31.6 C
Jakarta
20 November 2024, 10:52 AM WIB

Dari Keluarga Trans, Mimpi Ayam Hitam Hilang Sebelum KRI 402 Tenggelam

Nama Kapten Laut (P) I Gede Kartika menjadi sorotan setelah KRI Nanggala 402 tenggelam di perairan Bali Utara. Menyandang nama Bali, keluarga inti Kartika ternyata berasal dari Sidemen, Karangasem.

 

 

ZULFIKA RAHMAN, Amlapura

RUMAH kediaman I Wayan Darmanta di Banjar Dinas Lebu Gede, Desa Lokasari, Kecamatan Sidemen, Karangasem, tak seperti biasanya.

Pihak keluarga masih terus khawatir dan terus menunggu kabar terbaru seputar perkembangan pencarian KRI Nanggala 402 itu.

Selain melalui media online, televisi di rumahnya pun menjadi salah satu sumber informasi untuk mendapat kabar valid seputar perkembangan terkini pencarian KRI Nanggala 402.

“Kami terus menunggu kabar terbaru. Semoga cepat ditemukan dan semuanya bisa selamat,” kata Darmanta, paman dari Kapten Laut (P) I Gede Kartika.

Dia pun menceritakan awal mula kabar ini. Sebenarnya, pihak keluarga di Sidemen tidak mengetahui kalau keponakannnya tersebut menjadi salah satu kru kapal Nanggala 402 itu.

Hingga dinyatakan hilang kontak pada Rabu (21/4) lalu, muncul beberapa postingan 53 awak KRI Nanggala 402.

Betapa terkejutnya dia, ternyata nama I Gede Kartika masuk di urutan nomor 5. “Namanya ada di urutan 5 dari 53 awak kapal Nanggala 402 ini.

Saya langsung hubungi adik saya (orang tua Gede) di Gorontalo dan benar Gede ikut di dalamnya,” ucapnya.

Gede Kartika merupakan keponakannya. Hubungan Darmanta dengan ayah Kartika, I Nengah Renes adalah saudara sepupu.

Sejak 30 tahun lalu, I Nengah Renes transmigrasi ke Desa Marisa, Kabupaten Pohuwato, Provinsi Gorontalo. Meski jauh, namun komunikasi antara keluarga di Sidemen cukup intens.

Bahkan, Kartika juga selalu berkabar setiap akan menggelar latihan. “Saya terakhir bertemu dengan Kartika itu 2018 lalu,” ucapnya.

Darmanta menceritakan bahwa Kartika memang memiliki cita-cita menjadi angkatan laut sejak masih duduk di bangku SD. “Itu memang cita-cita dari kecil,” imbuhnya. 

Usai menamatkan pendidikan SMA tahun 2007 di Gorontalo, Kartika ikut pendidikan Akademi Angkatan Laut (AAL) di Surabaya.

Dia pun dinyatakan lolos. Bahkan, jenjang pendidikannya terbilang bagus hingga berhasil catatkan prestasi 10 besar terbaik pada 2010.

“Saat pelepasan itu dilantik Presiden SBY. Saya pernah ditelpon supaya hadir ke Surabaya tapi saat itu saya berhalangan karena ada kegiatan di desa,” kenang Darmanta.

Kapten Laut I Gede Kartika yang tinggal di Surabaya, bersama istrinya, Ni Made Suandari memliki satu putra yang baru berusia 4 tahun.

“Istrinya juga saat ini sedang hamil anak kedua,” tuturnya. Musibah ini tentu menjadi pukulan berat bagi keluarga Kartika.

Lebih lanjut dikatakannya, sehari sebelum kejadian menimpa keponakannya ini, Darmanta sempat bermimpi ada dua ekor ayam hitam yang hilang.

Tak hanya dirinya, adiknya juga sempat bermimpi kalau cucunya hilang. Karena bermimpi seperti itu, dirinya sempat berpikir sesuatu akan terjadi.

“Saya sempat berpikir, akan ada masalah apa di kantor. Makanya saya hati-hati di kantor. Dan keesokan harinya, terjadilah kejadian kapal selam ini hilang kontak,” imbuhnya.

Sehari tepatnya Kamis (22/4) pasca dinyatakan hilang kotak, ia dan anggota keluarga lainnya  langsung menggelar persembahyangan.

Pihak keluarga melakukan prosesi nunas baos atau memohon petunjuk secara niskala melalui perantara penekun spiritual (balian).

“Dari hasil nunas baos itu katanya ada ikan besar yang menabrak kapal. Kembali lagi, inilah kepercayaan, ini hasil secara niskala. Tapi, kami berharap yang terbaik,” terangnya.

Selain itu, pihak keluarga juga sempat menggelar upacara guru piduka di Panta Watuklotok Klungkung pada Jumat (23/4) lalu.

Upacara digelar untuk memohon maaf kepada Ida Bhatara Baruna, sekaligus memohon doa agar seluruh kru kapal selamat.

