31.2 C
Jakarta
27 April 2024, 11:30 AM WIB

Sempat Pusing Sebelum Meninggal, Harap Tak Ada Lagi yang Jadi Korban

Keluarga I Nyoman Astawa berencana menggelar ritual ngaben dua jasad sekalian. Sebab, ayah dari petugas Bawaslu ini juga sebelumnya meninggal, sebelum Astawa mengembuskan nafas terakhir seusai bertugas.

 

 

ANDRE SULLA, Denpasar

DUKA mendalam dirasakan keluarga besar I Nyoman Astawa, 55. Duka itu sejatinya bertumpuk. Karena sebelumnya I Ketut Widya, 91, ayah dari mendiang Astawa juga meninggal.

Bapak dari mendiang Astawa meninggal sebelum pemilu berlangsung. Nah, Astawa meski dalam kondisi berduka, dia tetap berusaha mementingkan tugas negara, sembari menunggu hari baik untuk pengabenan sang bapak.

Namun, ternyata ajal juga menjemputnya menyusul san ayah. Astawa kolaps setelah menderita kelelahan saat bertugas menuntaskan kebutuhan pemilu.

Setelah didiagnosis dokter, Astawa memang mengidap penyakit jantung. Kepergian Astawa juga jadi kabar duka bagi pelajar, aktivis lingkungan dan juga mahasiswa.

Baik lokal maupun mancanegara yang kerap mengadakan diskusi juga penelitian termasuk skripsi tendang lingkungan. Semasa hidup Nyoman Astawa dijadikan narasumber dan lain sebagainya.

Ni Nyoman Kertini, 52, bersama sang anak Ade Sahasrara, 22, menjelaskan kertas HVS bekas yang sudah tidak terpakai, itu digiling, dibikin bulat, dipres, disambung dan dibentuk berbagai jenis suvenir.

Beliau punya pengaruh besar di dunia pendidikan dan di lingkungan. Sebab selain jadi kepala lingkungan (kaling), dia juga aktif melakukan pertemuan dengan mahasiswa.

Baik lokal maupun mancanegara. “Mahasiswa asing pun kerap ke sini untuk melakukan studi kasus termasuk menyusun skripsi terkait pemanfaatan sampah,” terang Ni Nyoman Kertini.

Bapak, sambung Ade Sahasrara sejak 2011 berkecimpung sebagai pemerhati lingkungan. Makanya banyak kreasi yang dibuat dan sempat dapat sertifikat dari beberapa instansi pemerintah.

Hasil kerajinan itu sempat dipamerkan pada even IMF (International Monetary Fund), di Nusa Dua, Badung, beberapa waktu lalu.

Ternyata barang-barang kerajinan tangan almarhum cukup laris dan habis dibeli tamu. “Bapak saya meninggal membawa beban moral.

Karena kakek beberapa hari sebelumnya telah meninggal dunia setelah sakit. Karena itu, tanggal 2 Mei, kami bersama keluarga besar akan ngaben dua jenazah.

Selain sibuk dengan kerjaan, bapak juga sementara berduka kehilangan figur kakek saya (ayah dari Astawa),” terangnya, dengan nada sedih.

I Wayan Suwita, 49, adik kandung mendiang menuturkan bahwa aturan perlu diubah. Khususnya untuk tahapan-tahapannya.

Sehingga tidak ada lagi korban-korban karena kelelahan dalam melaksanakan tugas Kelompok Penyelenggaraan Pemungutan Suara (KPPS) atau Bawaslu.

“Kan, normalnya manusia harus beristirahat delapan jam dalam sehari,” terang Suwita. Sedangkan kali ini, mereka harus melaksanakan tugas lebih dari 24 jam.

Juga sebelum menjalankan tugas, harus ada petugas kesehatan yang melakukan cek fisik terhadap para petugas.

Jangan sampai, telah terjadi seperti yang dialami saudaranya ini baru melakukan pemeriksaan kesehatan.

Dengan adanya peristiwa tersebut, sebagai saran dari keluarga, ke depan pemilihan sebaiknya dibagi dua. Pemilihan presiden (pilpres) dan pemilihan legislatif (pileg) dipisah.

Karena apabila dilakukan sekaligus akan banyak menguras waktu dan tenaga,yang berdampak makan korban. Baik sakit ringan, hingga berdampak korban jiwa.

“Manusia kan beda sama mesin. Kalau manusia kan harus beristirahat delapan jam dalam sehari. Sedangkan kali ini, mereka harus melaksanakan tugas lebih dari 24 jam,” tegasnya, mengeluhkan jam kerja.

Lanjut salah satu adik korban, bernama I Ketut Sukada, 52, terkait dengan meninggalnya almarhum sang kakak (Nyoman Astawa), pihak Bawaslu sudah bertandang ke kediaman almarhum.

Mereka mengucapkan kata duka sedalam-dalamnya.  Setelah diketahui bahwa Astawa meninggal karena kelelahan, Bawaslu memberitahukan ke pusat.

