26.3 C
Jakarta
8 September 2024, 7:55 AM WIB

Buang Rasa Gengsi,Perajin Sandal Hotel Banting Stir Jadi Kuli Bangunan

Wabah Covid-19 yang melanda dunia berdampak luas. Itu dirasakan perajin sandal hotel, Gusti Putu Sriati.

Kini, lantaran sepi order, perempuan asal Desa Bona, Kecamatan Blahbatuh, tak putus asa. Dia banting stir jadi kuli bangunan.

 

IB INDRA PRASETIA, Gianyar

BAGI Gusti Putu Sriati, ledakan Bom Bali 2002 dan erupsi Gunung Agung 2017 silam tak seberapa pengaruhnya. Saat peristiwa itu terjadi, dirinya masih memproduksi pesanan sandal untuk keperluan hotel.

Namun, wabah Covid-19 dirasakannya sangat berbeda. Dunia mengunci diri, sehingga tak ada lagi ribuan turis yang lalu-lalang ke Bali. Bahkan aktivitas hotel juga terhenti.

Akibatnya, pesanan sandal hotel yang rutin dia lakukan, juga berhenti. “Saya 100 persen terdampak pandemik Covid-19.

Sejak bulan Februari berhenti total berproduksi,” ujar Gusti Putu Sriati saat memperoleh bantuan sembako dari Ketua Dekranasda di Pendopo Sekretariat Kantor PKK Gianyar kemarin.

Tak ada pilihan lain, untuk memenuhi kehidupan sehari-hari, profesi kuli bangunan diambil. Tanpa malu, itu demi menjadi tumpuan hidupnya.

“Agar bisa bertahan, saya sejak awal Maret lalu saya bekerja menjadi buruh bangunan. Mau bagaimana lagi, ini jalan satu-satunya untuk bertahan hidup,” tuturnya sedih.

Dia mengaku, saat ada orderan, sandal buatannya dikirim ke hotel langganan di Ubud, Jimbaran, Uluwatu bahkan sampai hotel di Karangasem.

Mirisnya, hotel yang juga kena dampak sampai ada yang belum bayar pesanannya. Ada pesanan bulan Februari hingga kini belum dibayar oleh hotel itu.

Yang membuatnya bingung adalah, bahan baku masih menumpuk di rumah. Tumpukan bahan itu berdasar kebiasaan pada bulan Maret biasanya tamu sedang ramai.

Sehingga dia juga sudah menyiapkan pesanan pre order untuk beberapa hotel. Namun kini semua menumpuk tidak bisa dijual.

“Saya tidak bisa menyalahkan pihak hotel. Karena mereka juga tidak beroperasi karena tidak ada tamu. Saya hanya bisa pasrah, semoga ini semua cepat berlalu,” pintanya penuh harap.

Gusti Putu Sriati berharap pemerintah bisa terus membantu berupa sembako. “Semoga setelah pandemik ini berlalu,

pemerintah maupun Dekranasda Kabupaten Gianyar tetap membantu agar mereka bisa bangkit dan berusaha kembali,” terangnya.

Sementara itu, Ketua Dewan Kerajinan Nasional Daerah (Dekranasda) Kabupaten Gianyar, Ida Ayu Surya Adnyani Mahayastra, menyerahkan sembako kepada 18 Industri Kecil Menengah (IKM) di Gianyar yang terdampak Covid-19.

“Musibah ini harus kita hadapi bersama. Kita tidak saling menyalahkan, musibah ini harus kita hadapi bersama agar cepat berlalu,” ujar Adnyani Mahayastra.

Dirinya juga menyadari, dengan adanya pandemik ini para pelaku IKM di Gianyar banyak yang terpuruk tidak bisa beroperasi lagi.

Banyak karyawan yang dirumahkan karena orderan sudah tidak ada. Hal ini tentu saja berdampak pada pada masalah sosial ekonomi mereka.

