27.8 C
Jakarta
12 Desember 2024, 0:09 AM WIB

Tiga Pekan Siapkan Pameran, Prancis dan Jerman Rujukan Perupa Dunia

Mahasiswa program studi Pendidikan Seni Rupa Universitas Pendidikan Ganesha (Undiksha) Singaraja, berhasil menembus ajang pameran seni rupa tingkat internasional.

Lukisan karya Yohanes Soubirius de Santo, 22, dipamerkan di Prancis dan Jerman. Lukisannya dipamerkan pada ajang bergengsi.

 

 

EKA PRASETYA, Singaraja

“I’m Starting to be Spotted” dan “Negotiable Crowd”. Itulah dua karya Yohanes Soubirius de Santo, 22, yang dipamerkan di Galeri Doramaar, Prancis.

Dua karya mahasiswa program studi Pendidikan Seni Rupa Universitas Pendidikan Ganesha (Undiksha) Singaraja itu menembus pameran Co Art yang digelar Provence Academy pada September 2020 lalu.

Pameran di Prancis, disebut sebagai pameran yang istimewa. Prancis selalu menjadi rujukan seni bagi para perupa.

Yohanes menyebut karya yang hadir dalalm pameran itu merupakan karya-karya yang memenangkan kompetisi pada bulan Agustus lalu.

“Jadi, pameran ini memang berbeda dengan pameran pada umumnya. Ada proses seleksi dan kompetisi. Jadi karya yang dipamerkan,

memang karya yang berhasil menang dalam kompetisi sebelumnya,” terang mahasiswa yang kini duduk di semester akhir itu.

Sementara di Jerman, karyanya dihadirkan pada pameran bertajuk (OBSCURE) Desire yang diselenggarakan oleh Automat Art Space.

Pameran itu rencananya akan dilangsungkan di Saarbücken, pada 6 November mendatang. Untuk pameran di Jerman, ada tiga karya yang akan hadir.

Masing-masing berjudul “I’m Starting to be Spotted”, “Behind the Rules”, dan “Gradually Getting Better”.

Hanya butuh waktu selama tiga pekan untuk melakukan persiapan mengikuti pameran itu. Yohanes menyebut dirinya hanya perlu menyerahkan kelengkapan data karya dan data diri yang diminta oleh pihak penyelenggara.

Yohanes menuturkan, proses penciptaan pada karya-karyanya berawal dari proses observasi terhadap kondisi di sekitarnya.

Ia menilai berkarya bisa menjadi semacam terapi psikis. Apabila merasa ada hal yang mengganjal pada dirinya, ia memilih melepaskan hal itu lewat berkarya.

Sementara itu, Wakil Rektor Bidang Kemahasiswa, Prof. I Wayan Suastra mengatakan, pihaknya merasa sangat bangga ada mahasiswa yang berhasil meraih prestasi.

Terlebih pada masa pandemi. Suastra berjanji akan memberi penghargaan khusus pada Yohanes, karena telah berhasil membawa nama kampus ke kancah internasional.

“Pada masa pandemi Covid-19, mahasiswa kami masih tetap bisa untuk berprestasi. Tentu ini hal yang membanggakan,” ujarnya.

Asal tahu saja, Yohanes sudah mencuri perhatian sejak Undiksha menggelar pameran menggelar pameran seni rupa pada Desember 2019 lalu.

Saat itu Yohanes menghadirkan karya prasi. Ia menggunakan media lontar untuk menghadirkan karya rupa.

Prasi yang biasanya menghadirkan kisah pewayangan dalam mitologi Hindu, kini digunakan untuk menghadirkan kisah-kisah kristiani. Karya itu diberi judul “Ringkasan Injil”.

Selain itu Yohanes juga pernah mengikuti pameran drawing internasional yang diselenggarakan jurusannya pada tahun 2017 lalu.

Selain itu juga ada pameran di tingkat lokal daerah Bali dan nasional. Pameran tersebut berupa seni kolase antar pulau di indonesia.

Hasilnya, ia terpilih masuk dalam katalog Covid Affects Art 2020 sebagai 150 Perupa Kontemporer Indonesia yang terus bekerja dalam suasana pandemi.

