PANDEMI Covid-19 mengakibatkan industri pariwisata Bali mengalami guncangan yang sangat hebat.
Dampaknya turut mengakibatkan melesunya nilai tambah ekonomi dari penyedia akomodasi usaha perhotelan yang menjadi pilar industri pariwisata.
Banyak cara dilakukan dalam upaya untuk “beradaptasi” dengan kondisi yang serba sulit ini, mulai dari pemangkasan jumlah karyawan, hingga menutup sementara kegiatan usaha.
Di tengah ketidakpastian kapan pandemi ini akan berakhir, berbagai pihak baik pemerintah maupun pihak pengusaha hotel terus berupaya mencari solusi memulihkan kondisi dengan tetap mengutamakan protokol kesehatan.
Kondisi usaha perhotelan dapat diamati dari data Tingkat Penghunian Kamar Hotel (TPK) yang dirilis rutin setiap bulan oleh Badan Pusat Statistik (BPS).
Bagaimana perkembangan kondisi usaha perhotelan di Bali sejauh ini serta peluangnya untuk kembali bangkit dari guncangan pandemi?
TPK adalah perbandingan antara jumlah malam kamar yang terpakai terhadap jumlah malam kamar yang tersedia.
TPK dapat menunjukkan berapa persen kamar yang terpakai untuk menginap (malam) di usaha perhotelan.
TPK bernilai dari 0 sampai 100 persen. Dalam kondisi normal, TPK yang semakin mendekati 0 menunjukkan bahwa usaha perhotelan di wilayah tersebut kurang diminati wisatawan.
Sebaliknya, TPK yang semakin mendekati 100 menunjukkan bahwa usaha perhotelan di wilayah tersebut sangat diminati wisatawan.
Hal ini juga menjadi indikasi adanya potensi untuk membuka usaha perhotelan yang baru karena kebutuhan wisatawan semakin mendekati batas daya tampung perhotelan di wilayah tersebut.
Sebelum pandemi Covid-19, Bali memiliki TPK hotel berbintang (bintang 1 sampai 5) yang tinggi dibanding provinsi lainnya.
BPS mencatat selama periode Januari 2010 hingga Februari 2020, rata-rata TPK hotel berbintang di Bali mencapai 61,6%, ini adalah rata-rata TPK tertinggi di Indonesia.
TPK di Bali mulai anjlok saat pandemi Covid-19 masuk ke Indonesia. Data BPS menunjukkan bahwa TPK Provinsi Bali mulai
mengalami penurunan tajam di bulan Maret 2020 dengan menembus di bawah angka 40%, yang dari tahun 2010 belum pernah terjadi/tertembus.
TPK Bali terus turun hingga mencapai titik terendah di bulan Mei – Juni 2020 dengan TPK hanya 2,07%. Ini menunjukkan betapa tertekannya usaha perhotelan di Bali saat itu.
Seiring berjalannya waktu, TPK di Bali mulai bergerak naik meskipun masih jauh dari kata pulih. Pihak hotel yang mencari peluang sudah mulai menerima tamu kembali dengan menerapkan protokol kesehatan.
BPS mencatat TPK di Bali mulai merayap naik pada bulan Juli 2020. Ini juga terjadi di tingkat nasional, sebagian besar provinsi menunjukkan adanya tren kenaikan TPK.
Sempat mencapai angka 19% di Bulan Desember 2020 bertepatan dengan perayaan Tahun Baru, TPK Bali kembali mengalami penurunan hingga ke angka 8,99% di bulan Februari 2021.
Meskipun TPK hotel berbintang menunjukkan adanya tren kenaikan, karakteristik usaha perhotelan di Bali yang berbeda dari provinsi lainnya perlu mendapat perhatian khusus.
BPS mencatat sebagian besar wisatawan yang menghuni hotel berbintang di provinsi lain adalah wisatawan dalam negeri.
Sedangkan lebih dari 60% wisatawan yang menghuni hotel berbintang di Bali adalah wisatawan asing. Bisa dikatakan napas utama perhotelan di Bali adalah wisatawan asing.
Dilansir dari Bali Post edisi 31 Maret 2021, saat ini pemerintah tengah berfokus dalam menyiapkan 3 Zona Hijau yang menjadi harapan baru dibukanya pariwisata di Bali, yaitu Ubud, Sanur dan Nusa Dua.
Salah satu langkah strategis yang diambil adalah pelaksanaan vaksinasi massal yang dihadiri langsung oleh Presiden Joko Widodo.
Pada kesempatan itu Presiden Joko Widodo juga menyampaikan optimismenya untuk membuka pariwisata Bali secara “penuh” di bulan Agustus 2021.
Kembali dibukanya arus wisatawan asing akan menjadi angin segar untuk perhotelan di Bali yang sudah sesak napas berjuang di tengah pandemi.
Tren perkembangan nilai TPK yang mulai menunjukkan arah positif serta perhatian khusus yang telah diberikan pemerintah
tentunya membutuhkan dukungan dari seluruh komponen masyarakat Bali utamanya dalam menegakkan protokol kesehatan.
Dengan begitu bangkitnya usaha perhotelan dan sektor pariwisata di Bali secara utuh, bukan sekadar optimisme belaka.(*)
Made Sri Dharmawan
Statistisi di BPS Kabupaten Bangli