29.3 C
Jakarta
22 November 2024, 11:15 AM WIB

Keren, Berbahan Organik Daun Lontar, Bisa Digerakkan Pakai Ponsel

Beragam kreasi dan inovasi muncul saat menyambut malam pengerupukan. Seperti yang dilakukan STT Dharma Sentana, Banjar Babakan, Desa Canggu, Kuta Utara, Badung, ini.

Mereka membuat ogoh-ogoh Saraswati Banaspati. Ogoh-ogoh ini berbahan ramah lingkungan, daun lontar. Juga dilengkapi peranti berteknologi untuk menggerakkannya.

 

MADE DWIJA PUTRA, Kuta Utara

SENIN (25/2) Jawa Pos Radar Bali bertandang ke tempat pembuatan ogoh-ogoh di Banjar Babakan. Ogoh – ogoh berukuran tinggi 4,8  meter dan lebar 2 meter tersebut tampak berdiri kokoh.  

Sejumlah pemuda juga terlihat  sibuk melakukan finishing. Maklum, patung menyambut Hari Raya Nyepi ini dikerjakan 1,5 bulan.

Kini, sudah rampung dan segera mulai memasuki tahap penilaian dalam lomba ogoh-ogoh yang diselenggarakan Pemkab Badung.

Kepala dan anatomi badan seta ekor dalam ogoh-ogoh tersebut juga tampak bergerak meliuk-liuk di kolaborasi dengan memanfaatkan teknologi. 

Bahan, ogoh-ogoh  tersebut dominan dibuat dengan bahan ramah lingkungan. Bahan organik yang mudah terurai.

Ada tiga wujud ogoh-ogoh dalam satu repertoar Saraswati Banaspati.  Yakni memunculkan Dewi Saraswati dalam wujud cantik. Tapi, ada juga dalam wujud seram dalam wujud Hyang Bairawi dan satu lagi wujud Banaspati.   

Karena Aji Saraswati dalam kehidupan Bali dikenal dengan dewa ilmu pengetahuan. Secara umum, Aji Saraswati dilambangkan sebagai dewi yang sangat cantik nan indah.

Namun, di dalam naskah-naskah kuno di Bali, Aji Saraswati tidak saja dikenal sebagai dewa ilmu pengetahuan, tetapi juga dewanya ilmu pengiwa (pengeleakan).

Oleh karenanya, pemurnian beliau menjadi wujud Hyang Bairawi melahirkan berbagai tatwaning (ajaran) pengiwa.

Dengan berstana di prajapati, beliau adalah dewa yang senantiasa mengingatkan manusia tentang ajaran patining urip (esensi tentang kelahiran dan kematian).  

Ketika manusia tidak ingat dengan esensi kehidupannya sebagai manusia, pada saat itulah Hyang Bairawi akan menugaskan Banaspati untuk menebar aji pengiwa yang dapat menimbulkan wabah penyakit. 

Demikian juga sebaliknya, jika manusia taat menjalankan sesana sebagai manusia maka manusia akan dijaga kehidupannya dan diberi kesejahteraan.

“Ide awal bikin Saraswati Banaspati ini, karena saya awalnya bikin barong lontar. Kemudian, saya menggali dalam naskah lontar Aji Saraswati, ternyata ada dalam wujud seram.

Akhirnya saya tertarik bikin Sarawsati Banaspati, ” ungkap I Putu Arif Suciawan, yang bertindak sebagai koordinator penggarap ogoh-ogoh pemuda setempat saat ditemui kemarin.

Menurutnya bahan ogoh-ogoh tersebut dominan berbahan ramah lingkungan.  Karena ogoh-ogoh ini dibuat menggunakan daun lontar, serabut kelapa, rotan, prasok, koran bekas, kayu, dan lainnya.

“Bahannya dominan bahan ramah lingkungan,” ungkap pria jebolan IKIP PGRI Bali ini. Memilih membalut dengan daun lontar, Arif mengakui  lontar itu identik dengan ilmu pengetahuan.

Nah, daun lontar itu pun dipasang di sekujur tubuh ogoh-ogoh wujud Banaspati. Namun, tidak hanya sekadar dipasang, tetapi mereka juga membubuhi dengan tulisan bali.

“Nah, semua tulisan yang ada di daun lontar ini ditulis para pemuda di sini. Jadi, ada pembelajaran juga kepada anak-anak muda untuk tetap menjaga tulisan bali,” ungkapnya.

Tidak hanya itu, mereka juga memadukan dengan teknologi. Yakni memanfaatkan sistem penggerak motor wiper dan media transmisi atau media penghubung.

Jadi, pada konstruksi ogoh-ogoh tersebut sudah dirancang dengan motor wiper. Kemudian dikoneksikan dengan peranti kontrol dan operasional dengan memanfaatkan bluetooth melalui ponsel pintar android.

Kebutuhan energi listriknya memakai genset portabel. “Jadi, pengoperasiannya cukup dengan handphone android saja,” terangnya.

Ogoh-ogoh yang menelan anggaran Rp 30 jutaan ini diharapkan dapat memberikan kontribusi yang positif kepada generasi muda dalam membuat karya seni. “Ya, semoga karya ini dapat diterima, ” pungkasnya. 