“Pihak Bawaslu bilang ini akan dibawa (dilaporkan) ke pusat. Gitu aja sih. Tapi, kami keluarga menerima dengan iklas terkait kepergian kakak kami,” cetusnya. (*)

 

 

Keluarga I Nyoman Astawa berencana menggelar ritual ngaben dua jasad sekalian. Sebab, ayah dari petugas Bawaslu ini juga sebelumnya meninggal, sebelum Astawa mengembuskan nafas terakhir seusai bertugas.

 

 

ANDRE SULLA, Denpasar

DUKA mendalam dirasakan keluarga besar I Nyoman Astawa, 55. Duka itu sejatinya bertumpuk. Karena sebelumnya I Ketut Widya, 91, ayah dari mendiang Astawa juga meninggal.

Bapak dari mendiang Astawa meninggal sebelum pemilu berlangsung. Nah, Astawa meski dalam kondisi berduka, dia tetap berusaha mementingkan tugas negara, sembari menunggu hari baik untuk pengabenan sang bapak.

Namun, ternyata ajal juga menjemputnya menyusul san ayah. Astawa kolaps setelah menderita kelelahan saat bertugas menuntaskan kebutuhan pemilu.

Setelah didiagnosis dokter, Astawa memang mengidap penyakit jantung. Kepergian Astawa juga jadi kabar duka bagi pelajar, aktivis lingkungan dan juga mahasiswa.

Baik lokal maupun mancanegara yang kerap mengadakan diskusi juga penelitian termasuk skripsi tendang lingkungan. Semasa hidup Nyoman Astawa dijadikan narasumber dan lain sebagainya.

Ni Nyoman Kertini, 52, bersama sang anak Ade Sahasrara, 22, menjelaskan kertas HVS bekas yang sudah tidak terpakai, itu digiling, dibikin bulat, dipres, disambung dan dibentuk berbagai jenis suvenir.

Beliau punya pengaruh besar di dunia pendidikan dan di lingkungan. Sebab selain jadi kepala lingkungan (kaling), dia juga aktif melakukan pertemuan dengan mahasiswa.

Baik lokal maupun mancanegara. “Mahasiswa asing pun kerap ke sini untuk melakukan studi kasus termasuk menyusun skripsi terkait pemanfaatan sampah,” terang Ni Nyoman Kertini.

Bapak, sambung Ade Sahasrara sejak 2011 berkecimpung sebagai pemerhati lingkungan. Makanya banyak kreasi yang dibuat dan sempat dapat sertifikat dari beberapa instansi pemerintah.

Hasil kerajinan itu sempat dipamerkan pada even IMF (International Monetary Fund), di Nusa Dua, Badung, beberapa waktu lalu.

Ternyata barang-barang kerajinan tangan almarhum cukup laris dan habis dibeli tamu. “Bapak saya meninggal membawa beban moral.

Karena kakek beberapa hari sebelumnya telah meninggal dunia setelah sakit. Karena itu, tanggal 2 Mei, kami bersama keluarga besar akan ngaben dua jenazah.

Selain sibuk dengan kerjaan, bapak juga sementara berduka kehilangan figur kakek saya (ayah dari Astawa),” terangnya, dengan nada sedih.

I Wayan Suwita, 49, adik kandung mendiang menuturkan bahwa aturan perlu diubah. Khususnya untuk tahapan-tahapannya.

Sehingga tidak ada lagi korban-korban karena kelelahan dalam melaksanakan tugas Kelompok Penyelenggaraan Pemungutan Suara (KPPS) atau Bawaslu.

“Kan, normalnya manusia harus beristirahat delapan jam dalam sehari,” terang Suwita. Sedangkan kali ini, mereka harus melaksanakan tugas lebih dari 24 jam.

Juga sebelum menjalankan tugas, harus ada petugas kesehatan yang melakukan cek fisik terhadap para petugas.

Jangan sampai, telah terjadi seperti yang dialami saudaranya ini baru melakukan pemeriksaan kesehatan.

Dengan adanya peristiwa tersebut, sebagai saran dari keluarga, ke depan pemilihan sebaiknya dibagi dua. Pemilihan presiden (pilpres) dan pemilihan legislatif (pileg) dipisah.

Karena apabila dilakukan sekaligus akan banyak menguras waktu dan tenaga,yang berdampak makan korban. Baik sakit ringan, hingga berdampak korban jiwa.

“Manusia kan beda sama mesin. Kalau manusia kan harus beristirahat delapan jam dalam sehari. Sedangkan kali ini, mereka harus melaksanakan tugas lebih dari 24 jam,” tegasnya, mengeluhkan jam kerja.

Lanjut salah satu adik korban, bernama I Ketut Sukada, 52, terkait dengan meninggalnya almarhum sang kakak (Nyoman Astawa), pihak Bawaslu sudah bertandang ke kediaman almarhum.

Mereka mengucapkan kata duka sedalam-dalamnya.  Setelah diketahui bahwa Astawa meninggal karena kelelahan, Bawaslu memberitahukan ke pusat.

“Pihak Bawaslu bilang ini akan dibawa (dilaporkan) ke pusat. Gitu aja sih. Tapi, kami keluarga menerima dengan iklas terkait kepergian kakak kami,” cetusnya. (*)

 

 

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/