DENPASAR – Noda hitam kembali mengancam perpolitikan tanah air. Pasalnya, 207 calon legislatif (caleg) bekas koruptor yang sesuai pernyataan terapis Dr. Michael Hurd
dalam tulisan berjudul “Why So Many Politicians are Crooks” paling siap “merampok” mendapat restu dari Mahkamah Agung (MA) untuk kembali jadi calon wakil rakyat.
Ironisnya, “politisi garong” ini diprediksi kembali terpilih. Modal kantong tebal disinyalir akan membuat mereka mampu mengelabuhi masyarakat dan dicoblos pada 17 April 2019 mendatang.
Merespons fenomena koruptor nyaleg, panglima hukum Togar Situmorang berkata, semua ditentukan oleh masyarakat Indonesia.
Bila ingin NKRI semakin kokoh dan memiliki masa depan cerah, caleg DPRD Provinsi Bali Partai Golkar nomor urut 7 itu mengatakan, masyarakat harus jujur pada hati nurani.
Khusus masyarakat Bali, pria bernama lengkap Togar Situmorang,S.H.,M.H.,M.A.P. itu menyebut, sederet nama bupati dan politisi yang dibui karena korupsi wajib jadi pelajaran bersama.
“Seharusnya kenyataan itu membuat masyarakat lebih kritis. Jangan mau dikibuli. Ini demi masa depan Bali. Bukan kepentingan sesaat,” tegasnya.
Menariknya, Togar menyebut ada sederet nama politisi Bali “bermasalah” yang kini kembali “merayu” masyarakat untuk mencoblosnya.
Karena itu, Togar mengajak seluruh elemen masyarakat Bali untuk menenggelamkan para caleg “cacat hukum” tersebut di Pemilu Legislatif (pileg) 2019 mendatang.
“Ini demi Bali kita. Saya harus berjuang demi Bali karena pulau indah ini telah memberikan saya segalanya. Kini saatnya saya mengabdi. Saatnya saya ngayah,” tegasnya.
Kenapa para caleg eks koruptor ini harus ditumpas? Togar menyebut mereka adalah gerombolan penjahat yang gigih mencari celah untuk mengakali peraturan, hukum, dan undang-undang.
Bila jadi wakil rakyat, Togar meyakini caleg-caleg ini akan siap kembali melakukan kongkalikong dengan para pengusaha kroni, mengakali anggaran, dan mengais-ngais selisih dari segala macam tender dan proyek.
“Sistem di negara kita belum ideal soal ini. Di Tiongkok 207 caleg eks koruptor itu tentu sudah ditembak mati. Tapi di negara kita malah masih bisa senyum-senyum.
Jadi, calon wakil rakyat pula. Intinya, masyarakat harus cerdas. Hati nurani jangan dijual murah hanya karena gelontoran bantuan uang (bansos) yang sejatinya adalah milik masyarakat selaku pembayar pajak,” tegas Togar.
Disinggung soal siapa saja caleg “bermasalah” di Bali, Togar menjawab singkat. Untuk mengecek hal itu dia mengajak
masyarakat menulis satu per satu nama caleg tersebut di mesin pencari google dan membubuhi kata tersangka di belakangnya.
Kata lain yang bisa diketik adalah kasus disertai nama lengkap caleg. “Simpel kok caranya. Silakan dicoba dan mari simak rekam jejak mereka.
Demi Bali jangan mau coba-coba. Apalagi mengingkari hati nurani. Jangan silau sama janji-janji mereka. Ayo tenggelamkan,” tegas pria murah senyum itu. (rba)