Lapangan Sutasoma yang terdapat bangunan relokasi pasar Sukawati dijadikan tempat pengungsian warga yang dekat dengan lereng gunung Agung.
Banyaknya pengungsi membuat pengamen jalanan bermunculan di Sukawati. Termasuk band yang lagi naik daun, Masekepung, ikut ngamen dan mengibur pengungsi di kamp.
IB INDRA PRASETIA, Gianyar
SEPANJANG tikungan dan pertigaan di wilayah Sukawati, terutama yang dekat dekat lapangan Sutasoma, kamp pengungsi gunung Agung, banyak ditemui pengamen jalanan.
Seniman muda itu merupakan pemuda banjar setempat yang berinisiatif mengetuk kepedulian para pengguna jalan yang melintas di wilayahnya.
Di Banjar Babakan, Sukawati, terdapat dua titik pengumpulan sumbangan. Mereka berpakaian adat madya membawa kardus yang berisi tulisan tentang peduli Karangasem.
Beberapa teman mereka mengamen dengan alat musik gitar dan ketipung. Tidak di sana saja, beberapa pemuda juga tampak di pertigaan Guwang-Celuk.
Pemuda tampak mengamen di lampu merah. Teman mereka pun berkeliling membawa kardus untuk mengumpulkan sumbangan.
Derasnya arus pengungsi gunung Agung tidak saja membuka kepedulian bagi para pemuda. Band ternama yang lagi naik daun, Masekepung yang bermarkas di Sukawati juga ikut ambil bagian.
Manager Masekepung, Wayan Sugiarta alias Yan Gus, menyatakan personil mereka termasuk sekaha cak berjumlah 35 orang terjun mengamen di jalanan.
“Kami mulai mengamen dari jam sembilan (09.00) di pasar Guwang. Di sana dua jam,” ujar Yan Gus, ditemui di kamp pengungsi lapangan Sutasoma, kemarin.
Setelah dari pasar Guwang, ngamen dilanjutkan pukul 14.00 di pasar Sukawati. “Di Sukawati juga dua jam. Hasil ngamen langsung kami bawa ke kamp pengungsi,” ujar Yan Gus.
Yan Gus sendiri tidak tahu berapa jumlah donasi yang terkumpul selama mereka mengamen. “Saya tidak hitung. Langsung kami serahkan ke panitia di depan (kamp, red). Selain uang, ada juga yang berikan beras,” terangnya.
Setelah memberikan donasi, Masekepung yang datang ke kamp lengkap dengan alat manggung langsung menghibur para pengungsi dari Karangasem.
“Kami kemari dalam rangka menghibur, supaya sedih mereka (pengungsi, red) bisa berkurang,” terang Yan Gus.
Masekepung juga membawakan lagu kebanggaan mereka, Tuak Adalah Nyawa. “Disamping itu, kami kenalkan juga rencana lagu baru yang kami akan rilis 2018, judulnya Menceng,” terangnya.
Harapannya, dengan hiburan dan sumbangan yang diberikan, bisa meringankan beban pengungsi. “Kami juga doakan dalam menghadapi ini. Mudah-mudahan terhibur,” jelasnya.
Pihaknya juga akan mencari waktu untuk menghibur di lain kesempatan. Selain hadir Masekepung, hiburan Minggu sore juga ada The Riper dengan genre rock and roll.
Solidaritas bagi pengungsi tidak saja ada di Gianyar, sebagai daerah yang berbatasan dengan Karangasem, di kabupaten Bangli juga ada aksi serupa.
Berbekal kotak sumbangan, anak-anak kecil tampak bergerombol di Jalan Kutai Bangli. Mereka membawa kotak amal yang berisi tulisan Kami Minta Sumbangan Untuk Saudara yang Mengungsi.
Salah satu anak, Anak Agung Istri Clrasisa, menyatakan, ide mencari donasi ini awalnya dari obrolan santai dengan teman-teman mereka.
Lalu semuanya setuju dan mereka melakukan aksi ini dengan sukarela. “Ini spontan saja, semua setuju, akhirnya kami cari sumbangan,” jelasnya.
Dana yang terkumpul mencapai kurang lebih Rp 500 ribu dan akan diserahkan kepada Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Bangli.