Beragam kreasi dan inovasi muncul saat menyambut malam pengerupukan. Seperti yang dilakukan STT Dharma Sentana, Banjar Babakan, Desa Canggu, Kuta Utara, Badung, ini.

Mereka membuat ogoh-ogoh Saraswati Banaspati. Ogoh-ogoh ini berbahan ramah lingkungan, daun lontar. Juga dilengkapi peranti berteknologi untuk menggerakkannya.

 

MADE DWIJA PUTRA, Kuta Utara

SENIN (25/2) Jawa Pos Radar Bali bertandang ke tempat pembuatan ogoh-ogoh di Banjar Babakan. Ogoh – ogoh berukuran tinggi 4,8  meter dan lebar 2 meter tersebut tampak berdiri kokoh.  

Sejumlah pemuda juga terlihat  sibuk melakukan finishing. Maklum, patung menyambut Hari Raya Nyepi ini dikerjakan 1,5 bulan.

Kini, sudah rampung dan segera mulai memasuki tahap penilaian dalam lomba ogoh-ogoh yang diselenggarakan Pemkab Badung.

Kepala dan anatomi badan seta ekor dalam ogoh-ogoh tersebut juga tampak bergerak meliuk-liuk di kolaborasi dengan memanfaatkan teknologi. 

Bahan, ogoh-ogoh  tersebut dominan dibuat dengan bahan ramah lingkungan. Bahan organik yang mudah terurai.

Ada tiga wujud ogoh-ogoh dalam satu repertoar Saraswati Banaspati.  Yakni memunculkan Dewi Saraswati dalam wujud cantik. Tapi, ada juga dalam wujud seram dalam wujud Hyang Bairawi dan satu lagi wujud Banaspati.   

Karena Aji Saraswati dalam kehidupan Bali dikenal dengan dewa ilmu pengetahuan. Secara umum, Aji Saraswati dilambangkan sebagai dewi yang sangat cantik nan indah.

Namun, di dalam naskah-naskah kuno di Bali, Aji Saraswati tidak saja dikenal sebagai dewa ilmu pengetahuan, tetapi juga dewanya ilmu pengiwa (pengeleakan).

Oleh karenanya, pemurnian beliau menjadi wujud Hyang Bairawi melahirkan berbagai tatwaning (ajaran) pengiwa.

Dengan berstana di prajapati, beliau adalah dewa yang senantiasa mengingatkan manusia tentang ajaran patining urip (esensi tentang kelahiran dan kematian).  

Ketika manusia tidak ingat dengan esensi kehidupannya sebagai manusia, pada saat itulah Hyang Bairawi akan menugaskan Banaspati untuk menebar aji pengiwa yang dapat menimbulkan wabah penyakit. 

Demikian juga sebaliknya, jika manusia taat menjalankan sesana sebagai manusia maka manusia akan dijaga kehidupannya dan diberi kesejahteraan.

“Ide awal bikin Saraswati Banaspati ini, karena saya awalnya bikin barong lontar. Kemudian, saya menggali dalam naskah lontar Aji Saraswati, ternyata ada dalam wujud seram.

Akhirnya saya tertarik bikin Sarawsati Banaspati, ” ungkap I Putu Arif Suciawan, yang bertindak sebagai koordinator penggarap ogoh-ogoh pemuda setempat saat ditemui kemarin.

Menurutnya bahan ogoh-ogoh tersebut dominan berbahan ramah lingkungan.  Karena ogoh-ogoh ini dibuat menggunakan daun lontar, serabut kelapa, rotan, prasok, koran bekas, kayu, dan lainnya.

“Bahannya dominan bahan ramah lingkungan,” ungkap pria jebolan IKIP PGRI Bali ini. Memilih membalut dengan daun lontar, Arif mengakui  lontar itu identik dengan ilmu pengetahuan.

Nah, daun lontar itu pun dipasang di sekujur tubuh ogoh-ogoh wujud Banaspati. Namun, tidak hanya sekadar dipasang, tetapi mereka juga membubuhi dengan tulisan bali.

“Nah, semua tulisan yang ada di daun lontar ini ditulis para pemuda di sini. Jadi, ada pembelajaran juga kepada anak-anak muda untuk tetap menjaga tulisan bali,” ungkapnya.

Tidak hanya itu, mereka juga memadukan dengan teknologi. Yakni memanfaatkan sistem penggerak motor wiper dan media transmisi atau media penghubung.

Jadi, pada konstruksi ogoh-ogoh tersebut sudah dirancang dengan motor wiper. Kemudian dikoneksikan dengan peranti kontrol dan operasional dengan memanfaatkan bluetooth melalui ponsel pintar android.

Kebutuhan energi listriknya memakai genset portabel. “Jadi, pengoperasiannya cukup dengan handphone android saja,” terangnya.

Ogoh-ogoh yang menelan anggaran Rp 30 jutaan ini diharapkan dapat memberikan kontribusi yang positif kepada generasi muda dalam membuat karya seni. “Ya, semoga karya ini dapat diterima, ” pungkasnya. 

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/