“Meskipun tidak banyak. Namun sedikit tidaknya dapat meringankan beban hidup mereka sehari-hari,” pungkasnya. (*)

 

Wabah Covid-19 yang melanda dunia berdampak luas. Itu dirasakan perajin sandal hotel, Gusti Putu Sriati.

Kini, lantaran sepi order, perempuan asal Desa Bona, Kecamatan Blahbatuh, tak putus asa. Dia banting stir jadi kuli bangunan.

 

IB INDRA PRASETIA, Gianyar

BAGI Gusti Putu Sriati, ledakan Bom Bali 2002 dan erupsi Gunung Agung 2017 silam tak seberapa pengaruhnya. Saat peristiwa itu terjadi, dirinya masih memproduksi pesanan sandal untuk keperluan hotel.

Namun, wabah Covid-19 dirasakannya sangat berbeda. Dunia mengunci diri, sehingga tak ada lagi ribuan turis yang lalu-lalang ke Bali. Bahkan aktivitas hotel juga terhenti.

Akibatnya, pesanan sandal hotel yang rutin dia lakukan, juga berhenti. “Saya 100 persen terdampak pandemik Covid-19.

Sejak bulan Februari berhenti total berproduksi,” ujar Gusti Putu Sriati saat memperoleh bantuan sembako dari Ketua Dekranasda di Pendopo Sekretariat Kantor PKK Gianyar kemarin.

Tak ada pilihan lain, untuk memenuhi kehidupan sehari-hari, profesi kuli bangunan diambil. Tanpa malu, itu demi menjadi tumpuan hidupnya.

“Agar bisa bertahan, saya sejak awal Maret lalu saya bekerja menjadi buruh bangunan. Mau bagaimana lagi, ini jalan satu-satunya untuk bertahan hidup,” tuturnya sedih.

Dia mengaku, saat ada orderan, sandal buatannya dikirim ke hotel langganan di Ubud, Jimbaran, Uluwatu bahkan sampai hotel di Karangasem.

Mirisnya, hotel yang juga kena dampak sampai ada yang belum bayar pesanannya. Ada pesanan bulan Februari hingga kini belum dibayar oleh hotel itu.

Yang membuatnya bingung adalah, bahan baku masih menumpuk di rumah. Tumpukan bahan itu berdasar kebiasaan pada bulan Maret biasanya tamu sedang ramai.

Sehingga dia juga sudah menyiapkan pesanan pre order untuk beberapa hotel. Namun kini semua menumpuk tidak bisa dijual.

“Saya tidak bisa menyalahkan pihak hotel. Karena mereka juga tidak beroperasi karena tidak ada tamu. Saya hanya bisa pasrah, semoga ini semua cepat berlalu,” pintanya penuh harap.

Gusti Putu Sriati berharap pemerintah bisa terus membantu berupa sembako. “Semoga setelah pandemik ini berlalu,

pemerintah maupun Dekranasda Kabupaten Gianyar tetap membantu agar mereka bisa bangkit dan berusaha kembali,” terangnya.

Sementara itu, Ketua Dewan Kerajinan Nasional Daerah (Dekranasda) Kabupaten Gianyar, Ida Ayu Surya Adnyani Mahayastra, menyerahkan sembako kepada 18 Industri Kecil Menengah (IKM) di Gianyar yang terdampak Covid-19.

“Musibah ini harus kita hadapi bersama. Kita tidak saling menyalahkan, musibah ini harus kita hadapi bersama agar cepat berlalu,” ujar Adnyani Mahayastra.

Dirinya juga menyadari, dengan adanya pandemik ini para pelaku IKM di Gianyar banyak yang terpuruk tidak bisa beroperasi lagi.

Banyak karyawan yang dirumahkan karena orderan sudah tidak ada. Hal ini tentu saja berdampak pada pada masalah sosial ekonomi mereka.

“Meskipun tidak banyak. Namun sedikit tidaknya dapat meringankan beban hidup mereka sehari-hari,” pungkasnya. (*)

 

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/