Ajang ini diselenggarakan oleh Dicti Art Laboratory. Selain itu Yohanes juga terpilih masuk dalam pameran bersama Kementerian Pendidikan Dan Kebudayaan Republik Indonesia bersama 74 seniman Indonesia. (*)

Mahasiswa program studi Pendidikan Seni Rupa Universitas Pendidikan Ganesha (Undiksha) Singaraja, berhasil menembus ajang pameran seni rupa tingkat internasional.

Lukisan karya Yohanes Soubirius de Santo, 22, dipamerkan di Prancis dan Jerman. Lukisannya dipamerkan pada ajang bergengsi.

 

 

EKA PRASETYA, Singaraja

“I’m Starting to be Spotted” dan “Negotiable Crowd”. Itulah dua karya Yohanes Soubirius de Santo, 22, yang dipamerkan di Galeri Doramaar, Prancis.

Dua karya mahasiswa program studi Pendidikan Seni Rupa Universitas Pendidikan Ganesha (Undiksha) Singaraja itu menembus pameran Co Art yang digelar Provence Academy pada September 2020 lalu.

Pameran di Prancis, disebut sebagai pameran yang istimewa. Prancis selalu menjadi rujukan seni bagi para perupa.

Yohanes menyebut karya yang hadir dalalm pameran itu merupakan karya-karya yang memenangkan kompetisi pada bulan Agustus lalu.

“Jadi, pameran ini memang berbeda dengan pameran pada umumnya. Ada proses seleksi dan kompetisi. Jadi karya yang dipamerkan,

memang karya yang berhasil menang dalam kompetisi sebelumnya,” terang mahasiswa yang kini duduk di semester akhir itu.

Sementara di Jerman, karyanya dihadirkan pada pameran bertajuk (OBSCURE) Desire yang diselenggarakan oleh Automat Art Space.

Pameran itu rencananya akan dilangsungkan di Saarbücken, pada 6 November mendatang. Untuk pameran di Jerman, ada tiga karya yang akan hadir.

Masing-masing berjudul “I’m Starting to be Spotted”, “Behind the Rules”, dan “Gradually Getting Better”.

Hanya butuh waktu selama tiga pekan untuk melakukan persiapan mengikuti pameran itu. Yohanes menyebut dirinya hanya perlu menyerahkan kelengkapan data karya dan data diri yang diminta oleh pihak penyelenggara.

Yohanes menuturkan, proses penciptaan pada karya-karyanya berawal dari proses observasi terhadap kondisi di sekitarnya.

Ia menilai berkarya bisa menjadi semacam terapi psikis. Apabila merasa ada hal yang mengganjal pada dirinya, ia memilih melepaskan hal itu lewat berkarya.

Sementara itu, Wakil Rektor Bidang Kemahasiswa, Prof. I Wayan Suastra mengatakan, pihaknya merasa sangat bangga ada mahasiswa yang berhasil meraih prestasi.

Terlebih pada masa pandemi. Suastra berjanji akan memberi penghargaan khusus pada Yohanes, karena telah berhasil membawa nama kampus ke kancah internasional.

“Pada masa pandemi Covid-19, mahasiswa kami masih tetap bisa untuk berprestasi. Tentu ini hal yang membanggakan,” ujarnya.

Asal tahu saja, Yohanes sudah mencuri perhatian sejak Undiksha menggelar pameran menggelar pameran seni rupa pada Desember 2019 lalu.

Saat itu Yohanes menghadirkan karya prasi. Ia menggunakan media lontar untuk menghadirkan karya rupa.

Prasi yang biasanya menghadirkan kisah pewayangan dalam mitologi Hindu, kini digunakan untuk menghadirkan kisah-kisah kristiani. Karya itu diberi judul “Ringkasan Injil”.

Selain itu Yohanes juga pernah mengikuti pameran drawing internasional yang diselenggarakan jurusannya pada tahun 2017 lalu.

Selain itu juga ada pameran di tingkat lokal daerah Bali dan nasional. Pameran tersebut berupa seni kolase antar pulau di indonesia.

Hasilnya, ia terpilih masuk dalam katalog Covid Affects Art 2020 sebagai 150 Perupa Kontemporer Indonesia yang terus bekerja dalam suasana pandemi.

Ajang ini diselenggarakan oleh Dicti Art Laboratory. Selain itu Yohanes juga terpilih masuk dalam pameran bersama Kementerian Pendidikan Dan Kebudayaan Republik Indonesia bersama 74 seniman Indonesia. (*)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/