DENPASAR- Rekaman pernyataan calon Gubernur Bali Wayan Koster soal rencana reklamasi Teluk Benoa sedang hangat dibahas oleh Pasubayan Desa Adat atau Desa Pakraman Bali Tolak Reklamasi Teluk Benoa.
Hal ini disampaikan oleh Bendesa Adat Kuta I Wayan Swarsa kemarin. Menurutnya, pernyataan Koster itu bukan sekedar menyakiti hati rakyat Bali secara politik, melainkan perjuangan rakyat Bali yang menolak rencna reklamasi Teluk Benoa.
“Saya bukan menanggapi pernyataan Pak Koster secara politik. Saya tidak ada urusan dengan politik. Namun bila Pak Koster membawa persoalan reklamasi
Teluk Benoa secara politik dan kemudian menganggap remeh persoalan itu, maka saya yakin bahwa simpati terhadap Pak Koster akan hilang.
Karena perjuangan itu sudah sangat lama dan tidak ada dukungan politik sama sekali dari Pak Koster. Jadi tolong jangan bawa masalah ini secara politik,” ujarnya.
Diakuinya rekaman pernyataan Cagub Bali dari Partai PDI Perjuangan itu telah tersebar ke seluruh anggota pasubayan.
“Tanpa ada yang komando, tanpa ada yang pimpin. Rekaman itu tersebar baik di para aktivis tolak reklamasi Teluk Benoa maupun para anggota Pasubayan Desa Adat Bali Tolak Reklamasi.
Semua menyesalkan soal itu. Zaman sekarang siapa yang bisa membendung media sosial. Semua baca. Dan semua menyesal,” ujarnya.
Para anggota pasubayan jelasnya sudah mempelajari secara saksama rekaman berdurasi 50 detik tersebut.
Mereka kini berdiskusi dan semuanya meyakini Koster akan mendapatkan sanksi sosial di Bali karena melecehkan perjuangan rakyat Bali yang ingin mempertahankan keutuhan alam dan budaya Bali.
Koster dianggap telah menerobos budaya Bali, kesucian wilayah yang ada di Teluk Benoa. Swarsa meminta perjuangan rakyat Bali soal Reklamasi Teluk Benoa dihargai.
Sebagai seorang politisi senior, imbunya Koster menganggap jika dirinya mampu menyelesaikan segalanya secara super power.
Itu hanya bisa terjadi kalau dirinya menjadi gubernur. Artinya, kalau dia tidak menjadi gubernur, maka kemampuan itu sama sekali tidak ada.
“Kita bertanya, ke mana Pak Koster selama ini. Katanya mendukung juga tidak. Menolak juga tidak. Tetapi membenci kalau orang demo.
Terus perjuangan Pak Koster di maknanya? Jangan sampai reklamasi Teluk Benoa hanya menjadi branding politik, tetapi sikapnya tetap abu-abu. Karena mendukung juga tidak, menolak juga tidak. Lalu apanya?” ujarnya.
Swarsa menggaransi seluruh desa adat di Bali berjuang dengan tulus karena pertimbangan lingkungan, adat, dan budaya Bali.
“Kami berjuang demi tanah kami, demi adat, dan budaya kami. Kami tulus. Makanya reklamasi belum bisa dilakukan,” ujarnya.
Swarsa mengajak seluruh masyarakat Bali mengawal agar jangan sampai Koster hanya menggunakan reklamasi ini untuk menaikkan popularitas.
“Kami yakin Koster akan mendapatkan sanksi sosial yang tidak kelihatan. Banyak desa adat di Bali yang berjuang untuk reklamasi agar tidak terjadi akhirnya marah,” tegasnya