“Kami menghaturkan sarana banten pajati di pura segara dan di pantai. Apapun hasilnya, itu yang terbaik,” tukasnya (*)

 

Nama Kapten Laut (P) I Gede Kartika menjadi sorotan setelah KRI Nanggala 402 tenggelam di perairan Bali Utara. Menyandang nama Bali, keluarga inti Kartika ternyata berasal dari Sidemen, Karangasem.

 

 

ZULFIKA RAHMAN, Amlapura

RUMAH kediaman I Wayan Darmanta di Banjar Dinas Lebu Gede, Desa Lokasari, Kecamatan Sidemen, Karangasem, tak seperti biasanya.

Pihak keluarga masih terus khawatir dan terus menunggu kabar terbaru seputar perkembangan pencarian KRI Nanggala 402 itu.

Selain melalui media online, televisi di rumahnya pun menjadi salah satu sumber informasi untuk mendapat kabar valid seputar perkembangan terkini pencarian KRI Nanggala 402.

“Kami terus menunggu kabar terbaru. Semoga cepat ditemukan dan semuanya bisa selamat,” kata Darmanta, paman dari Kapten Laut (P) I Gede Kartika.

Dia pun menceritakan awal mula kabar ini. Sebenarnya, pihak keluarga di Sidemen tidak mengetahui kalau keponakannnya tersebut menjadi salah satu kru kapal Nanggala 402 itu.

Hingga dinyatakan hilang kontak pada Rabu (21/4) lalu, muncul beberapa postingan 53 awak KRI Nanggala 402.

Betapa terkejutnya dia, ternyata nama I Gede Kartika masuk di urutan nomor 5. “Namanya ada di urutan 5 dari 53 awak kapal Nanggala 402 ini.

Saya langsung hubungi adik saya (orang tua Gede) di Gorontalo dan benar Gede ikut di dalamnya,” ucapnya.

Gede Kartika merupakan keponakannya. Hubungan Darmanta dengan ayah Kartika, I Nengah Renes adalah saudara sepupu.

Sejak 30 tahun lalu, I Nengah Renes transmigrasi ke Desa Marisa, Kabupaten Pohuwato, Provinsi Gorontalo. Meski jauh, namun komunikasi antara keluarga di Sidemen cukup intens.

Bahkan, Kartika juga selalu berkabar setiap akan menggelar latihan. “Saya terakhir bertemu dengan Kartika itu 2018 lalu,” ucapnya.

Darmanta menceritakan bahwa Kartika memang memiliki cita-cita menjadi angkatan laut sejak masih duduk di bangku SD. “Itu memang cita-cita dari kecil,” imbuhnya. 

Usai menamatkan pendidikan SMA tahun 2007 di Gorontalo, Kartika ikut pendidikan Akademi Angkatan Laut (AAL) di Surabaya.

Dia pun dinyatakan lolos. Bahkan, jenjang pendidikannya terbilang bagus hingga berhasil catatkan prestasi 10 besar terbaik pada 2010.

“Saat pelepasan itu dilantik Presiden SBY. Saya pernah ditelpon supaya hadir ke Surabaya tapi saat itu saya berhalangan karena ada kegiatan di desa,” kenang Darmanta.

Kapten Laut I Gede Kartika yang tinggal di Surabaya, bersama istrinya, Ni Made Suandari memliki satu putra yang baru berusia 4 tahun.

“Istrinya juga saat ini sedang hamil anak kedua,” tuturnya. Musibah ini tentu menjadi pukulan berat bagi keluarga Kartika.

Lebih lanjut dikatakannya, sehari sebelum kejadian menimpa keponakannya ini, Darmanta sempat bermimpi ada dua ekor ayam hitam yang hilang.

Tak hanya dirinya, adiknya juga sempat bermimpi kalau cucunya hilang. Karena bermimpi seperti itu, dirinya sempat berpikir sesuatu akan terjadi.

“Saya sempat berpikir, akan ada masalah apa di kantor. Makanya saya hati-hati di kantor. Dan keesokan harinya, terjadilah kejadian kapal selam ini hilang kontak,” imbuhnya.

Sehari tepatnya Kamis (22/4) pasca dinyatakan hilang kotak, ia dan anggota keluarga lainnya  langsung menggelar persembahyangan.

Pihak keluarga melakukan prosesi nunas baos atau memohon petunjuk secara niskala melalui perantara penekun spiritual (balian).

“Dari hasil nunas baos itu katanya ada ikan besar yang menabrak kapal. Kembali lagi, inilah kepercayaan, ini hasil secara niskala. Tapi, kami berharap yang terbaik,” terangnya.

Selain itu, pihak keluarga juga sempat menggelar upacara guru piduka di Panta Watuklotok Klungkung pada Jumat (23/4) lalu.

Upacara digelar untuk memohon maaf kepada Ida Bhatara Baruna, sekaligus memohon doa agar seluruh kru kapal selamat.

“Kami menghaturkan sarana banten pajati di pura segara dan di pantai. Apapun hasilnya, itu yang terbaik,” tukasnya (*)

 

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/