaga, pikiran, dan waktu. Bahkan sejak enam bulan lalu saya juga sudah mulai turun ke masyarakat langsung,” ujar Dauh Wijana, Selasa (23/4).

 

Walau begitu, hasil akhirnya ternyata berbeda. “Sedangkan hasil pemilu yang masih proses pleno gambarannya sudah tampak. Mungkin kinerja saya belum diyakini dan sesuai keinginan masyarakat dan saya terima secara legowo,” terang politisi yang menjabat sebagai ketua DPD II Partai Golkar Gianyar itu.

 

Lebih lanjut, sebagai Pengganti Antar Waktu (PAW) dari Cokorda “Ibah” Kertyasa, Dauh merasa kinerjanya selama setahun terakhir ini belum terlihat.

 

“Mungkin memang masyarakat belum merasakan kinerja saya. Karena satu tahun sebagai pengganti antar waktu (PAW) Cok Ibah, belum dirasa cukup. Mulai dari mewakili dari kinerja atau apanya yang dinilai,” terangnya.

 

 

 

Sementara caleg petahana Wayan Tagel Arjana yang dikonfirmasi terpisah mengaku jika jebloknya perolehan suara saat pileg kali ini karena suaranya sengaja digembosi dan diintervensi oleh oknum penguasa.

 “Secara nyata buktinya terdapat sebuah surat yang menggambarkan intervensi pada salah satu banjar di Payangan. Inilah membuat masyarakat tidak bisa berekspresi secara bebas dalam pemilu tahun 2019 ini,” terangnya.

 

Meski begitu, Mengenai perolehan suara, dia belum mengetahui secara pasti karena menunggu dari hasil rapat pleno KPU Gianyar. Sedangkan dari data C1 yang diperoleh, banyak yang ambruradul.

 

“Untuk hasil pleno kami sudah turunkan tim dan menyebar di kecamatan untuk melakukan pengawasan. Kami akulmulasi jika ada data kurang akurat agar tidak salah dalam memberikan informasi,” jelasnya.

 

Untuk hasil akhir, dia akan menunggu hasil pleno. “Supaya kami legowo dan kepercayaan masyarakat tidak disalahartikan oleh jajaran yang ada,” tukasnya. 

Meski sempat duduk sebagai anggota dewan di DPRD Bali, nasib kurang mujur dialami dua calon legislative (caleg) petahana yakni Made Dauh Wijana (Partai Golkar) dan Wayan Tagel Arjana (Partai Gerindra) saat Pileg 2019 lalu.

 

Versi hitung cepat, keduanya pun berpeluang tak lolos. Lalu seperti apa tanggapan mereka?

 

IB INDRA PRASETYA, Gianyar

 

Meski belum ada keputusan rapat pleno dari KPU Gianyar, caleg Petahana dari Partai Golkar Gianyar mengatakan legowo dengan hasil yang diperoleh.

 

“Kami sebagai caleg sudah berjuang menghabiskan tenaga, pikiran, dan waktu. Bahkan sejak enam bulan lalu saya juga sudah mulai turun ke masyarakat langsung,” ujar Dauh Wijana, Selasa (23/4).

 

Walau begitu, hasil akhirnya ternyata berbeda. “Sedangkan hasil pemilu yang masih proses pleno gambarannya sudah tampak. Mungkin kinerja saya belum diyakini dan sesuai keinginan masyarakat dan saya terima secara legowo,” terang politisi yang menjabat sebagai ketua DPD II Partai Golkar Gianyar itu.

 

Lebih lanjut, sebagai Pengganti Antar Waktu (PAW) dari Cokorda “Ibah” Kertyasa, Dauh merasa kinerjanya selama setahun terakhir ini belum terlihat.

 

“Mungkin memang masyarakat belum merasakan kinerja saya. Karena satu tahun sebagai pengganti antar waktu (PAW) Cok Ibah, belum dirasa cukup. Mulai dari mewakili dari kinerja atau apanya yang dinilai,” terangnya.

 

 

 

Sementara caleg petahana Wayan Tagel Arjana yang dikonfirmasi terpisah mengaku jika jebloknya perolehan suara saat pileg kali ini karena suaranya sengaja digembosi dan diintervensi oleh oknum penguasa.

 “Secara nyata buktinya terdapat sebuah surat yang menggambarkan intervensi pada salah satu banjar di Payangan. Inilah membuat masyarakat tidak bisa berekspresi secara bebas dalam pemilu tahun 2019 ini,” terangnya.

 

Meski begitu, Mengenai perolehan suara, dia belum mengetahui secara pasti karena menunggu dari hasil rapat pleno KPU Gianyar. Sedangkan dari data C1 yang diperoleh, banyak yang ambruradul.

 

“Untuk hasil pleno kami sudah turunkan tim dan menyebar di kecamatan untuk melakukan pengawasan. Kami akulmulasi jika ada data kurang akurat agar tidak salah dalam memberikan informasi,” jelasnya.

 

Untuk hasil akhir, dia akan menunggu hasil pleno. “Supaya kami legowo dan kepercayaan masyarakat tidak disalahartikan oleh jajaran yang ada,” tukasnya. 

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/