SEMARAPURA – Virus corona (Covid-19) hingga saat ini masih membayang-bayangi kehidupan masyarakat Klungkung, khususnya.
Setidaknya ada puluhan warga Klungkung yang dirawat karena suspect dan positif terpapar virus tersebut di RSUD Klungkung hingga saat ini.
Tidak hanya masyarakat umum, tenaga medis di RSUD Klungkung pun tidak luput dari paparan virus tersebut.
Karena itu, Direktur RSUD Klungkung, dr Nyoman Kesuma cukup menyayangkan adanya pernyataan yang mengatakan rumah sakit disebut-sebut mengambil keuntungan atas peristiwa tersebut.
Menurut Direktur RSUD Klungkung dr Nyoman Kesuma, dalam merawat pasien Covid-19, tenaga medis mau tidak mau harus menggunakan alat pelindung diri (APD) untuk mengurangi risiko terpapar.
Meski menggunakan APD sangat menyulitkan mereka dalam bertugas. “Tentunya tenaga medis juga memiliki kekhawatiran tertular virus tersebut,” terangnya.
Tidak sampai di sana, dengan merawat pasien Covid-19, tenaga medis tidak hanya harus merawat pasien dalam kondisi yang sangat panas di dalam lindungan APD.
Mereka juga terpaksa harus menahan kencing, lapar dan sakit perut bila hal alamiah itu muncul saat sedang bertugas.
“Tenaga medis yang merawat pasien Covid-19 ini bertugas selama tiga jam. Bila saat bertugas mereka ingin kencing, lapar atau dan lainnya, mau tidak mau harus ditahan sampai jam pergantian tugas,” ungkapnya.
Menurutnya, APD bukanlah barang yang murah namun dibutuhkan setiap hari selama wabah ini masih berlangsung.
Setidaknya RSUD Klungkung mengeluarkan biaya sekitar Rp 1,2 miliar-Rp 1,6 miliar untuk pengadaan APD setiap bulannya.
Mengingat tidak hanya tenaga medis yang merawat pasien positif Covid-19 yang membutuhkan APD.
Tenaga medis yang merawat pasien non Covid-19 dilengkapi dengan APD untuk mencegah risiko penyebaran virus tersebut.
“Untuk tenaga medis yang merawat pasien Covid-19, itu menggunakan APD level III. Sementara tenaga medis yang merawat pasien di luar Covid-19, menggunakan APD level di bawahnya,” katanya.
Lebih lanjut diungkapkannya, pasien non Covid-19 menurun sampai rata-rata 400 pasien setiap bulannya sejak pandemi.
Itu tidak terlepas dari rasa kekhawatiran adanya risiko terpapar virus corona bila melakukan perawatan di rumah sakit.
Sementara itu, pasien Covid-19 paling tinggi 73 pasien per bulannya. “Dari data, terlihat jumlah pasien rawat inap menurun
signifikan dari bulan ke bulan selama pandemi Covid-19. Bagaimana RS bisa mengambil keuntungan dari kondisi tersebut?,” tandasnya.
Sebagai catatan, per Jumat (25/9) kemarin, ada sebanyak 52 pasien terkonfirmasi Covid-19 dan 15 pasien suspect yang masih dirawat di RSUD Klungkung.